URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 296 users
Total Pengunjung: 6224416 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BEREBUT BERKAH 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ]
 

BEREBUT BERKAH

Luthfi Bashori

Tabarrukan adalah salah satu bentuk tawassul kepada Allah dengan adanya objek yang dijadikan tabararruk atau mencari berkah, baik berupa jejak peninggalan, tempat, atau pribadi seseorang.

Adapun tabarruk dengan orang-orang shalih adalah karena meyakini keutamaan dan kedekatan mereka kepada Allah. Namun tetap harus meyakini secara hakikat. Setiap makhluk itu tidak ada kemampuan memberi kebaikan atau menolak keburukan kecuali atas izin Allah.

Adapun tabarruk dengan jejak peninggalan (artefak), adalah karena peninggalan tersebut dinisbatkan kepada orang shalih di mana kemuliaan peninggalan itu berkat  keberadaan orang shalih tersebut, hingga peninggalan itu dihormati, diagungkan, dan dicintai karenanya.
Keberkahan ini dapat dicari di tempat-tempat yang dipergunakan untuk bertawajjuh kepada Allah, berdoa, beristighfar, serta mengingat peristiwa yang terjadi di tempat-tempat tersebut.

Umumnya ada kejadian-kejadian besar dan peristiwa-peristiwa mulia yang dapat menggerakkan jiwa dan membangkitkan harapan serta semangat, agar para pencari berkah dapat meniru pelaku peristiwa itu yang notabene sudah dikenal sebagai icon keberhasilan dari seorang shalih.

Dari Malik ibn Hamzah ibn Abi Usaid Al-Saidi Al-Khazraji dari ayahnya dari kakeknya. Abi Usaid memiliki sumur di Madinah yang disebut Sumur Bidhaah yang pernah diludahi oleh Nabi SAW. Abi Usaid minum air dari sumur tersebut dengan mengharapkan berkah kepadanya. (HR. Atthabarani dengan para perawi yang tsiqah atau kredibel).

Diceritakan bahwa sekelompok orang suka bersenang-senang mengumbar hawa nafus dan bermain serta berkumpul di suatu tempat. Kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka yang membawa uang 20 dirham untuk membeli buah-buahan dan minyak wangi dan sebagainya untuk memenuhi keperluan majelis mereka. Ketika utusan itu pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan itu bagi mereka, ia mendapati orang-orang mengerumuni sebuah semangka.

Masing-masing dari mereka ingin membelinya, karena Syekh Bisyir Ibnul Harits rahimahullah pernah menyentuhnya dengan tangannya. Maka orang itu membelinya dengan semua dirham yang dibawanya dan membawa semangka itu kepada teman-temannya setelah lama meninggalkan mereka.

Ketika datang kepada mereka dengan hanya membawa semangka itu, mereka berkata kepadanya: Sudah lama engkau pergi, kemudian engkau kembali hanya membawa semangka ini?

Orang itu menjawab : Sesungguhnya pada semangka ini ada keajaiban.

Mereka berkata : Apakah itu?

Orang itu berkata : Syekh Bisyir Ibnul Harits pernah menyentuhnya dengan tangannya, akibatnya orang berebut ingin membelinya dengan uang dirham itu.

Maka mereka bertanya : Siapa Syekh Bisyir ini?

Orang itu menjawab, Beliau adalah seorang hamba yang menaati Allah, maka Allah memuliakannya.

Maka masing-masing dari mereka saling memandang.

Mereka berkata, Apablia orang yang taat mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT hingga seperti, maka bagaimana pula akhirat?

Akhirnya mereka semua bertaubat dan tidak lagi bermain-main serta berbuat sia-sia.

Maksudnya mereka orang-orang yang senang mengumbar hawa nafsunya ketika melihat kejadian ini. Mereka sadar bahwa orang yang taat kepada Allah di dunia saja sudah mulia, hanya tangannya menyentuh semangka, semangka itu menjadi rebutan banyak orang untuk dibeli. Ini baru di dunia apa lagi di akhirat kelak.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam