Mujahadah Dengan Mendidk Jiwa 4
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Demikian itu dengan cara terus menerus menyibukan diri dengan berdzikir kepada Allah SWT , menghadap kepada-Nya dengan berdoa kepada-Nya disetiap situasi dan kondisi serta memperbanyak istighfar, bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Orang yang mencermati Sirah Nabawiyyah yang mulia akan melihat upaya maksimal Rasulullah SAW dalam menetapi, memperhatikan serta tidak meninggalkan hal-hal tersebut. Sekaligus beliau beliau memberikan suport dan motivasi untuk mengerjakan hal-hal itu. Hal ini sebagai upaya tasyri (membuat aturan) dan pembelajaran bagi para dai agar memperkokoh hubungan mereka dengan Allah SWT dan (selalu) menambatkan hati kapadanya. Dan untuk menambah ketentraman hati sebab adanya kepercayaan besar dan total terhadap janji-janji Allah, Rahmat, kelembutan serta perhatian-Nya, juga untuk menghilangkan keburukan serta dikabulkannya doa orang yang (berada dalam kondisi) kritis. Dan untuk (mendapatkan) bantuan serta pertolongan-Nya. Dan untuk menampakkan rasa sangat membutuhkan (terhadap) Nya.
Sungguh Al-Quran telah berbicara dalam ayat-ayat yang banyak, begitu juga kitab-kitab hadits penuh dengan hadits-hadits Shahih yang memberi gambaran kepada kita mengenai berbagai metode yang disyariatkan dan memiliki dasar hukum yang kuat untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT serta mengokohkan ikatan hati bagi seorang muslim dan seorang dai.
Dan menjadi jelas bahwa memperhatikan tujuan ini (memperkuat hubungan dan mengokohkan ikatan hati kepada Allah) adalah termasuk materi-materi pokok dan dasar-dasar utama yang menjadi keharusan bagi seorang dai untuk memasukkan hal-hal tersebut dalam metode dakwahnya serta meletakkannya di depan kedua matanya. Karena sesungguhnya hal tersebut merupakan metode sang teladan terbaik SAW yang ditempuh oleh khalifah (pengganti) beliau sebagai pembenah terdahulu yang datang setelah Rasulullah SAW.
Bahkan telah disusun beberapa kitab khusus yang menjelaskan berbagai metode tersebut, berikut keistimewaan, kemuliaan juga tata cara pelaksanaannya. Dan para pakar hadits dalam beberapa karya mereka juga menuliskan beberapa bab dan sub bab khusus terkait hal tersebut secara menyendiri. Bab-bab dan subnya tersebut juga menjelaskan motivasi untuk berdzikir, berdoa, dan beristighfar dan bertaubat, serta menjelaskan kegemaran Rasulullah SAW dan para sahabat terhadap dzikir kepada Allah SWT, berdoa, beristghfar, dan kembali kepadanya melalui taubat. Juga menjelaskan Rasulullah SAW dan para sahabat terus menerus melakukan hal-hal tersebut, baik di waktu pagi ataupun sore, malam maupun siang, dan ketika dalam perjalanan maupun ketika dirumah, serta menjelaskan dorongan dan anjuran mereka untuk hal-hal tersebut.
Juga menjelaskan kepada kita bahwa sungguh orang yang gemar berdzikir kelak mendahului yang lainnya (di hari kiamat), dan Allah SWT menyebutnya di dalam Dzat-Nya dan dilingkungan komunitas suci (para malaikat), dia tergolong di antara 7 golongan yang dinaungi oleh Allah SWT di bawah naungan-Nya (di hari kiamat), dan (rahmat dan penjagaan) Allah SWT bersamanya. Dia juga kelak akan bersenang-senang di taman-taman surga, mendapatkan seluruh kebaikan, derajatnya adalah yang paling utama di sisi Allah SWT kelak di hari kiamat, para malaikat mengelilinginya, rahmat Allah SWT menaunginya, dosanya diampuni, keburukan-keburukannya diganti dengan kebaikan-kebaikan dan teman duduknya menjadi orang yang beruntung. Dan surga adalah jalan menuju keselamatan dan keberuntungan bagi orang yang telah memilih untuk selalu melakukan amal-amal yang utama.
Sungguh bahwa berdzikir merupakan hal yang agung tiada tara, pelebur berbagai kesalahan, dan tiada satu amalpun yang lebih berguna dalam menyelamatkan hamba Allah dari siksaan-Nya dibanding berdzikir. Berdzikir juga merupakan amal yang paling disukai Allah SWT, dan doa merupakan kunci terkabulnya permintaan, sarana penghibur bagi orang-orang yang kekurangan, tempat mengungsi bagi orang-orang yang (berada dalam kondisi) kritis serta tempat bernafas lega bagi orang yang memiliki berbagai kebutuhan.
Maka inilah Rasulullah SAW, beliau berdiri sepanjang malam Jumat di bawah Al-Arisy (tempat berteduh) yang di dirikan untuk beliau saat perang Badar seraya berdoa kepada Allah dengan suara keras dan memohon dengan sungguh-sungguh, menengadahkan kedua telapak tangannya ke langit serta memohon dengan sangat kepada Allah agar memberikan kemenangan yang telah Allah janjikan kepada beliau. Sehingga selendang beliau SAW terjatuh dan Sayyidina Abu Bakar ra merasa iba kepada beliau. Beliau menggambarkan bentuk penghambaan yang sempurna dan total melalui tampilan doa yang panjang serta permohonan yang sangat sungguh-sungguh. Allah SWT berfirman, yang artinya : (Ingatlah) disaat kalian memohon bantuan kepada Tuhan kalian (Allah), lalu Dia mengabulkannya bagi kalian (bahwa) sesungguhnya Aku mendatangkan bala bantuan bagi kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. (Q.S. Al-Anfal : 9).
Sesungguhnya maghfirah (ampunan) Allah taala lebih luas dari berbagai dosa, dan rahmat-Nya lebih diharapkan dari pada amal. Dan sungguh Rasulullah SAW selalu memperbanyak istighfar. Ibnu Umar ra berkata : Sungguh kami menghitung untuk Rasulullah SAW dalam satu kali majlis sebanyak seratus kali bacaan : Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha menerima taubat dan maha penyayang. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi : juz.3 hal.231).
Sesungguhnya bertaubat merupakan manzilah (pangkat) pertama dari berbagai manzilal para salik (orang yang menempuh jalan mendekatkan diri kepada Allah taala). Juga merupakan saat dimana hati terjaga, panca indera fokus memperhatikan, akal (bisa konsentrasi) berfikir serta jiwa menjadi jernih. Dengan demikian dia menggenggam faktor-faktor (untuk memperoleh) taufik, dan Dzat yang Maha Benar SWT memberinya anugerah (berupa) meluruskan niat, memulai untuk kembali (kepada Allah) secara baik, melepas ikatan orang-orang yang merdeka (dari hawa nafsu), menahan tali kekang jiwa dari mengikuti keinginan-keinginan nafsu, menjauhkan diri dari tergelinciran, meninggalkan keburukan dan sejenisnya serta menyingkirkan bagian setan dari jiwa. Maka (dengan itu semua) jiwa menjadi bersih, bersinar, dan lapang, sehingga tersingkirlah bagian nafsu dan jiwa.
Sesungguhnya seorang dai selamanya tetap membutuhkan hubungan rohani dan ikatan hati (batin). Dengannya hati menjadi tentram, ruh terpenuhi kebutuhannya serta jiwa menjadi tenang. Makalah itu menjadikan kecemasan pergi dan kerisauan terusir dimana keduannya merupakan musuh yang paling hebat bagi jiwa dai serta menghentikan tersibukkannya pikiran dengan berbagai beban pikiran materi duniawi, dan menghentikannya dari terhanyut dalam bisiskan-bisikan hati yang jahat dan waswas yang menjadikan manusia tidak mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam kehidupan ini.