BEREBUT BERKAH
Luthfi Bashori
Tabarrukan adalah salah satu bentuk tawassul kepada Allah dengan adanya objek yang dijadikan tabararruk atau mencari berkah, baik berupa jejak peninggalan, tempat, atau pribadi seseorang.
Adapun tabarruk dengan orang-orang shalih adalah karena meyakini keutamaan dan kedekatan mereka kepada Allah. Namun tetap harus meyakini secara hakikat. Setiap makhluk itu tidak ada kemampuan memberi kebaikan atau menolak keburukan kecuali atas izin Allah.
Adapun tabarruk dengan jejak peninggalan (artefak), adalah karena peninggalan tersebut dinisbatkan kepada orang shalih di mana kemuliaan peninggalan itu berkat keberadaan orang shalih tersebut, hingga peninggalan itu dihormati, diagungkan, dan dicintai karenanya.
Keberkahan ini dapat dicari di tempat-tempat yang dipergunakan untuk bertawajjuh kepada Allah, berdoa, beristighfar, serta mengingat peristiwa yang terjadi di tempat-tempat tersebut.
Umumnya ada kejadian-kejadian besar dan peristiwa-peristiwa mulia yang dapat menggerakkan jiwa dan membangkitkan harapan serta semangat, agar para pencari berkah dapat meniru pelaku peristiwa itu yang notabene sudah dikenal sebagai icon keberhasilan dari seorang shalih.
Dari Malik ibn Hamzah ibn Abi Usaid Al-Saidi Al-Khazraji dari ayahnya dari kakeknya. Abi Usaid memiliki sumur di Madinah yang disebut Sumur Bidhaah yang pernah diludahi oleh Nabi SAW. Abi Usaid minum air dari sumur tersebut dengan mengharapkan berkah kepadanya. (HR. Atthabarani dengan para perawi yang tsiqah atau kredibel).
Diceritakan bahwa sekelompok orang suka bersenang-senang mengumbar hawa nafus dan bermain serta berkumpul di suatu tempat. Kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka yang membawa uang 20 dirham untuk membeli buah-buahan dan minyak wangi dan sebagainya untuk memenuhi keperluan majelis mereka. Ketika utusan itu pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan itu bagi mereka, ia mendapati orang-orang mengerumuni sebuah semangka.
Masing-masing dari mereka ingin membelinya, karena Syekh Bisyir Ibnul Harits rahimahullah pernah menyentuhnya dengan tangannya. Maka orang itu membelinya dengan semua dirham yang dibawanya dan membawa semangka itu kepada teman-temannya setelah lama meninggalkan mereka.
Ketika datang kepada mereka dengan hanya membawa semangka itu, mereka berkata kepadanya: Sudah lama engkau pergi, kemudian engkau kembali hanya membawa semangka ini?
Orang itu menjawab : Sesungguhnya pada semangka ini ada keajaiban.
Mereka berkata : Apakah itu?
Orang itu berkata : Syekh Bisyir Ibnul Harits pernah menyentuhnya dengan tangannya, akibatnya orang berebut ingin membelinya dengan uang dirham itu.
Maka mereka bertanya : Siapa Syekh Bisyir ini?
Orang itu menjawab, Beliau adalah seorang hamba yang menaati Allah, maka Allah memuliakannya.
Maka masing-masing dari mereka saling memandang.
Mereka berkata, Apablia orang yang taat mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT hingga seperti, maka bagaimana pula akhirat?
Akhirnya mereka semua bertaubat dan tidak lagi bermain-main serta berbuat sia-sia.
Maksudnya mereka orang-orang yang senang mengumbar hawa nafsunya ketika melihat kejadian ini. Mereka sadar bahwa orang yang taat kepada Allah di dunia saja sudah mulia, hanya tangannya menyentuh semangka, semangka itu menjadi rebutan banyak orang untuk dibeli. Ini baru di dunia apa lagi di akhirat kelak.