MENANGKAL KEBANGKITAN PKI (BAB 4)
Alfian Tanjung
Mengapa Kita Menolak Komunis
Gerakan Komunis merupakan realitas sejarah yang telah pernah menjadi sesuatu bentuk riil di Indonesia. Sejak pertama kali di bawa ke Indonesia Komunisme telah menjadi paham yang sangat digandrungin oleh angkatan muda. Watak militansi dan revolusionernya sangat berkolerasi dengan jiwa muda yang bergelora. Dan juga telah menjadi realitas sejarah bahwa Komunisme melalui Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menorehkan luka yang dalam dan parah ke dalam ingatan bangsa ini secara nasional.
Rentetan peristiwa yang dilalui PKI penuh dengan intrik, konflik dan pertumpahan darah. Sayangnya, masyarakat Indonesia secara umum memiliki sikap amnesia sejarah, yakni gampang melupakan dan bahkan memaafkan kesalahan dalam perjalanan sejarah yang pernah terjadi. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan penghayatan peristiwa sejarah di satu sisi dan penggelapan fakta sejarah di sisi lain.
Terkait dengan gerakan ideologi Komunisme yang diorganisir oleh PKI. Ada beberapa hal yang membuat kita mempunyai alasan kuat untuk menolak dieksiskannya kembali paham Komunisme ini dalam wujud dan bentuk apapun juga.
Beberapa argumentasi tersebut diantaranya adalah :
1. Bertentangan dengan ketuhanan. Ideologi kaum Komunis pada tahap wujudnya adalah atheisme. Hal ini sangat kentara ketika kaum Komunis memiliki atau menganggap posisinya sudah di atas angin, atau merasa sudah tidak ada lagi lawan yang berarti untuk mengimbangi mereka.
2. Kontradiksi dengan nilai kemanusiaan. Penerapan ideologi ini sangat kental untuk pemaksaan kehendak, irasional, tidak realistis dan yang pasti tidak manusiawi.
3. Tidak cocok dengan filsafat hidup dan budaya bangsa secara nasional. Apalagi secara riil masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Hal mana dalam Islam ada prinsip meng-Esa-kan Tuhan yakni Allah SWT. Dan keyakinan selain Islam pun bisa menerima penerapan paham komunis ini.
4. Bertentangan dengan paham demokrasi. Sementara demokratisasi menjadi sesuatu yang dianggap positif dalam mendinamisir pengelolaan negara Indonesia saat ini.
5. Pada prakteknya penerapan ideologi ini menampilkan sosok, baik secara personal maupun secara komunitas sebagai kumpulan manusia yang anti moralitas dan asosial.
bila kita rinci lebih jauh, kita akan bisa menemukan banyak hal yang menjadi alasan yang kuat mengapa kita menolak paham ini untuk diterapkan dalam sistem berbangsa dan bernegara di bumi Indonesia yang kita cintai ini.
Persoalannya menjadi lain, ketika ternyata pada kader Komunis baik yang tua maupun muda, di dalam negeri maupun di luar negeri secara intensif dan gigih terus mempersiapkan dirinya untuk menghidupkan Komunisme menjadi paham keyakinan yang akan diwujudkan sebagai yang pernah membuta luka dan bencana nasional di Indonesia ini. Sayangnya fenomena ini kurang terdeteksi oleh generasi muda yang dilahirkan pasca gerakan makar kaum Komunis. Karena satu dan lain sebab yang akhirnya mereka bersikap acuh, netral bahkan secara mengejutkan malah mereka terang-terangan menyebut diri mereka sebagai kaum Komunis muda, di antara yang popular adalah AKOMA (Angkatan Komunis Muda).
Sekedar menjadi catatan dan perhatian, di saat yang bersamaan kaum tua PKI begitu tekun mendidik generasi muda kaum Komunis dengan berbagai media, metode dan tempat. Kaum tua anti Komunis, relatif mengabaikan, bahkan memandang sepi kebangkitan Komunisme yang menurut penulis sedang melakukan konsolidasi, metamorfosis, kaderisasi, pembasisan, penyusupan, dan penguasaan sentra-sentra strategis dan vital pada sistim kemasyarakatan kita, bahkan sistem pemerintahan kita.
Pernyataan, apakah kita akan terus dalam keraguan untuk menunggu tragedi jilid ketiga terjadi? Baru kita akan mengatakan, benar juga bahwa PKI telah bangkit dengan riil. Sebelum semuanya terlambat, untuk itulah tulisan ini dibuat, terutama untuk pemuda Indonesia yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sistematika Kebangkitan Neo-PKI
Setelah dibubarkan secara resmi pada 12 Maret 1966, yang dikukuhkan oleh TAP MPRS No.25/1966 dan di era reformasi diperkuat dengan UU No.27 Tahun 1999, kegiatan kader-kader PKI terus berjalan dengan berbagai cara, gaya metode dan pendekatan. Hal ini semakin terasa terutama ketika pada Tahun 1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri.
Berikut ini kita akan cermati beberapa indikasi yang membuat kita harus bersikap sacara tepat dan cermat serta antisiparif.
1. Gerakan OTB (Organisasi Tanpa Bentuk), berupa gerakan organisasi tanpa bentuk dengan dua pola gerakan desntralisasi mutlak dan sentralisasi situasional. Merupakan implementasi dari konsepsi yang dibuat oleh Sudisman dalam kritik auto kritiknya tentang perjalanan gerakan PKI di Indonesia.
2. Muncul dalam bentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berperan mengadvokasi masyarakat sekaligus memprovokasi dan mengeksploitasi masyarakat.
3. Publikasi yang gencar dan beragam, baik dari segi media, metode ataupun penggunaan otoritas ketokohan seseorang atau Komunis tertentu, yang dilakukan melalui media cetak, elektronik maupun media internet. Termasuk aksi-aksi yang bernuansa demontrasi atau pentas seni yang beragam tampilan.
4. Aktifitas Kaderisasi, yang dilakukan secara bervariasi, melalui forum-foruum diskusi atau forum ilmiah, pendidikan kader dalam kelas-kelas belajar atau kaderisasi di lapangan melalui aksi-aksi massa serta kaderisasi yang bersifat fisik. Hal ini dilakukan di tempat-tempat khusus.
5. Aktifitas Politik dan Hukum, berupa tuntutan pencabutan TAP MPRS No.25 Tahun 1966 ataupun rehabilitasi dan kompensasi bagi kaum Komunis dan membangun kekuatan partisipasi politik kaum Komunis baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
6. Aktifitas organisasi, berupa kelembagaan yang menampung para kader-kader PKI tua yang disantuni oleh kader-kader PKI muda dan hal ini dilakukan secara Nasional. Dengan tujuan akhir membangun partai yang membawa misi dengan paham ideologi Komunisme.
Proses metamorfosa yang terjadi dalam gerakan kaum Komunis harus dipahami, baik secara teoritis maupun secara empiris. Karena dengan pemahaman yang baik tentang hal tersebut kita akan semakin dapat bisa mengerti mengapa gerakan Komunis semakin mewujud di era yang semakin kondusif ini. Ditambah lagi, dendam cita-cita yang belum kesampaian menjadi mesin perjuangan dalam kemunculan ideologi Komunisme yang diarahkan menjadi kekuatan riil dalam upaya menjadikan Komunisme sebagai ideologi alternatif dalam menata Negara Indonesia.
Upaya Mewaspadai dan Melawan PKI baru
Hal ini harus di mulai dari pemahaman yang utuh tentang gerakan Komunisme secara umum, sejarah serta watak gerakan Komunis di Indonesia. Karena dengan hal ini, baik kaum tua maupun kaum muda serta semua kalangan yang menginginkan keutuhan NKRI memiliki peta yang sama tentang anatomi gerakan Komunis di Indonesia secara Nasional.
Persoalannya menjadi lain, bahkan terasa sangat sulit, untuk tidak mengatakan mustahil, karena media massa, cetak dan elektronik secara umum kurang peduli terhadap persoalan ini . mengapa ini terjadi ?
Lalu apakah yang bisa dilakukan ? secara ideal, sebelum dilakukan hal-hal yang merupakan upaya mewaspadai ataupun gerakan perlawanan, situasi dan kondisi yang membuat suburnya paham komunis ini harus dipersempit dan dibuang sama sekali. Sambil melakukan atau setelah hal tersebut terpenuhi. Maka kita akan bisa melakukan hal-hal sebagai berikut secara efektif dan tuntas bahkan memuaskan, Insya Allah.
Pertama,mengikuti dinamika aktifitas kaum Komunis baik Komunis tua maupun generasi muda Komunis. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca tulisan-tulisan yang dibuat oleh mereka dikoran-koran, buku-buku atau media internet. Serta penampilan mereka berbagai kesempatan, dengan pilihan tema, tata kata, slogan-slogan, tokoh idola, simbol-simbol, pilihan warna, lagu-lagu, kecenderungan pembelaan dan tuntutan ynag kerap kali mereka lakukan. Untuk ini diperlukan pusat informasi kegiatan Komunis di Indonesia.
Kedua, mempublikasikan melalui multimedia secara intensif dan menyebar secara nasional akan bahaya kebangkitan Komunisme dengan formatnya yang baru. Kurikulum di seluruh jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan Tinggi, pemutaran film secara nasional sekitar keganasan gerakan PKI dan gerakan Komunisme secara umum, ketika ideologi ini menjadi partai yang berkuasa atau merebut kekuasaan di suatu Negara.
Ketiga, pendidikan dan pelatihan di semua lini aktifitas kegiatan bangsa Indonesia, dalam penyampaian materinya memberikan pemahaman yang mendasar, mendalam dan tuntas tentang Komunisme ini dibiarkan tumbuh dan mengeksiskan diri dalam bentuk-bentuk yang lebih konkrit.
Keempat, penegakan hukum secara konsituasional dan institusional, karena TAP MPRS No. 25 Tahun 1966 dan UU. No 27 Tahun 1999 jelas-jelas masih berlaku dan payung hukum yang sangat jelas, bahwa aktifitas gerakan Komunisme merupakan hal yang terlarang dan akan terkena jerat hukum.
Kelima, pelanggaran beredarnya buku-buku yang jelas-jelas menjajakan paham Komunisme untuk diterapkan di dalam kehidupan bangsa kita secara nasional mapun secara desentralisir. Termasuk pelarangan penayangan dan pementasan yang mengarah pada keberadaan paham atau ideologi Komunisme tersebut.
Apa tugas generasi muda Indonesia ?
Generasi pasca 1966 atau yang dilahirkan skitar tahun 1970-an adalah Komunitas yang rentan untuk menyepelekan atau bahkan memandang hal wajar bahkan sah-sah saja akan bangkit dan munculnya kegiatan ilmiah, ormas bukan partai politik yang mengusung Komunisme sebagai azas gerakannya. Hal ini sangat berbahaya dan harus dicegah.
Sebagai generasi yang sadar akan sejarah dan catatan hitam gerakan Komunisme yang telah mencoreng nilai luhur ketuhanan, nilai mulia kemanusiaan dan nilai-nilai fitrah insani
sangat bertentangan secara diametral dengan paham dan ideologi Komunisme, maka generasi muda Indonesia harus menyatukan pandangan, merapatkan barisan dan dengan tegas keras dan terus menerus katakan Tidak untuk Komunisme..
Kita bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
Melanjutkan para pendahulu kita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang ber-ketuhanan yang Maha Esa.
1. Mengapa negara kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan nilai-nilai luhur yang menyatukan potensi ketuhanan Nasional.
2. Menumbuhkan nilai patriotisme dan pembelaan kepada kedaulatan bangsa dari unsur
manapun yang dapat menjajah bangsa kita, baik secara langsung maupun tidak langsung .
3. Menjadikan perbedaan sebagai potensi bangsa yang harus dikelola dengan akses kebersamaan, kerjasama dan sikap saling asah, saling asuh, dan saling asih.
4. Dalam menyikapi kebangkitan gerakan Komunis (PKI) baru generasi muda harus tegas mengatakan No Way dan kita harus percaya diri bahwa tanpa Komunis bangsa kita akan maju, dan berdaulat serta menjadi bangsa yang berwibawa dalam kancah global.
Insya Allah