AGAMA ISLAM TELAH SEMPURNA
Luthfi Bashori
Sy. Umar RA menceritakan bahwa ada seorang laki-laki Yahudi menyatakan kepadanya:
Hai Amirul Mukminin, ada satu ayat yang terdapat dalam kitabmu (Alquran) yang biasa engkau baca. Seandainya ayat itu diturunkan kepada kami (kaum Yahudi) niscaya kami akan jadikan hari turunnya ayat itu sebagai hari raya.
Ayat yang manakah (yang engkau maksud)?. Tanya Sy. Umar RA
Laki-laki Yahudi mengatakan. (Yakni ayat yang artinya) Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk agama kalian, dan telah Aku lengkapi untuk kalian nikmat-Ku, dan telahAku ridhai Islam itu sebagi agama kalian, (QS. Almadinah,3)
Kami telah mengetahui ayat tersebut, dan tempat ayat itu diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W pada saat itu Nabi SAW sedang berdiri di (padang) Arafah pada hari Jumat. Jawab Sy. Umar. (HR. Buhkari, Muslim, dan Tirmidzi).
Imam Ibnu Rajab menerangkan tentang maksud ayat di atas dalam kitabnya Jamiul Ulum wal hikam: Kumpulan seluruh kalimat yang dikhususkan pada Nabi Muhammad S.A.W ada dua macam,
- Pertama, Alquran sebagaimana difirmankan: Sungguh Allah telah memerintahkan kalian berbuat adil dan kebaikan, dan menyambung hubungan dengan kaum kerabat.
- Kedua, Alquran telah melarang kepada keburukan, kemungkaran dan kejahatan.
Berkata Alhasan, bahwa ayat ini tidak menyisakan satu kebaikanpun kecuali sudah diperintahkan untuk melakukannya, dan tidak ada suatu keburukan pun kecuali sudah dilarang untuk melakukannya.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan, Hal ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula ajaran Nabi lain selain Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau SAW sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali apa yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali apa yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau syariatkan. Semua yang beliau kabarkan adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali.
Sesuai dengan firman Allah yang artinya:
Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Alquran), (sebagai kalimat) yang benar dan adil [Al-Anaam: 115]
Maksudnya, telah benar semua kabar yang beliau sampaikan, serta beliau sangat adil dalam urusan perintah maupun larangan. Setelah agama disempurnakan bagi beliau dan umatnya, maka sempurnalah nikmat yang diberikan kepada umat Islam.
Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman pula yang artinya: Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu. [Al-Maaidah: 3]
Menyambung keterangan ini, Sy. Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: Maksudnya adalah Islam. Allah telah mengabarkan Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman, bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan kepada mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali. Dan Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya, bahkan Allah telah meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkai merteka selamanya.
Sy. Asbath mengatakan, dari as-Suddi, Ayat ini turun pada hari Arafah, dan setelah itu tidak ada lagi ayat yang turun, yang menyangkut halal dan haram. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kembali dan setelah itu beliau wafat
Sy. Ibnu Jarir dan beberapa ulama lainnya mengatakan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia setelah hari Arafah, yaitu setelah 81 hari.
Sy. Harun bin Antarah, dari ayahnya, berkata, Ketika turun ayat: al-yauma akmaltu lakum diinakum Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu. Yaitu pada haji akbar (besar), maka Sy. Umar Radhiyallahu anhu menangis, lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Apa yang menyebabkan engkau menangis? Sy. Umar Radhiyallahu anhu menjawab, Aku menangis karena selama ini kita berada dalam penambahan ilmu agama kita. Tetapi jika telah sempurna, maka tidak ada sesuatu yang sempurna melainkan akan berkurang. Kemudian beliau Shallallahu allahi wa sallam bersabda, Engkau benar.
Namun di sisi lain, umat Islam tetap diberi peluang untuk dapat mengembangkan pemahaman keagamaan dan berkreasi dalam beramal kebaikan, selagi tidak bertentangan dengan ketentuan aqidah dan syariat yang telah sempurna itu, sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad SAW:
Man sanna fil islam sunnatan hasanatan, kana lahu ajruha wa ajru man amila biha wa man sanna fil islami sunnatan sayyiatan kana alaihi wizruha wa wizru man amila biha, (barang siapa yang memulai sesuatu amalan yang baik dalam Islam, akan mendapat pahala dan pahala orang-orang yang mengikutinya dan barang siapa yang mulai berbuat sesuatu yang buruk dalam Islam, akan mendapat dosa dan dosa orang-orang yang mengikuti perbuatannya.
Nabi Muhammad SAW, juga memerintahkan umat Islam agar mengikuti amalan orang-orang shalih seperti sabda beliau SAW: Alaikum bisunnati wa sunnatil khulafa-ir rasyidina min badi (Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah alkhulafair rashidin setelah aku).
Sabda beliau SAW yang lain:Iqtadauw billazina min badi, Abi bakar wa umar wa ali (Teladanilan amal kebaikan orang-orang shaleh setelahku, Abu Bakar, Umar dan Ali).
Namun, berkreasi membuat suatu amalan dalam Islam itu, tetap ada batasan mana yang boleh dan mana yang tidak. Kreasi baru itu bertentangan dengan aqidah Islamiyah maupun syariat, pasti hiukumnya haram, bahkan bisa menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam.
Ada beberapa orang yang mencoba berkreasi dalam beragama Islam, namun justru menjerumuskan dirinya ke arah kemurtadan, karena menerjang aqidah dan syariat, seperti yang dilakukan oleh para penganut Liberalisme:
Contohnya, mereka berupaya menyatukan ajaran agama-agama yang berbeda dengan meyakini, bahwa aqidah-aqidah yang berbeda dari berbagai agama itu memerlukan Fikih yang berbeda pula.
Mereka sendiri yang menyatakan itu, bahwa yang aqidahnya eksklusif maka Fikihnya eksklusif pula, sedangkan kaum liberal yang aqidahnya inklusif pluralis alias menyamakan semua agama, maka memerlukan Fikih pluraris pula, hingga tokoh-tokoh mereka beramai-ramai (9 orang) membuat sebuah buku setebal 274 halaman dengan judul Fikih Lintas Agama.
Sebagai tambahan untuk mengenal Fiqih Lintas Agama versi kaum liberal ini, adalah Fiqih yang ditulis oleh orang-orang dengan latar belakang keilmuannya bukan ilmu fikih, namun menggeluti filsafat atau teori perbandingan agama.
Mereka tidak jujur dalam menukil literatur dan sengaja memperlakukan ayat-ayat Alquran maupun Hadits Nabi S.A.W semau otak mereka sendiri, maka bisa saja yang halal dibalik menjadi haram dan yang haram menjadi halal.
Misi pembolak-balikan hukum itu, bertujuan untuk mempropagandakan kreasi baru mereka dalam Beraqidah dan Fikih yang berbeda dengan pemahaman umat Islam mainstream.
Contoh lain, mereka sengaja menposisikan para ulama Salaf sebagai orang durjana dan jahat, sedangkan orang kafir mereka naikkan kedudukannya, hingga suara orang kafir pun bisa dijadikan hujjah/dalil untuk membantah hasil ijtihad para ulama, bahkan bisa untuk membantah ajaran Islam yang bersumber dari hadits hingga ayat Alquran.
Guntur Romli seorang penggiat Liberalisme mengatakan dalam akun pribadinya: Adakah Islam itu murni? Tidak ada. Karena dari sononya Islam adalah ajaran oplosan.
Penggiat Liberalisme, Saidiman Ahmad secara terang-terangan meyakini bahwa menyembah matahari lebih penting daripada ibadah kepada Allah, sebagaimana ia tulis dalam akunnya: Acapkali saya berpikir, memuja matahari itu lebih penting dari memuja selainnya. Dia selalu memberi kita pagi yang indah ini.
Sebenarnya, hakikat keberadaan para penggiat Liberalisme ini, jauh-jauh hari sudah diinformasikan oleh Nabi Muhammad S.A.W dalam hadits riwayat Imam Dailami dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda: Tiga perkara yang melenyapkan agama seseorang:
1.Orang alim yang durhaka (menerjang agama).
2.Pemimpin yang sewenang-wenang.
3.Mujtahid yang bodoh (sifat ini lebih tepat untuk kaum Liberal)