Mujahadah dengan Mendidik Jiwa Agar Memilik Kesabaran, Keteguhan Hati dan Tetap Melanjutkan Perjalanan Dakwah
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Sungguh telah menimpa kaum muslimin cobaan-cobaan yang sangat keras dan kesulitan-kesulitan yang sangat berat. Namun mereka hadapi semua itu dengan kesabaran, tidak berputus asa dan tanpa gelisah. Bahkan semangat mereka menjadi bertambah. Maka mereka terus melakukan berbagai upaya dengan penuh keteguhan hati, hingga pada akhirnya merupakan terlepas dari cobaan-cobaan keras ini dan mereka menjadi amat tangguh. Dan komunitas mereka mencapai kondisi terkuat yang bisa dicapai oleh suatu komunitas pada awal kemunculannya. Dan kesiapan mereka untuk menghadapi tantangan-tantangan dari luar memiliki kejangkauan yang lebih luas dan lebih kaya pengalaman.
Selama sebelas tahun, Rasulullah SAW tetap melanjutkan perjuangan dengan kesabaran yang tiada terputus. Selama itu beliau menerima perlakuan kasar dan mengalami keterasingan hebat antara beliau dan kaum serta para tetangga beliau, sehingga tiada kesenangan dan ketenangan dalam kehidupan beliau. Setiap detik suku Quraisy menanti (kesempatan) untuk membunuh beliau. Akan tetapi belia tetap bersabar, mengharap pahala Allah SWT dan tetap tegak berdiri untuk menyampaikan nasehat pada kaumnya. Tak ubahnya kesabaran seorang lelaki yang hatinya dipenuhi harapan besar, sehingga menjadikannya tiada kenal berhenti (berjuang) serta menuntunnya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai (yang diperjuangkannya) dan mencapai tujuan-tujuannya.
Tidak pernah berkurang tekad bulat beliau meski hanya untuk sehari saja. Dan tidak melemah sedikit pun kekuatan dan usaha beliau. Maka dengan berturut-turut tumbanganlah berbagai hambatan ketika berhadapan dengan kekuatan dan semangat beliau. Dan dengan berurutan gugurlah berbagai cobaan dan kesabaran beliau, yaitu kesabaran seseorang yang dibarengi dengan besarnya harapan-harapan yang beragam. Beliau SAW tidak berdoa buruk bagi orang-orang kafir, yaitu agar Allah SWT tidak menyisakan di muka bumi seorang pun dari mereka. Akan tetapi beliau berdoa baik untuk mereka, yaitu agar Allah SWT memberi petunjuk bagi mereka. Bahkan beliau memintakan maaf bagi mereka sebab sungguh mereka tidak mengerti karenanya, beliau SAW berdoa, yang artinya : Ya Allah, Berilah petunjuk bagi kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak mengerti.
Lalu beliau mengungkapkan harapannya ini kepada Jibril as ketika Jibril menawarkan kepada Beliau untuk menghancurkan mereka. Beliau SAW menjawab : Tetapi aku berharap agar Allah mengeluarkan dari tulang-tulang punggung mereka orang-orang yang menyembah Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. (sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari: 1/254).
Sungguh Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita tentang dirinya dengan sabdanya, yang artinya : Sunggguh aku telah diganggu dalam (jalan) Allah dan tiada seorang pun yang diganggu (sepertiku). Dan sungguh telah mendatangiku tiga puluh di antara hari dan malam (tiga puluh hari tiga puluh malam), sedangkan aku dan Bilal tidak memiliki apapun yang dapat dimakan oleh (makhluk) yang mempunyai liver (hati) selain makanan yang (lebar bisa) ditutupi oleh ketiak Bilal. (HR. Ahmad, At-Tarmidzi dan Ibnu Hibban. Demikian dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib: 1/242).
Dan orang-orang mukmin sungguh telah diuji ketika al-ahzab (berbagai golongan kafir) bersekutu menjadi satu. Orang-orang mukmin terguncang dengan dahsyat, karena mereka tidak pernah meilhat-sepanjang pertikaian mereka dengan musuh-musuh mereka dalam berbagai medan pertempuran yang telah berlalu-himpunan (pasukan musuh) yang sangat besar ini. Akan tetapi taujih ilahi (arahan dari Allah) untuk Rasul-Nya yang mulia dalam firman-Nya:
Wahai Nabi (Muhammad), bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian tunduk kepada orang-orang kafir dan munafik, sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui serta Maha Bijaksana. Dan ikutilah sesuatu yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengerti dengan segala sesuatu yang kalian lakukan. Dan bertakkwallah kamu kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai pemelihara. (Q.S. al-Ahzab: 1-3)
Maka Al-Quran memerintahkan Rasulullah SAW agar melaksanakan tiga hal:
Pertama: agar bertakwa kepada Allah taala semata dan tidak merasa takut kepada selain-Nya, yaitu musuh-musuh beliau, dan agar tidak tunduk serta tidak menyerah kepada mereka.
Kedua: agar mengikuti segala yang diwahyukan kepada beliau dari Tuhan beliau.
Ketiga: agar bertawakkal kepada Allah taala semata karena hanya Dialah Dzat Yang sungguh menjamin untuk memberi pertolongan dan bantuan.
Oleh karena itu, ad-daiilallah (orang yang mengajak ke jalan Allah) akan menghadapi berbagai kesulitan dan bermacam cobaan. Maka jangan sampai hal-hal itu menjauhkannya dari iman kepada Allah, dan dari ajaran yang hak tentang Dzat Allah. Dan jangan sampai ia merasa takut kepada musuhnya, betapapun hebat kekuatan dan koalisi mereka. Seraya memohon pertolongan kepada Allah taala semata, dengan tanpa mengharap pertolongan dan bantuan dari arah yang lain. Dan ad-dai ilallah dalam seluruh hal tersebut memiliki teladan yang baik, yaitu sang pengemban risalah dan dakwah nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, setelah ayat di atas Allah SWT berfirman, yang artinya:
Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik (yaitu) bagi orang yang mengharap (ridha) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah SWT. (QS. Al-Ahzab: 21).
Maka hasil dari kesabaran ini Allah SWT menghalau orang-orang kafir dengan (pulang) membawa penuh kejengkelan, dan mereka tidak meraih kebaikan (keuntungan) apapun. Dan Dia menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan Dia mengeluarkan musuh-musuh orang-orang mukmin (yaitu bani Quraidhah) yang telah membantu al-Ahzab (golongan-golongan kafir yang bersekutu) dari benteng-benteng mereka, memasukkan rasa takut kedalam hati mereka. Dan Dia mewariskan kepada orang-orang mukmin tanah0tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka. (semua hal itu terjadi) setelah orang-orang mukmin menanggung penderitaan, berbagai kesulitan yang di akibatkan oleh kelaparan serta kegelisahan jiwa yang disebabkan oleh blokade yang dipasang disekeliling Al-Madinah Al-Munawwarah.
Dari sini kita belajar bagaimana seharusnya para Dai untuk menampilkan sifat istiqomah (konsisten), tangguh serta tidak mundur di saat menghadapi berbagai kesulitan, cobaan serta rintangan. Dan juangan sampai hati mereka di hinggapi rasa putus asa dan lemah semangat pada saat hasil yang diharapkan tampak terlambat datang (dan rasa putus asa itu bisa timbul) karena mengingat segala upaya yang telah mereka kerahkan. Dan agar selalu menjaga kesinambungan berbagai upaya mereka sekalipun harus mengalami semua hal itu, agar jangan sampai langkah-langkah mereka terpeleset saat berhadapan dengan medan-medan yang mengandung bahaya, kerugian serta ketamakan ditengah-tengah perjalan mereka untuk meraih tujuan. Agar mereka membiasakan diri untuk beraktivitas dengan upaya berkesinambungan, melatih diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang stabil, sistematis dan membuahkan berbagai hasil dalam jangka panjang, juga ahar jangan sampai langkah-langkah yang segera membuahkan hasil dalam jangka pendek menjadi target utama dan menjadi impian seluruh dai.
Sesungguhnya diantara faktor yang menjadikan hati seorang dai merasa ringan untuk mengerjakan sifat sabar adalah dia harus mengerti sebagaimana para dai terdahulu mengerti bahwa berbagai cobaan dan kesulitan merupakan fenomena yang lazim menyertai pergerakan dakwah islam. Dan hal tersebut (justru) termasuk unsur terpenting dalam islam untuk membentuk dan menguji (seorang dai). Sesungguhnya iman yang kuat dan kokoh adalah iman yang teguh pada saat-saat yang sulit. Adapun iman yang sakit dan rapuh maka akan cepat sekali menjadi lenyap dan hancur berkeping-keping ketika diterpa berbagai cobaan. Allah SWT berfirman, yang artinya:
Dan diantara manusia ada orang yang berkata: kami beriman kepada Allah. Maka jika dia disakiti di jalan Allah maka ia menjadikan fitnah (sesuatu yang menyakitkan) manusia sebagai siksa Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka pasti berkata: sesungguhnya kami masih bersama kalian. Bukankah Allah itu lebih mengetahui pada apa didalam hati seluruh manusia? Dan niscaya Allah betul-betul mengetahui orang-orang yang beriman, dan niscaya Dia betul-betul mengetahui orang-orang munafik. (QS. al-Ankabut: 10-11).
Sesungguhnya keteguhan hati pada saat sulit adalah bukti yang harus ada untuk memastikan tetapnya kesungguhan dan kekokohan iman. Allah SWT berfirman yang artinya: Adakah manusia mengira akan dibiarkan (begitu saja) untuk berkata: kami beriman kepada Allah dalam keadaan mereka tidak di uji? Dan niscaya sungguh kami telah mengunjungi orang-orang sebelum mereka, maka (dengan demikian) Allah sungguh mengetahui orang-orang yang sungguh-sungguh (beriman) dan juga Dia sungguh mengelabui orang-orang yang berbohong (tidak beriman). (QS. al-Ankbuut:2-3)
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani