MENANGKAL KEBANGKITAN PKI (BAB 3)
Alfian Tanjung
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditimbatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (Q.S. Al-Anfaal :60)
Pendahuluan
Komunisme bukan paham baru di Indonesia, ia telah tumbuh dan berkembang sebelum Indonesia merdeka. Tapi ingat Komunis tidak pernah berperan dalam memerdekakan Indonesia.
Sneevliet adalah tokoh yang pertama kali menyebar luaskan paham ini di bumi pertiwi, bersama-sama dengan kawan dari Hindia Belanda seperti J.A. Bransteder, Ir A. Baars, DR Rinkers. Mereka memulai gerakan dengan menyusup ke dalam organisasi kemasyarakatan yang ada dan media masa.
Pada akhirnya mereka berhasil merekrut kader-kader baru yang siapa melanjutkan perjuangan ideologi mereka yaitu Semaun dan Darsono. Kedua orang ini adalah pentolan Serekat Islam (SI), bahkan Semaun adalah ketua SI cabang Semarang.
Dari sinilah Komunisme mulai muncul di pentas sejarah Indonesia. Serekat Islam (SI) yang diketuai oleh Semaun dirubah namanya menjadi Sarekat Rakyat yang notabene adalah kedok untuk menutupi Komunisme yang terselubung di dalamnya dan memecah belah pergerakan Serekat Islam menjadi dua bagian yaitu SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Islam). Dan dari Serekat Rakyat (SR) Semaun banyak merekrut kader-kader baru, bahkan jumlah anggotanya menjadi berlipat ganda.
Setelah melakukan pemberontakan secara lokal pada tahun 1926 dan 1927 di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Barat serta pada tahun 1945. Pemberontakan berdarah yang sangat kejam terjadi pada tahun 1048, kaum Komunis melakukan kudeta dan berupaya mendirikan Soviet Madiun. Tokoh-tokoh masyarakat yang bertentangan dengan Komunisme ini dibunuh dengan sadis, rakyat dibantai secara massal. Ketua dari kudeta yang dilakukan Komunis itu adalah Muso, seorang kader komunis yang dikirim belajar ke Uni Soviet.
Pemberontakan itu berhasil ditumpas dan Muso tertembak mati dalam operasi penumpasan tersebut. Namun kader-kader muda Komunis sempat kabur ke luar negeri untuk belajar Komunisme, salah seorang di antaranya adalah DN. Aidit.
Tujuh tahun berselang, dalam pemilu 1955 Komunisme di Indonesia sebagai kontestan Pemilu dan tampil dengan nama PKI, dan menempati peringkat keempat setelah PNI, Masyumi dan NU. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1965, PKI kembali melakukan kudeta kedua kalinya terhadap Pemerintah Republik Indonesia yang sah.
Rentetan fakta di atas membuktikan bahwa Komunisme adalah paham yang berbahaya bagi Negara Republik Indonesia. Satu dasawarsa di era reformasi ini, gerakan Komunis semakin kentara muncul, baik di daerah-daerah maupun di kota-kota besar, terutama di Jakarta.
Kebangkitan Yang Semakin Mewujud
Keadaan perekonomian yang morat-marit, kritis multidimensi di semua lini dan di semua sektor secara Nasional. Nilai rupiah yang terus merosot, penegakan hukum semakin jauh panggang dari api, kebutuhan pokok yang harganya terus melonjak. Sementara itu, di sisi lain hanya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Akhirnya jurang pemisah antara di miskin dan si kaya semakin menganga. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi tumbuhnya paham Komunisme. Tentu kita masih ingat situasi negara pada tahun 1960-an, saat rakyat antri untuk mendapatkan bahan pokok, baik berupa pangan maupun BBM. Pada saat itulah paham Komunisme mendapat dukungan yang luas. Karena mempropagandakan pola hidup sama rata sama rasa.
Indikasi kebangkitan ideologi Komunisme bisa kita runut sebagai berikut :
1. Bergerak di semua lini, dengan satu tujuan : Revolusi Rakyat
Dimulai dengan menjadi KOK Konsep Jalan Baru DN.Aidit oleh Sudisman pada tahun 1969. Melakukan kegiatan dalam bentuk OTB (Organisasi Tanpa Bentuk) dengan pola desentralisasi mutlak dan sentralisasi situasional. Mendirikan organisasi untuk menggarap massa pendukungnya mulai dari petani, buruh, jasa angkutan, pelajar sampai mahasiswa. Kemudian menyusup ke dalam berbagai institusi-instansi, baik ke dalam ormas, orpol, LSM, lembaga-lembaga formal maupun aktifitas kemasyarakatan secara luas.
Dengan program-program : aksi-aksi massa, kaderisasi, menghembuskan agitasi yang bersifat revolusioner, pematokan tanah-tanah oleh petani di berbagai daerah tuntutan-tuntutan yang irrasional misalnya, tuntutan rakyat untuk dipersenjatai. Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti dokumen Partai Rakyat Demokrat (PRD), yang memiliki jaringan dan progam kerjanya mirip dengan PKI hasil Kongres tahun 1951.
2. Menghapus Ingatan Sejarah
Kontroversi kurikulum mata pelajaran sejarah 1994 vs 2004 adalah fakta terkini. Di samping upaya-upaya lain yang dilakukan oleh Komunis. Hal tersebut mengupayakan pengaburan secara sistematis, bahwa PKI tidak pernah melakukan kejahatan dalam bentuk apa pun. Karena itulah dilihat secara objektif dalam kacamata HAM dan demokrasi, mereka mengatakan bahwa yang jahat adalah TNI, Umat Islam dan bukan PKI. Sehingga citra komunis di kalangan masyarakat luas bukan hal yang menyeramkan lagi, seterusnya mereka mencuci tangannya, bahwa PKI hanya merupakan kambing hitam, pada tahun 1948 maupun 1965. Mereka melakukannya dengan sistematis diiringi dengan penerbitan buku-buku yang dianggap menyudutkan mereka, setiap selesai aksi-aksi yang mereka lakukan.
3. Pola Legal, Ilegal dan Adu Domba
Sekarang muncul Partai Rakyat Demokratik (PRD) dengan asas Progresif Revolusioner yang sama konsep partainya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), ditemukan latihan-latihan militer secara sembunyi-sembunyi di gunung-gunung, pertentangan antara polisi dan TNI maupun antar komponen TNI seperti AD dengan AL dan menyebarkan berbagai konflik SARA di masyarakat yang menimbulkan ratusan korban jiwa. Peristiwa-peristiwa ini bukan kebetulan, tetapi ini adalah rangkaian hasil gerakan sistematis mereka.
Pola legal dengan memunculkan lembaga formal dan itu telah ada pada PRD. Ilegal dengan membuat pasukan-pasukan rakyat terlatih yang siap mengadakan gerilya, mereka infiltrasi (menyusup) ke berbagai instansi pemerintahan sehingga mereka dapat melakukan kerja di kalangan musuh dan sekarang muncul adu domba antar bangsa, antar pemeluk agama Islam dan Kristen di maluku, antara Dayak dan Madura di Kalimantan dan mungkin ada banyak terjadi lagi pertumpahan darah.
Keadaan Generasi Pasca Gestapu
Jika sekarang kita bertanya, siapakah generasi muda yang dapat menjelaskan tentang peta Gerakan Komunis tentu akan mendapatkan jumlah yang dapat dihitung dengan jari. Padahal generasi muda Komunis jumlahnya sudah mencapai puluhan juta orang. Siapa yang bisa menyangkal seperti pada pemilu 1955 tidak ada yang mengira PKI akan menjadi partai terbesar nomor empat melebihi PSII, padahal 7 tahun sebelumnya mereka diberantas dan opini PKI sebagai pemberontak menyebar luas. Ini menandakan bahwa gerakan mereka terorganisasi rapi dan tak ada kata istirahat.
Buta akan sejarah menjadi hal yang merata bagi generasi muda sekarang, sehingga mudah terombang-ambing dengan berbagai sumber sejarah yang berbeda versi. Akibat yang berikutnya adalah tidak sadar akan kebangkitan Komunis, sehingga begitu larut dalam alam Komunis untuk mencapai cita-citanya mendirikan Negara Komunis Indonesia.
Cegah Indonesia Kelabu 3
Cukup sudah tragedi yang memalukan dan memilukan tahun 1948 dan 1965 ketika negara dikhianati oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Banyak darah anak bangsa telah tumpah ruah akibat dua peristiwa tersebut. Kini mereka ingin melakukan kudeta ketiga, apakah kita semua akan rela ?
Harus ada langkah pencegahan, penulis mengusulkan beberapa hal, yaitu :
1. Ingatkan Sejarah
Terutama kekejian mereka kader Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuannya, membunuh halal bahkan wajib bagi orang-orang yang menghalangi gerakan yang mereka lakukan. Segera terbitkan buku-buku yang mengingatkan akan sejarah kelabu Komunis di Indonesia, agar kalangan masyarakat kembali sadar akan bahaya laten Komunis.
2. Menyatukan Langkah Menyikapi Kebangkitan Komunis
Kongres ulama tahun1957 telah menyatakan ideologi Komunis haram hukumnya bagi seorang muslim. Tetapi peristiwa itu termakan usia, dan akhirnya tidak mempunyai daya ikat terlalu besar bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Harus ada kesepakatan bersama mengenai sikap perlawanan kita yang jelas terhadap kebangkitan Komunis.
3. Perang opini
Gerakan Komunis licik sekali dalam mengambil opini di mata masyarakat, di tengah-tengah kebangkitannya, mereka berhasil mengalihkan pandangan masyarakat kepada penghapusan atau pembubaran Golkar dan Orde Baru dari kancah politik. Jika hal ini tidak berlawanan, maka masyarakat akan terus terbawa tanpa sadar bahwa Komunis akan melakukan kudeta ketiganya. Sama halnya dengan kondisi masyarakat 1965, rakyat tidak tahu-menahu mengenai G-30-S, yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI). Perlawanan opini ini bisa melalui bangsa berbagai macam, dari mulai masa media sampai demonstrasi ke jalan.
Penutup
Ancaman akan kebangkitan komunis terhadap bangsa Indonesia bukan hal yang sepele. Oleh karena itu harus dilakukan perlawanan yang intensif, tanpa mengenal lelah. Apakah kita akan membiarkan bangsa ini terjebak kembali oleh kudeta mereka untuk ketiga kalinya, dan menjadikan negara ini Soviet Indonesia. Cukup dua pengalaman pahit diderita akibat ulah Komunis di bumi tercinta ini.