JANGAN PERNAH MENGANGGAP REMEH
Luthfi Bashori
Jangan mengangap remeh amal ibadah atau kebajikan apapun bentuknya dan seberapun jumlahnya, jika dilakukan secara ikhlas, maka sekecil apapun kebaikan itu, pasti akan mendapat balasan pahala dari Sang Maha Pencipta. Seperti juga sekecil apapun perbuatan buruk yang dilakukan seseorang, maka akan mendapat catatan dosa dan ancaman siksa.
Sayangnya, banyak pula terjadi, seseorang yang melakukan perbuatan baik, bahkan yang jumlahnya tergolong sedikit, justru hatinya merasa bangga dengan perbuatannya itu, hingga timbul rasa ujub atau pamer dan riak pada hatinya, lantas merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain.
Padahal, jika dihitung-hitung, sudah amalnya sedikit itu pun disertai dengan ujub atau pamer dan riak, maka tentunya ia tidak akan mendapatkan apapun dari amal kebaikannya yang sedikit itu. Bahkan seseorang yang berbuat amal kebajikan dengan sangat besar nilainya, jika disertai rasa ujub atau pamer dan riak, maka amalan baiknya itu akan menjadi perbuatan yang haba-an mantsuran alias yang sia-sia belaka.
Di sisi lain, ada pula orang yang mengganggap remeh terhadap perbuatan buruk yang dilakukannya, bahkan terhadap perbuatan buruk yang tergolong cukup besar jika dinilai dengan kasat mata, namun karena hati dan telinga pelakunya sudah tertutup bisikan setan, maka iapun tidak merasa punya beban apapun saat melakukan keburukannya itu.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena Allah tidak akan membiarkan suatu keburukan yang dilakukan oleh seseorang, jika ia tidak segera bertobat dan menyudahi kejahatannya. Allah telah mengancam siksa bagi para pelaku kejahatan sekecil apapun kejahatannya itu, jika terus dibawa mati.
Namun, tobatnya seseorang yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum maut menjemput, maka sebesar apapun dosa yang dilakukan, jika Allah berkenan mengampuninya, niscaya akan dapat menyelamatkan dirinya dari ancaman siksa neraka.
Sang bijak, Syeikh Saad bin Jubair pernah mengatakan:
Ada kalanya seseorang itu masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang pernah dilakukan dan ada pula orang yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang diamalkan. Seseorang yang melakukan maksiat, lantas ia menyesal, takut dan cemas terhadap siksa Allah karena dosa yang diperbuatnya, hingga ia pun menghadap Allah dengan rasa ketakutannya itu, maka besar kemungkinan Allah berkenan mengampuninya dan memasukkanya ke dalam sorga. Sebaliknya terkadang ada orang yang berbuat suatu kebaikan, tapi ia senantiasa mengagumi amal baiknya itu, hingga menghadap Allah tetap dengan sikapnya seperti itu, maka Allah murka kepadanya, karena ia meninggalkan keikhlasan, bahkan kemungkinan besar Allah akan mencampakkannya ke dalam neraka.