Luthfi Bashori
Seorang penyair mengatakan:
QIF DUUNA RA`YIKA FIL HAYAATI MUJAHIDAN # INNAL HAYAATA AQIDATUN WA JIHAADU
(Camkan dalam benakmu untuk terus berjuang. Karena hidup itu adalah keyakinan dan perjuangan)
Kewajiban umat Islam yang harus selalu diperhatikan dewasa ini, adalah memperjuangkan kelestarian aqidah islamiyah yang telah dimilikinya, baik aqidah yang didapatkan dari lingkungan keluarga muslim secara turun temurun, maupun aqidah yang didapatkan dengan cara belajar kepada orang yang lebih alim beragama, atau juga aqidah yang didapati dari hasil kajian dan penelitian, sampai Allah membuka jalan hidupnya hingga berada dalam kebenaran agama Islam yang sempurna.
Apalagi hidup di jaman sekarang yang keadaan dan kualitas umat Islam, semakin tampak kemerosotannya hampir di segala bidang. Bahkan rasanya sudah terbukti terjadinya apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah, beliau berdua meriwayatkan dari Az-Zubair bin Ady rahimahullah yang berkata:
دخلنا على أنس بن مالك قال: فشكونا إليه ما نَلقى من الحَجَّاج، فقال: ما مِن عامٍ إلاَّ والَّذي بعده شرٌّ منه حتى تَلْقَوْا ربَّكم ،
سمعتُ هذا من نبيّكم
Kami masuk menemui Anas bin Malik radliyallaahu anhu. Kami mengadukan kepadanya apa yang kami alami atas kesewenang-wenangan Al-Hajjaj terhadap kami. Anas berkata: Tidaklah datang satu masa kecuali masa-masa berikutnya lebih buruk dari pada sebelumnya hingga kalian menemui Rabb kalian. Aku mendengar perkataan ini dari Nabi kalian (yaitu Rasulullah shallallaahu alaihi waallam).
Di jaman kehidupan para tabiin yang menjadi murid para shahabat Nabi Muhammad S.A.W saja, sudah dikatakan sebagai satu jaman yang penuh dengan fitnah dan cobaan, bahkan terjadi pula huru-hara di kalangan umat Islam. Apalagi jaman sekarang yang telah ditinggal wafat oleh Nabi Muhammad S.A.W empat belas abad silam.
Karena itu, menjaga kelestarian aqidah adalah menjadi sangat urgent bagi setiap jiwa muslim, agar tetap selamat dari kesalahan dalam beragama.
Mencontoh kehidupan para shahabat, sebagai generasi pertama keemasan umat Islam yang mendapat bimbingan langsung dari Nabi Muhammad S.A.W, adalah termasuk yang sangat patut untuk dijadikan kiblat dan keteladanan bagi umat Islam dewasa ini dalam upaya melestarikan aqidah, tentunya selain meniru dan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad S.A.W.
Sebut saja menengok biografi sang panglima perang, Sayyidina Khalid bin Walid yang menceritakan giatnya beliau dalam memperjuangkan kelestarian aqidahnya, sebagaimana beliau meriwayatkan tentang sengitnya pertempuran saat perang Mutah. Saking sengitnya pertempuran saat itu, hingga ada sembilan bilah pedang yang sudah pecah di tangannya, dan hanya tinggal sebilah pedang Yaman yang beliau miliki.
Beliau berkata, Tiada suatu malam yang lebih aku sukai meski itu adalah malam pesta pernikahan, dibanding malam dingin yang menusuk dan mencekam untuk menyongsog musuh di pagi hari.
Pada suatu waktu beliau disuguhi secangkir racun, lalu beliau meminumnya dengan membaca Basmalah dengan penuh keyakinan adanya penjagaan dari Allah, maka racun itu pun sama sekali tidak mencederainya.
Diriwayatkan dari pihak yang memandikan jasad Sayyidina Khalid bin Walid RA, bahwa sekujur badan beliau itu penuh dengan bekas luka, baik karena sayatan pedang, tusukan tombak maupun lemparan anak panah, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Adz-Dzahabi.
Demikianlah biografi ringkas Sayyidina Khalid bin Walid RA, hingga Rasulullah SAW menjulukinya sang pedang Allah. Beliau telah mencurahkan seluruh kehidupannya untuk memperjuangkan kelestarian aqidah, yaitu dengan berjihad fi sabilillah, sebagai wujud ketaqwaannya kepada Allah SWT.