URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 197 users
Total Pengunjung: 6224309 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
Ikhlas Sebagai Penunjuk Utama Jalan Dakwah 
Penulis: Sayyid Muhammad Alawi Al-Malik [ 3/9/2016 ]
 
Ikhlas Sebagai Penunjuk Utama Jalan Dakwah

As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani



Dari rancangan ini maka berangkatlah dakwah, dan setelah beberapa muqaddimah serta studi ini maka dakwah berjalan, dengan ikhlas sebagai penunjuk utamanya, pasrah kepada Allah sebagai pemimpinnya, dan kesungguhan serta melepaskan diri dari hanya memikirkan keuntungan materi dan hasil duniawi sebagai pintunya. Dan sungguh Rasulullah SAW telah mencontohkan hal-hal tersebut dengan contoh yang luhur, baik dengan perkataan maupun tindakan.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi bahwa Sayyidina Umar ra suatu hari masuk kepada Rasulullah SAW, dan pada saat itu Rasulullah sedang (tiduran) di atas tikar (yang kasar) sehingga membekas di sisi badan beliau. Melihat hal itu, Sayyidina Umar berkata : Duhai Rasulullah, andai engkau mengambil ksaur yang lebih lembut dan lebih empuk dari tikar (kasar) ini. Rasulullah SAW menjawab: Apa urusanku dengan dunia? Tiada perumpamaanku dengan dunia ini kecuali hanya seperti penunggang yang menempuh perjalanan di hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawah pohon, lalu (setelah itu) berjalan (lagi) dan pergi meninggalkannya. (HR.At-Tirmidzi dan beliau menghukuminya shahih, dan Ibnu Majah 2/255).

Dan dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah tidak memerintahku untuk menyimpan (harta) dunia, juga tidak untuk mengikuti keinginan-keinginan syahwat. Maka siapapun yang menyimpan (harta) dunia dengan keinginan untuk hidup abadi maka sesungguhnya hidup hanya di tangan Allah saja. Ingatlah bahwa sesungguhnya aku tidak menyimpan satu dinarpun atu satu dirham pun, dan aku tidak menyimpan rezeki buat besok. (HR.Abu Asy-Syaikh dalam At-Targhib 2/257).

Namun janganlah anda menyangka bahwa hidup prihatin dan sederhana yang digambarkan oleh beberapa hadits ini bertentangan dengan prinsip kerja, usaha, dan mencari pekerjaan yang halal melalui jalur perdagangan dan transaksi. Hal-hal ini adalah salah satu dasar yang dianjurkan oleh agama Islam, dan agama Islam mentapkan pahala serta keutamaan yang tidak samar lagi bagi mereka yang mencarinya dengan benar dan jujur. Sebab tak ada korelasi antara berusaha dan bekerja yang halal dengan hidup sederhana.

Terkadang seseorang giat dalam bekerja dan bersemangat dalam berusaha namun gaya hidupnya tetap sederhana, prihatin, suka berdema, murah hati, memberikan manfaat kepada yang lain dengan memberikan pinjaman dan kebaikan, tak ada dalam dirinya kerakusan atas harta serta tak ada ketertarikan kepada harta dunia, dan dia (mampu) mengalahkan segala keinginan (nafsu) dan harapannya. Dan bukan di sini temapt untuk menjelaskan tema bahasan ini.

Rasulullah SAW telah mengarahkan cara berfikir Islami yang menjadi penunjuk utama di meda dakwah kepada kenyataan ini, saat beliau bersabda di atas mimbar beliau, yang artinya : Sesungguhnya aku adalah pendahulu bagi kalian, dan aku adalah saksi atas kalian, dan sesungguhnya tempat janji (pertemuan) kalian (denganku) adalah telagaku, dan sungguh aku sedang melihatnya dari tempatku ini, dan sunggu aku tidak khawatir kalian akan (kembali) musyrik lagi, tetapi aku mengkhawatirkan harta dunia atas kalian, (yaitu) kalian akan saling bersaing (memperebutkannya). (HR.Al-Bukhari 2/242).

Dan para muslih (pembenah/reformis) terdahulu dari kalang para sahabat dan salaf shalih telah berjalan diatas metode yang lurus ini. Mereka takut dengan terhamparnya harta dunia dan mereka menangis saat melihat hal itu, dan merasa sangat mengkhawatirkan akibat timbul setelahnya, yakni munculnya rasa saling iri, saling benci, saling dendam, saling bersaing dan (timbulnya) fitnah.

Dan Sayyidina Umar bin Khattab ra benar-benar menangis saat melihat harta rampasan (yang melimpah) dari perang Al-Qadisiyyah. Melihat hal itu, Abdur Rahman bin Auf ra berkata kepada Sayyidina Umar : Wahai Amirul Mukminin, ini adalah hari gembira dan bahagia. Sayyidina Umar menajawab : Benar, tetapi tidak ada satu kaum pun yang diberi hal ini kecuali mengakibatkan permusuhan dan kebencian. (HR Baihaqi 2/244).
 
Yakni bahwa melimpahnya harta dunia adalah faktor pemicu terkuat timbulnya permusuhan dan kebencian di antara manusia. Karena orang-orang yang berjiwa kerdil (selalu) menginginkan apa yang ada di tangan orang lain.
Maka, dakwah serta usaha keras para sahabat dan salaf shalih tiada lain hanyalah untuk menggapai ridha Allah dan kebaikan akhirat. Akal, Pikiran dan segala gerakan mereka kosong dari (niat) bekerja hanya sekedar untuk (hal-hal) duniawi saja, serta (kosong juga) dari rasa suka kedudukan (haus kekuasan) dan usaha membentuk negara atau pemerintahan. Hal-hal yang mereka lakukan murni semata-mata untuk menggapai ridha Allah SWT.

Ketika mereka telah benar-benar melakukan segala sesuatu hanya untuk menggapai ridha-Nya dan bersungguh-sungguh patuh kepada-Nya, maka Allah mewujudkan keridhaan-Nya kepada mereka, yaitu dengan menundukkan dan menaklukkan dunia untuk mereka, menjadikan kedulatan mutlak untuk mereka (atas seluruh bangsa di muka bumi), serta hukum yang berlaku adalah hukum mereka. Semua hal ini adalah hasil alami dari apa yang telah mereka persembahkan (kepada Allah SWT), beberapa perjuangan, usaha dan iman. Allah SWT berfirman, yang artinya :
 Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia bena-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. (QS.An-Nur: 55).

Dan janji untuk dijadikan berkuasa ini dijamin dan diwujudkan Allah SWT dengan kompensasi berupa iman dan amal yang sempurna. Karena itu, jika seorang muslim berusaha mewujudkan apa yang dituntut darinya dan apa yang dibebankan kepadanya, maka dia pasti sampai pada hakekat/kenyataan yang telah dijanjikan oleh Allah, yaitu berkuasa di muka dbumi. Adapaun orang yang hanya berusaha meraih hasil akhir tetapi meninggalkan atau meremehkan terhadap faktor (perangkat, sebab-sebab) yang digunakan untuk menuju hasil akhir tadi, maka dia sama saja dengan orang yang mengharapkan lulus namun tanpa  disertai kesungguhan dan belajar.

Sebenernya, bisa saja Rasulullah SAW menegakkan bendera (khusus) bagi bangsa Arab,  yang menyatukan Quraisy dan suku-suku Arab lainnya, serta membentuk kerajaan Arab yang kuat dan bersatu, dan beliau menjadi pemimpinnya untuk membela nasionalisme Arab serta mematahkan nasionalisme Persia dan Romawi, hingga bendera Arab berkibar gagah di muka bumi mulai dari timur sampai barat, dan kedigdayaan bangsa Arab menjadi abadi. Dan tentu saja andai beliau mau melakukan hal ini, niscaya semua orang yang menentang, melawan, dan menghalangi jalan dakwah beliau akan bergegas menerima pemerintahannya dan bergabung di bawah bendera nasionalisme beliau.

Kenapa hal itu tidak mungkin, mengingat beliau adalah Al-Amin (orang yang sangat terpercaya) yang jujur dan selalu menepati janji, sosok yang dijadikan penengah saat terjadi peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan bangsa Arab di kota Makkah, yaitu saat proses peletakan Hajar Aswad di temptanya semula Kabah ( usai Kabah direnovasi). Tak hanya itu saja, bahkan mereka (Quraisy) sungguh telah beberapa kali menawarkan negoisasi kepada Rasulullah SAW dan menyodorkan kehadapan beliau berbagai harapan luas nan tinggi yang teramat diidamlan oleh (setiap) pria termulia dan terdidik dari suku tersebut. Yaitu saat mereka berkata kepada beliau: Jika yang kau inginkan dengan hal (Risalah) yang kau bawa ini adalah harta, maka kami akan mengumpulkannya untuk kamu sehingga kamu menjadi yang paling kaya diantara kami. Dan jika yang kau inginkan dengannya adalah kemuliaan, maka kami akan menjadikanmu tuan kami sehingga kami tak akan pernah memutuskan sesuatu tanpamu. Dan jika yang kau inginkan dengannya adalah agar menjadi raja, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja kami.

Dan mereka berulang-ulang menawarkan kepada beliau kedudukan dan harta. Maka respon beliau (terhadap semua tawaran itu) adalah beliau memaklumatkan dengan tegas dan jelas:

aku tidak datang dengan apa yang aku bawa datang kepada kalian ini untuk mencari harta kalian, juga tidak untuk mencari kemuliaan diantara kalian juga tidak untuk menjadi raja atas kalian, tetapi Allah swt mengutusku sebagai rasul, dan Dia menurunkan kitab kepada ku dan memberiku perintah agar aku menjadi pemberi kabar gembira sekaligus pemberi peringatan, maka aku sampaikan kepada kalian risalah-risalah Tuhanku dan aku memberi nasihat kepada kalian. Jika kalian menerima apa yang aku bawa datang kepada kalian ini, maka itu adalah keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian menolaknya, maka aku tetap terus bersabar (gigih menyampaikan) terhadap ketentuan Allah ini, sehingga Allah (sendiri) yang memutuskan diantara kita. (Sirah Ibnu Hisyam: 114).

Rasulullah SAW, sang pengemban dakwah, benar-benar telah memberitahukan hakekat dakwahnya dalam penjelasan yang detail, serta merincinya agar terhindar dari setiap tujuan dan target tidak jelas yang terkadang diam-diam menyusup kedalam hati para pengemban suatu dakwah/ajakan yang masih baru serta para penggerak revolusi serta reformasi. Padahal (keikhlasan) ini adalah salah satu rahasia kesukesan dakwah. Maka, setiap pembenah atau pembaharu di medan dakwah yang menjauhkan dirinya dari metode (keikhlasan) ini, justru menjauhkannya dari kesuksesan, (menjadi sulit) diterima (masyarakat) dan (tidak membawa) kebahagiaan.

Rasulullah SAW benar-benar menjadi tinggi dengan dakwah beliau, dan dakwah beliau (juga)  meninggi dan terus meninggi hingga menjadi jernih yang sinar serta ruhaniyyah beliau memancar atas dakwah ini. Lalu dakwah beliau menjadi sungguh-sungguh, sempurna, meninggi dan mulia, hingga Allah SWT menaklukan musuh-musuh dakwah dan para penghalang besarnya dan memaksa mereka untuk bernegosiasi dengan sang pengemban dakwah SAW.



As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam