Teladan Terbaik dalam Metode Dakwah, keurgensian Kembali Kepada Sirah Nabawiyyah
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Sesungguhnya, Sirah Nabawiyyah (sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW) dan sejarah kehidupan para sahabat ra adalah teladan terbaik dalam berbagai metode dan tatacara para dai dalam berdakwah, serta sumber terbesar bagi kekuatan imam dan kepekaan rasa keagamaan mereka. Dari teladan itu mereka mengambil cahaya keimanan, dan dengan teladan itu mereka menyalakan bara (keimanan) dalam hati ummat
.
Dalam teladan itu mereka bisa melihat suatu dakwah yang direngkuh oleh keimanan dan kesungguhan, sehingga menjadi ringan bagi para pelaku dakwah untuk mengorbankan jiwa di jalan dakwah mereka, memberikan harta bagi yang memilikinya, meninggalkan keluarga besar bagi anggota keluarga itu, menganggap nikmat segala siksaan (yang mereka terima) demi dakwah mereka, dan perjalanan-perjalanan jauh terus menerus ditempuh dalam rangka menyebarkan dakwah tersbut, kesegala arah, timur bumi maupun ke arah barat, ke tempat-tempat yang mudah dijangkau, maupun ke tempat-tempat yang sulit dijangkau, ke dataran-dataran rendah maupun dataran-dataran tinggi.
Maka, demi dakwah tersebut, terlupakanlah segala kenikmatan hidup, terputuslah masa-masa bersantai, ditinggalkanlah berbagai tanah air, dicurahkanlah harta-harta terbaik hingga datanglah keyakinan ke dalam segenap hati, dan keyakinan itu menguasai seluruh jiwa dan pikiran, dan seluruh hati menghadap secara total kepada Allah, dan angin keimanan berhembus kuat, keras, sekaligus sejuk dan penuh barokah. Hingga (akhiranya) berdirilah suatu negara tauhid (yang penuh) keimanan, (semarak dengan nuansa) ibadah dan takwa, dan tersebarlah hidayah kesegenap penjuru dunia, dan masuklah umat manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.
Dari sinilah, maka terjadi sangat penting bagi mushlihin (para pembenah/reformis) dan mujaddidin (para pembaharu) untuk memperhatikan Sirah Nabawiyyah yang penuh barokah itu agar menjadi teladan terbaik, dan menjadi bahan baku utama untuk memperbarui kembali kebangkitan baru dalam kehidupan kaum muslimin, (juga untuk) membangun cita-cita luhur mereka, serta membakar hati mereka dengan bara api keimanan dan semangat keagamaan. Dan bukan hanya sekedar untuk mengetahui kejadian-kejadian bersejarah dalam sirah tersebut, atau sekedar untuk menuturkan kisah-kisah dan peristiwa, tetapi justru untuk menyaksikan fakta-fakta keislaman dalam bunga rampai Sirah Nabawiyyah tersebut, berupa praktek dan penerapannya, yang terilustrasikan dengan sempurna dalam diri panutan tertinggi, yaitu Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau yang mulia-mulia.
Dan bisa kita simpulkan dari Sirah Nabawiyyah yang harum mewangi ini dan dari sejarah yang agung ini, yang terkait dengan dakwah Islam, sebagai berikut :
Pertama : Muqaddimah (pengantar/permulaan)
Yang merupakan permulaan yang baik dan isyarat akan (terbitnya) cahay dan kesuksesan untuk mempersiapkan modal, faktor serta perangkat dakwah dan membangun kokoh pondasinya sekaligus pemurniaan pangkal (niat awal) dakwah itu sendiri.
Kedua : Bab (pintu masuk)
Yaitu ketulusan, keikhlasan dalam dakwah, yang tergambarkan dengan melepaskan diri dari keinginan-keinginan nafsu dan kepentingan-kepentingan (pribadi).
Ketiga : Amal Jad (kerja keras)
Yaitu usaha dan kerja keras yang sempurna dan total untuk mendidik jiwa ummat.
As-Sayyid Muhammad bin Alawi
Al-Maliki Al-Hasani