Dibalik Usaha Pembubaran Departemen Agama
Luthfi Bashori
Departemen agama (Depag) RI dibentuk tanggal 3 Januari dan diresmikan pada bulan Maret 1946. Pembentukan Depag, diilhami oleh timbulnya masalah-masalah keagamaan, pada awal kabinet RI.
Sebelum dibentuk Depag, dalam banyak hal yang berkaitan dengan urusan agama masih ditangani oleh instansi-instansi . karena tidak terfokus, maka sering terjadi kontradiksi antar instansi dalam menentukan kebijaksanaan.
Pada saat itu problematika lebih banyak terjadi dikalangan warga mayoritas, yaitu umat Islam. Karena itulah tokoh nasionalis muslim Moh.
Yamin, mengusulkan agar dibentuk Depag. Gagasan ini disampaikan pada saat rapat panitia Persiapan kemerdekaan, 15 Juli 1945. Pada mulanya usulan ditolak, karena yang mendukung hanya 6 orang, sedangkan panitia yang ada berjumalah 27 orang.
Usulan moh. Yamin terealisasikan kurang lebih setengah tahun setelah diajukan, yaitu dengan pengangkatan H.M. Rasyidi sebagai Menteri Agama Pertama.
Dalam buku :`Menteri-Menteri Agama RI: biografi sosial politik` dikatakan, bahwa pada awal pengangkatan Menteri Agama sampai yang ketiga, sangat disibukkan oleh masalah perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan.
Karena itu justru tokoh NU, KH. Wahid Hasyim yang akhirnya dianggap sebagai pelopor dan peletak dasar Departemen Agama RI.
Manfaat dibentuknya Depag, banyak kebijakan pemerintah yang diselaraskan dengan syariat Islam. Misalnya peraturan mendirikan tempat ibadah bagi setiap pemeluk agama. Maka harus disesuaikan dengan lingkungan mayoritas penduduk suatu daerah.
Sebagai contoh, apabila dalam satu kelurahan terdiri dari 100 KK, dan 99 KK beragama Islam dan sisanya beragama Kristen, maka tidak dibenarkan pendirian gereja di kelurahan tersebut.
Demikian juga pendirian tempat ibadah harus mendapat dukungan atau izin dari warga sekitar. Jika tidak mendapat dukungan atau izin berarti menyalahi peraturan. Hal-hal semacam inilah yang diperjuangkan lewat jalur kementrian oleh para ulama NU yang menjadi Menteri Agama , seperti figur:
1. KH. Fathurrahman Kafrawi.
2. KH. Masykur.
3. KH. Wahid Hasyim.
4. KH. Ilyas.
5. KH. Wahib Wahab.
6. KH. Saifuddin Zuhri.
7. KH. M. Dahlan.
Tentunya warga NU yang hinga saat ini bisa merasakan kemerdekaan dalam melaksanakan ibadah, selalu mengenang jasa para sesepuhnya yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama.
Mereka inilah para pejuang dan para syuahda yang telah mencurahkan pikiran demi kepentingan umat Islam, khususnya warga NU.
Salah satu bentuk rasa terima kasih kepada mereka, minimal harus menghormati karya nyata mereka, yaitu adanya Departemen Agama RI yang telah ada selama ini.
Alangkah riskannya, jika ternyata ada dari kalangan warga NU yang berani menggugat mereka, dengan usaha membubarkan Departemen Agama yang telah dirintis sekian lama.
Kultur Nu yang diwariskan oleh para sesepuh, adalah selalu menghormati jasa-jasa para pejuang , matau pencetus ide khususnya yang bersangkutan dengan kemaslahatan umat Islam, bukan sebaliknya.
Tendensi usaha pembubaran Depag tentunya bermacam-macam, diantaranya agar memudahkan usaha memasukkan kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Sebagai contoh, tentunya umat Islam khususnya warga NU Jatim tidak akan pernah lupa usulan sebagian anggota PMII Jatim, untuk melegalisasi `Muth`ah /kawin kontrak` di lokalisasi pelacuran.
Kalau dicermati lebih jauh, usulan semacam itu tiada lain adalah salah satu upaya dalam merespon dan merealisasikan pemikiran-pemikiran Said Aqiel, yang pernah disampaikan di kalangan mereka. Pemikiran Said Aqiel cenderung ke kiri-kirian jika ditinjau dari sudut pandang madzab ahlu sunnah waljamaah .
Di satu saat Said Aqiel menampakkan kesunniannya, dan di waktu lain dengan jelas menampakkan kesyiahannya.
Pemikiran Said Aqiel saya katakan ke kiri-kirian bukanlah tanpa alasan. Bahkan pengertian semacam ini sudah umum terdengar di kalngan mayoritas umat Islam dan warga NU pada khususnya.
Cuplikan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan Said Aqiel, barang kali akan lebih memudahkan gambaran untuk mengenal figur Said Aqiel Siradj yang sebenarnya:
1. Dalam muqaddimah buku: PMII, landasan dan arah dengan judul : "Mengembalikan Aswaja Sebagai Manhajul Fikri Dalam Memahami Ajaran-Ajaran Islam".
Said Aqiel banyak mengemukakan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang propokatif terhadap para pembesar Islam, baik terhadap Rasulullah SAW maupun para sahabat RA.
Yang jika ditinjau dari segi ketauhidan sudah termasuk dalam Sabbur-Rasul was-Shahabbah (caci-maki/pelecehan terhadap Rasulullah dan para sahabat). Di samping itu, Said Aqiel dengan jelas-jelas mengkritik dan menggugat Pendiri NU Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari. Untuk lebih jelas perlu dinukil sebagian kata-kata propokatif yang dilontarkannya:
Halaman 3:
Selama ini, yang kita ketahui tentang Ahlu Sunnah Waljamaah adalah madzhab yang dalam aqidah, mengikuti salah satu dari Imam Al-asy`ari dan Imam Abu Manshur Al-maturidi, dalam `ubudiyah (praktek peribadatan) mengikuti salah satu imam empat yaitu Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad As-Syafi`i dan Ahmad bin Hanbal, dan dalam bertasawuf mengikuti salah satu dua imam, yaitu Abu Qasim al-Junaidi al-Baghdadi dan Abu Hamid Muhammad al-Ghazali. Itu yang ditulis oleh hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari dalam Qanun asasi dan di setiap muktamar NU juga disampaikan oleh Rais Aam sebagai sambutan pokok.
Kalau kita mempelajari Ahlu sunnah dengan sebenarnya, batasan seperti itu, agak membuat kita risih.
Katakan saja, cukup memalukan, karena kesederhanaannya itu. Sebab, pengertian tersebut merupakan definisi yang maaf, bukan saya tidak menghargai Kiai Hasyim Asy`ari dan ulama-ulama sesepuh kita yang lain, sangat manipulatif dan bersifat ikhtikar (monopoli).
Halaman 5:
Terpilihnya Abu Bakar merupakan satu kesalahan yang dampak buruknya dijaga Allah demi kejayaan Islam.
Halaman 6:
Dengan demikian kemampuan Rasulullah meredam fanatisme kabilah sebenarnya tidak tuntas. Hasil yang dicapai Rasulullah dalam menekan sukuisme belum maksimal.
Halaman 8:
Di masa-masa awal pemerintahan, kira-kira enam tahun pertama kekhalifahan Utsman, keadaan wajar-wajar saja . semuanya berjalan dengan baik. Kemenangan terjadi di mana-mana, katakanlah sukses. Namun di masa-masa akhir ketika usianya mulai lanjut, Utsman mulai pikun.
Halaman 9:
Di sini, Utsman mulai menyemai bibit perpecahan.
2. Umat Islam sempat menjadi resah dan bertanya-tanya, tentang tampilnya Said Aqiel di atas mimbar gereja Aloyius Gonzaga Surabaya pada hari Sabtu malam tgl 28 Feb 1998, yang beritanya di muat esok harinya Minggu 29 Feb 1998 oleh beberapa media dan memampang gambar photo Said Aqiel sedang berkhutbah, dengan back ground gambar Yesus disalib, tepat di atasnya.
3. Pernyataan said Aqiel di harian Surya, Minggu tgl 6 Sept 1998, dalam artikel bertema Kristen Ortodoks Diperkenalkan di Surabaya, Said menyatakan satu statemen: tidak ada kebenaran yang mutlak, selain dzat Allah. Yang menjadi pertanyaan terhadap statemen ini adalah, apakah Said Aqiel meragukan kebenaran Rasulullah SAW yang disifati Al-Qur`an dalam surat an-najm ayat 3-4 yang artinya (dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Qur`an) menururt kemauan hawa nafsunya). (ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Tentunya sah-sah saja jika ada orang yang meragukan keimanan Said Aqiel terhadap ayat ini. Karena baik Al-Qur`an maupun sabda beliau SAW adalah mutlak kebenarannya, sebab datangnya dari Allah SWT.
Adapun adanya pembagian hadits menjadi mutawatir, shahih hasan dan dhaif, tiada lain dipengaruhi keadaan perawi-perawinya, bukan tinjauan terhadap hakikat sabda Nabi yang mutlak kebenarannya.
4. Tulisan Ir. Salahuddin Wahid cucu pendiri NU yang dimuat dalam kitab `Muskilat dalam NU` diterbitkan oleh forum Nahdiyyin untuk kajian Strategis V Jakarta, hal 39 (terbit di saat menjelang peresmianundang-undang multy partai 1999) dengan judul `Departemen Agama tak Diperlukan?` sebagaimana berikut:
Pada 16 Juli 1998, Tim 5 PBNU telah mengadakan dialog interaktif II dengan tema Membangun Kebinekaan dalam Kesatuan Bangsa wakil katib Aam PBNU, Dr. Said Aqiel Siradj, salah satu seorang kepercayaan Gus Dur, saat itu menjadi salah seorang pembicara yang menarik perhatian peserta dialog, karena terkadang mengemukakan pandangan kritis, sensasional bahkan kontroversional.
Misalnya , ketika ada seorang peserta yang mengusulkan Said Aqiel menjadi menteri Agama nanti partainya menang, Said Aqiel menanggapi bahwa bila hal itu terjadi , langkah pertama yang dia lakukan adalah membubarkan Departemen agama (Depag). Saya (Salahuddin, pen) menganggap lontaran pendapat itu hanyalah upaya Said Aqiel untuk menarik perhatian atau mencari sensasi.
Tapi seorang kawan mengatakan bahwa itu bukan pertama kali dilontarkan Siad Aqiel, bahkan beberapa kawan lain menganggapnya sebagai pelecehan terhadap ulama. Banyak warga NU sendiri merasa tersinggung mendengar ucapan itu.
Kalau saya (Salahuddin, pen) tidak keliru, Gus Dur juga pernah melontarkan gagasan serupa. Saya tidak tahu apakah Said Aqiel mengikuti pendapat Gus Dur ataukah itu gagasan sendiri.
Yang jelas, kalangan non Islam dan nasionalis-sekuler sangat senang apabila Depag dibubarkan. Sekali lagi saya tidak tahu apakah ini sesuatu yang sifatnya kebetulan ataukah ada sesuatu dibaliknya.
Pertanyaan itu wajar diajukan kalau kita mengacu kepada visi politik Said Aqiel yang menyatakan akan bergabung dengan koalisi Mega-Gus Dur.
Kalau gagasan Said Aqiel dkk, memang sebuah sikap politik yang didasari kesamaan pandangan dengan kelompok nasionalis sekuler, kita perlu mengingatkan Said Aqiel dkk.
Apakah hal ini sudah dipertimbangkan masak-masak akibatnya? Kalau hanya bersifat kegenitan untuk memperoleh sensasi, sebaiknya itu tidak diteruskan karena akan membingungkan masyarakat NU.
5. Said Aqiel sebagai tokoh muslim ikut gencar memperjuangkan pengagamaan Khong hu Cu dan pengesahan perkawinan dengan cara mereka, tentunya tanpa melihat dan mempertimbangkan kaidah Fiqhiyah: Ridla dengan kemaksiatan hukumnya maksiat dan ridla dengan kekafiran hukumnya kafir.
Usaha Said Aqiel tersebut diekspos oleh harian surya Minggu 16 November 1997. Sbb:
Dr. said Aqiel Siradj dalam seminar nasional khong hu cu disoroti yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa jurusan perbandingan agama, fakultas Ushuluddin, IAIN Surabaya, sabtu (15/11) mengatakan:
Di Indonesia Islam sudah paling besar, mayoritas, terwakili, mau nuntut apalagi. Tinggal dulur-dulur, misan-misan (saudara-saudara) kita yang masih belum punya hak ini yang harus kita perjuangkan, kenapa dibedakan, kata Said berapi-api di Wisma Bahagia IAIN Sunan Ampel.
Namun Said mengingatkan, memperjuangkan Khong Hucu harus dengan penuh kebijakan, bukan dengan cara radikal. Agar NU satu suara memeperjuangkan ini, Dia akan melakukan pendekatan pada ulama sepuh NU.
(Di NU itu kiayinya beragam, ada yang ndakik-ndakik, insyaAllah ini saya perjuangkan), kata Said mendapat tepuk meriah dari 150 peserta,separoh di antaranya pengikut Khong Hu Cu.
Dukungan moral Said Aqiel ini membuat Tjhie Tjay Ing- Ketua Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi agama Khong Hu Cu didukung, saya sampai meneteskan air mata. Kata haksu (pendeta) dan dosen agama Khong Hu Cu di UGM ini.
6. Moch. Irfan Zidny MA. Salah satu ketua PBNU menulis surat usulan pemecatan Said Aqiel dari angota Nu yang dimuat dalam kitab Musykilat dalam NU dengan judul Anggota NU DR. Said Aqiel Siradj. Pada halaman 43-44 tertera sebagai berikut:
Di forum yang hadirinnya beragam seperti itu, di cover wartawan Vdalam dan luar negeri serta stasiun televisi, saudara Dr. Said Aqiel Siradj berulang kali membuat kejutan, antara lain sebagai berikut:
1. Said aqiel membuka pembicaraannya dengan mengucapkan salam sekaligus memberi komentar sebagai berikut: Salam sejahtera buat kita semua, assalammualaikum Wr. Wb. Saya dulukan salam yang Kristen karena Yesus lebih dulu dari Muhammad.
2. Said Aqiel bercerita, bahwa dia menerima hadiah kitab injil berbahasa arab dari sebuah gereja di Mesir. Ia kemudian membaca suatu ayat dalam Injil berbahasa arab tersebut dengan lagu seperti membaca Al-Qur`an, kemudian ia komentar, isinya sama persis dengan Al-Qur`an.
3. Said aqiel secara eksplisit mengemukakan pendiriannya, agar Departemen Agama Republik Indonesia dibubarkan.
Dalam menanggapi usaha pembubaran Departemen Agama oleh said aqiel, sebagaimana di atas, dan juga pemberitaan beberapa media cetak, saya (penulis), sebagai umat Islam, tentunya merasa ikut berkewajiban mengusulkan kepada pemerintah yang berkuasa, agar menolak usaha Said Aqiel Siradj, dan tetap mempertahankan keberadaan Depag yang selama ini lebih banyak memberi manfaat kepada umat.
Di samping itu, saya sebagai warga NU merasa prihatin, karena para sesepuh NU yang merintis dibentuknya Depag, telah dilecehkan oleh Said Aqiel. Dalam pemahaman saya, usulan Said aqiel ini mempunyai arti bahwa keberadaan Depag selama ini tidak ada artinya, atau tidak baik, atau tidak bermanfaat.
Secara otomatis siapa saja yang pernah menjabat sebagai menteri agama termasuk para sesepuh NU , adalah tidak ada artinya, tidak baik, tidak memberi manfaat kepada umat, untuk itu menurut Said Aqiel Depag perlu dibubarkan.
KH. Masykur dan KH. Tholhah Hasan, berasal dari Singosari dengan duduknya beliau berdua di kementrian agama, berarti telah mengangkat harkat dan martabat warga Singosari di mata rakyat Indonesia, dan beliau berdua adalah termasuk dari putra terbaik bangsa yang pernah dimiliki warga Singosari, bahkan KH. Masykur adalah salah satu pahlawan bangsa yang wajib dihormati jasa-jasanya.
Bubarkan saja Depag
Dr. Said Aqiel Siradj MA yang dikenal swebagi kiyai kontroversional, mengeluarkan kartunya lagi. menurut saya Departemen agama itu bharus dihapus. Katanya.
Tanpa Universal Ummul Qura (Mekkah) ini menuding Depag yang seharusnya jadi tuntunan masyarakat, malah jadi KKN. kalau sudah Dfepartemen Agama saja begitu, jangan tanya departemen lain! katanya, kepada STANDAR kemarin ketika menjadi pemakalah dalam suatu seminar di Surabaya.
Menurut wakil katib Aam PBNU ini , di negeri-negeri arabv sendiri tidak ada Depag, yang ada itu Departemen Wakaf dan urusan Haji. Trik Said Aqiel ini walau sudah begulir, tapi tak ada respon dari pihak Depag maupun masyarakat.
Bagi Said aqiel, urusan agama itu serahkan saja organisasi agamanya masing-masing. Sepertti yang pernah saya katakan. Bahwa kehidupan beragama di tanah air nanti akan semakin plurang, jadi lebih kompleks. Penguasa jangan ikut campur , apalagi mencaplok untuk kepentingan kekuasaanya, katanya. Tapi kalau depag tidak ada siapa yang ngurus haji, pak haji Said?
STANDAR
No. 4, Minggu III September 1998