WANITA KURANG AKAL DAN AGAMANYA
Luthfi Bashori
Sayyidina Abdullah bin Umar RA mengungkapkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Wahai kaum wanita, banyak bersedekahlan kalian dan banyak-banyak pula beristighfar. Sebab , sungguh aku telah melihat kalianlah yang terbanyak di dalam nereka.
Ya Rasulullah, mengapa kebanyakan dari kami yang menjadi penghuni nereka?. Tanya seorang wanita dengan jelas.
Kalian banyak melaknat dan ingkar kepada suami. Jelas Nabi Muhammad SAW.
Beliau SAW pun melanjutkan, Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya seperti kalian, yang dapat mengalahkan orang berakal.
Ya Rasulullah, mengapa kami dibilang kurang akal dan agamanya?. tanya wanita tadi.
Kalian dikatakan kurang akal karena kesaksian dua orang wanita itu, hanya sebanding dengan seorang laki-laki, dan wanita dikatakan kurang agamanya, sebab tidak dapat beribadah selama beberapa malam (karena haidl dan nifas), dan tidak shalat serta tidak berpuasa (penuh) di bulan Ramadhan. (HR. Lima Orang Ahli Hadits).
Dalam hadits di atas, sebenarnya ada solusi yang tersirat sebagai ajaran Nabi Muhammad SAW bagi kaum wanita shalihah, dalam mengantisipasi rawannya mereka tergelincir ke jurang api neraka.
Di samping anjuran untuk memperbanyak baca istighfar mohon ampun kepada Allah, maka bagi kaum wanita shalihah yang memiliki simpanan harta pribadi, hendaklah memperbanyak bersedekah membantu orang lain, terutama bersedekah secara rahasia, yang tanpa banyak diketahui orang lain.
Nabi Muammad SAW bersabda: Sedekah rahasia (sir) itu dapat memadamkan kemurkaan Tuhan.
Dengan demikian, untuk menghindarkan diri dari ancaman masuk neraka karena murka Allah, dapat diantisipasi pula dengan banyak-banyak bersedekah.
Begitu juga saat seorang wanita shalihah saat bergaul dengan suaminya, maka hendaklah lebih banyak mendahulukan ketaatan kepada suaminya, karena ternyata ketaatannya itu dapat menjadi salah satu metode untuk menyelamatkan diri dari ancaman api neraka.
Apalagi ketaatan kepada suami yang selalu membimbingnya menuju jalan hidup yang positif dan islami, seperti suami yang selalu memberi contoh atau mengajak keaktifan beribadah kepada Allah, serta suami yang selalu mengarahkannya agar istrinya tidak banyak melakukan pelanggaran syariat alias bermaksiat kepada Allah.
Karena para suami itu, hakikatnya adalah para penanggung jawab yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda: Setiap diri kalian adalah penanggung jawab, dan setiap penanggung jawab itu akan ditanya tentang siapa saja yang menjadi tanggung jawabnya.
Setiap suami akan ditanya tentang kemaslahatan istrinya, baik kemaslahatan dunianya terlebih kemaslahatan akhiratnya.
Seorang ayah pun akan ditanya tentang kemaslahatan dunia dan akhirat anak-anaknya. Begitu pula seorang pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban kemaslahatan dunia dan akhirak seluruh rakyatnya.
Sungguh berat beban para penanggung jawab. Karena, jika semua orang yang menjadi tanggung jawabnya itu selalu menjaga kebaikan kehidupan dunia maupun akhiratnya, maka berbahagialah para penanggung jawab itu. Namun sebaliknya, jika semua orang yang menjadi tanggung jawabnya itu berperilaku buruk, baik dalam urusan dunia apalagi kehidupan aklhiratnya, maka sudah barang tentu Allah akan murka kepada penanggung jawab tersebut.
Untuk itu pula, Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada kaum lelaki yang akan menjadi penganggung jawab dalam rumah tangga, untuk memilih calon istri yang mengerti agama, agar lebih mudah dijadikan patnert hidup berumah tangga, yang mampu meraih kebaikan hidup di dunia hingga akhirat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, Jangan engkau nikahi wanita itu karena kecantikkannya, karena ia hanya akan sibuk mengurus kecantikkannya. Jangan pula engkau nikahi karena hartanya, karena harta kekayaannya itu akan membuatnya beringas dan kejam kepadamu. Tapi nikahilah wanita karena agamanya, atau bahkan budak wanita namun yang memiliki agama. (HR. Abid bin Hamid).