MENGAPA SHALAT LIMA WAKTU DIBAGI PADA SAAT PAGI, SIANG DAN MALAM?
Luthfi Bashori
Dalam kitab Al-Fiqih Al-Wadhih dikatakan:
Barangkali Allah SWT membagi shalat lima waktu pada waktu siang dan malam agar hamba selalu berhubungan dengan Penciptanya, Pemberi rezekinya dan Pengatur urusannya. Maka ia tidak bisa dikuasai oleh setan dan tidak dicerai beraikan oleh jalan-jalan yang lain, tidak dipermainkan oleh hawa nafsu, tidak dikalahkan oleh syahwat dan tidak dilalaikan oleh kesibukan-kesibukan dunia dari mengingat Allah SWT. Sebab manusia berbekal dari shalat menuju shalat dengan tenaga rohani yang memperharui harapan dalam rahmat Tuhan penguasa bumi dan langit, dan membangkitkan padanya kehidupan dan kegiatan.
Untuk memulai kehidupan, maka umat Islam diperintahkan untuk shalat Shubuh. Tentunya dimulai dengan bersih-bersih diri minimal dengan berwudhu menggunakan air bersih nan suci.
Islam mengajarkan kebersihan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W: Atthahuuru syathrul iimaan (Kebersihan adalah sebagian dari iman).
Dengan berwudlu, apalagi jika disempunakan dengan mandi sebelumnya, maka seseorang dipastikan telah menjaga kebersihan yang melekat pada dirinya sendiri. Sedangkan dengan shalat Shubuh, maka seseorang itu telah membersihkan dan membentengi jiwanya dari keburukan akhlaq, untuk bekal menjalani hidup seharian penuh yang akan dilaluinya.
Setelah beraktifitas setengah hari, maka datanglah waktu adzan Dhuhur. Shalat Dhuhur sendiri termasuk jedah waktu bagi seorang muslim yang sedang menjalankan rutinitasnya dalam mencari maisyah.
Rata-rata orang bekerja itu dimulai pukul 06.30, dan setelah sekitar 5 jam bekerja, maka datanglah waktu adzan Dhuhur. Nah Shalat Dhuhur adalah jedah waktu antara waktu bekerja pada pagi hari dengan waktu bekerja pada siang hari, sekaligus dirangkai dengan jam makan siang.
Jedah waktu shalat Dhuhur dan makan siang, tentunya akan menambah daya semanga seseorang untuk melanjutkan pekerjaannya pada siang hari.
Sekitar 3 jam seorang pekerja menghabiskan waktunya pada siang hari, tentunya datang rasa jenuh dan letih, maka untuk menghilangkannya, syariat mengajarkan shalat Ashar. Kesegaran berwudhu sebelum shalat akan membantu dirinya mendapatkan kebugaran jasmani, sedangkan shalat Ashar akan membantu dirinya untuk mendapatkan kebugaran rohani.
Dengan demikian saat menjelang pulang menuju rumahnya, atau keluarganya, maka kebugaran jasmani dan rohani akan dirasakan pulih seperti sedia kala saat ia berangkat bekerja di pagi hari.
Waktu senggang setelah Ashar, adalah waktu yang ideal bagi seseorang untuk bergaul akrab dengan anggota keluarganya. Waktu bersenda gurau, berkomunikasi, berbagi pengalaman hidup, maupun waktu mendidik dan mengarahkan anak-anaknya secara langsung.
Demikianlah hingga datang waktu adzan Maghrib. Seorang muslim yang baik, tentunya akan mengajak seluruh keluarganya untuk memulai kehidupan malamnya dengan shalat Maghrib berjamaah serta berdzikir kepada Allah.
Sedangkan untuk memulihkan kesehatan tubuh, bolehlah ia mengajak keluarganya duduk bersama di meja makan, saat menjelang adzan Maghrib, sambil makan dan bercerita hikayat orang-orang shalih.
Atau mengambil waktu sejenak setelah selesai shalat Maghrib dan dzikir bersama keluarganya, tepatnya pada saat akhir waktu Maghrib atau menjelang adzan Isyak.
Adapun Shalat Isyak sendiri, adalah ibadah wajib pemungkas bagi kehidupan seorang muslim setelah menjalankan rutinitas seharian penuh. Setelah itu, maka mulailah diisi oleh kegiatan-kegiatan positif lainnya untuk mengantarkan seseorang beristirahan pada malam hari.
* Wajaalnan nahaara maaasya (Kami jadikan siang hari untuk mencari maisyah-(penghidupanmu).
* Wajaalnal laila libaasa (Kami jadikan malam hari itu sebagai pakaian)-(yang dapat menutupi aib dan kekuranganmu).
* Wajaalna naumakum subaata (Kami jadikan tidur itu sebagai istirahat)-(bagi jiwa-ragamu).