LEBIH MENGUTAMAKAN NABI MUHAMMAD SAW
Luthfi Bashori
Allah berfirman, Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri- istri beiau adalah ibu-ibu mereka, (Q.S. Al-Ahzaab: 6).
Nabi Saw bersabda, Sesungguhnya aku bagi kalian bagai seorang ayah yang selalu mengajari kalian.
Imam Al-Baihaqi berkata. Pribadi Nabi SAW bagai seorang ayah bagi seluruh umat Islam dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Karena umat Islam belajar agama ini dari beliau SAW dan dari istri-istri beliau, karena itu pula umat Islam wajib mentaati beliau SAW dan istri-istrinya. Seorang yang menentang beliau dan menentang istri-istrinya, maka ia akan binasa di akhirat nanti.
Maksud dari wajibnya mentaati Nabi SAW dan para istrinya adalah memandang beliau SAW dan para istrinya dengan pandangan hormat, serta selalu mungucapkan shalawat kepada beliau SAW dan kepada istri-istrinya sepanjang umur, serta mencintai mereka dalam hati dan dengan lisan dan megutuk orang-orang yang menyakiti Nabi SAW dan para istrinya, karena agama mengharamkan perbuatan seperti itu.
Menjadikan Nabi Muhammad SAW ibarat ayah sendiri bagi setiap muslim, adalah perkara yang dianjurkan dalam syariat, bahkan sudah seharusnya setiap muslim lebih mendahulukan Nabi SAW daripada kedua orang tua kandungnya sendiri dalam segala hal.
Dengan demikian maka jadilah figur Nabi SAW itu selalu ada di dalam dada. Jika figur Nabi SAW sudah melekat dalam dada seseorang, maka akan memudahkan lisannya untuk istiqamah bershalawat kepada beliau SAW, dan jika hal ini benar benar terjadi, maka alangkah bahagianya kehidupan akhiratnya karena janji Nabi SAW akan terwujud untuk dirinya.
Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya, orang yang paling dekat denganku pada hari Kiamat, adalah orang yang paling banyak membaca shalawat atas diriku.
Menjadikan Nabi SAW ibarat ayah bagi setiap pribadi muslim, tentunya harus disertai juga dengan menjadikan para istri Nabi SAW ibarat sebagai ibu-ibu bagi dirinya. Seorang ayah yang baik pasti akan murka jika menyaksikan sang anak durhaka terhadap ibunya, karena ibu bagi anaknya itu tiada lain adalah istri bagi sang ayah.
Jika ada seorang muslim yang mengaku cinta kepada Nabi SAW, namun membenci salah satu istri beliau SAW, tentu Nabi SAW akan sangat murka terhadapnya, dan jika Nabi SAW murka terhadap seseorang, maka pasti Allah juga akan murka kepadanya dan kelak akan menyiksanya.
Jika umat Islam jeli, maka akan mudah menemukan contoh orang-orang yang membenci para istri Nabi Muhammad SAW, salah satu di antaranya adalah si Khomeini, yang mana caci-makinya terhadap istri Nabi SAW, yaitu Sayyidah Aisyah itu, ditulis dalam kitab karangannya yang berjudul Al-Thaharah, juz 3 hal 457, sebagai berikut:
"Jika seorang pemimpin memberontak terhadap amirul mukminin (Ali) untuk melawan dia dalam kepemimpinan atau tujuan lain, seperti Aisyah (istri Nabi SAW), Zubair, Thalhah dan Muawiyah....., atau jika dia menampakkan permusuhan terhadap Amirul Mukminin atau setiap Imam (Syiah), walaupun mereka tidak terlalu (najis) dalam penampilan luar...... maka (hakikatnya) mereka lebih najis dari anjing dan babi..."