NASEHAT RASULULLAH SAW
Luthfi Bashori
Sayyidah Aisyah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Kematian adalah merupakan kekayaan (bagi orang yang beriman), maksiat adalah penyebab musibah, kemiskinan adalah ketenangan hati, kekayaan adalah hukuman bagi yang tidak bisa memanfaatkannya, akal pikiran adalah hadiah dari Allah, kebodohan adalah kesesatan, kedzaliman adalah mengakibatkan penyesalan, ketaatan adalah penyejuk mata, menangis karena takut kepada Allah adalah pelindung dari api neraka, tertawa dapat membinasakan badan, dan orang yang bertaubat dari dosa-dosanya maka ia bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa. (HR. Al-Baihaqi),
Indah nian nasehat Rasulullah SAW di atas, sekalipun nasehat yang bersifat jamiul kalim alias mutiara kata yang ringan, namun padat berisi, dan sangat mendalam, baik dari segi ungkapannya maupun maknanya.
Seorang muslim yang mengaku sebagai pengikut dan pecinta Rasulullah SAW, tentu akan selalu berusaha mengikuti dan mentaat serta mengamalkan nasehat-nasehat yang diberikan oleh Rasulullah SAW, karena segala apa yang disampaikan oleh beliau SAW itu hakikatnya adalah wahyu dari Allah, sebagaimana disitir dalam Alquran yang artinya: Tidaklah ia (Nabi SAW) itu berbicara dari hawa nafsunya, melainkan (yang disampaikannya itu) hanyalah wahyu (dari Allah) yang diturunkan (kepadanya).
Coba perhatikan makna yang terkandung dalam nasehat Rasulullah SAW diatas, jika kematian adalah merupakan kekayaan (bagi orang yang beriman), maka jiwa orang yang beriman dan selalu beramal shalih, justru akan merindukan kematian, karena dengan proses kematian itu pula dirinya dapat berjumpa dengan Tuhannya dan dapat berkumpul dengan Rasulullah SAW di alam barzakh.
Ternyata maksiat adalah penyebab musibah, maka betapa celakanya seseorang yang merasa dirinya takut terhadap musibah jika menimpanya, namun ia terus menerus berbuat maksiat kepada Allah.
Bagi orang yang hatinya selalu merasa cukup, dan selalu bersyukur kepada Allah atas segala pembagian yang ia terima dari Allah, maka sesungguhnya kemiskinan itu baginya adalah ketenangan hati. Sedangkan orang yang tidak pernah bersyukur kepada Allah dengan rezeki yang telah diterimanya, dan ia memiliki sifat tamak dalam meraup kehidupan dunia, serta selalu iri dan hasud kepada sesamanya, maka hakikatnya kekayaan yang dimilikinya itu adalah hukuman, jika ia tidak bisa memanfaatkannya di jalan Allah.
Menjaga akal pikiran sangatlah penting, dan sudah seharusnya memanfaatkan akal pikiran itu untuk segala hal yang positif, karena akal pikiran adalah hadiah dari Allah. Sebaliknya membiarkan kebodohan terhadap ajaran agama maupun nilai-nilai kebenaran adalah sebuah kesesatan, yang sudah seharusnya diperangi oleh setiap muslim dari dalam dirinya.
Jangan ada di antara umat Islam yang sering berbuat dzalim, karena kedzaliman itu akan mengakibatkan penyesalan di kemudian hari, namun hendaklah selalu menjaga ketataan dan keshalihan, karena ketaatan adalah penyejuk mata.
Kapan kira-kira hati ini dapat menangis selalu karena takut kepada Allah, sebab hakikatnya hati yang selalu menangis karena takut kepada Allah itu adalah pelindung dari api neraka. Tapi, ternyata kebanyakan umat Islam dewasa ini justru memperbanyak tertawa daripada menangis, sekalipun Rasulullah SAW dalam nasehatnya mengatakan bahwa tertawa itu dapat membinasakan badan seseorang jika kelak menghadap Allah.
Sungguh berbahagia bagi orang yang berniat untuk bertaubat dari dosa-dosa dan kesalahannya, karena di hadapan Allah sesungguhnya orang yang bertaubat itu bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa sama sekali dan bersih diri.