URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 96 users
Total Pengunjung: 6224202 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
INFO DARI SYEIKH IBNU TAIMIYYAH TENTANG TAWASSUL 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ]
 

                 INFO DARI SYEIKH IBNU TAIMIYYAH TENTANG TAWASSUL

                                                                   Luthfi Bashori

Diterangkan dalam kitab Qaidah Jaliyyah, halaman 91 sebagai berikut : Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dun-ya di dalam kitab Mujaabid du-a, berkata: Abu Hasyim telah mengatakan: Aku mendengar Katsir bin Muhammad bin Katsir bin Rifa`ah mengatakan : Seorang lelaki datang kepada Abdul Malik bin Said bin Abjar, lantas Abdul Malik meraba perutnya dan mengatakan :

`Engkau punya penyakit yang tidak bakal sembuh !`. Lelaki itu bertanya : `Penyakit apa itu ?`. Abdul Malik menjawab : `Semacam bisul besar yang sering mematikan si penderita`.

Lantas lelaki itu pindah tempat seraya berdoa : `Allah, Allah, Allah Tuhanku, tiada sesuatupun yang menyekutukanNya, Ya Allah sesungguhnya aku menghadap kepadaMu dengan (bertawassul) perantara Muhammad Nabi pemberi rahmat (kasih sayang), shallallahu `alaihi wa sallam, Wahai Muhammad, sesungguhnya dengan perantaramu, aku menghadap Allah Tuhanmu dan Tuhanku, dengan harapan Dia memberi rahmat kesembuhan dari penyakitku`

Lantas Abdul Malik meraba perut lelaki itu dan mengatakan : `Engkau telah sembuh dari penyakitmu`

Berkata Syeikh Ibnu Taimiyyah : Doa ini dan yang semacamnya, sebagaimana diriwayatkan, telah diamalkan oleh Ulama Salaf.

Pengakuan Syeikh Ibnu Taimiyyah dalam hal ini yang terpenting adalah, bahwa Ulama Salaf telah mengamalkan dan mengajarkan tata cara bertawassul kepada Nabi SAW.

Setuju atau tidak setuju, Syeikh Ibnu Taimiyyah telah membenarkan bahwa Ulama Salaf yang hidupnya sebelum jamannya Sheikh Ibnu Taimiyyah, benar-benar mengamalkan tawassul ini. Jika saja Syeikh Ibnu Taimiyyah tidak sependapat dengan Ulama Salaf, maka umat Islam lebih wajib mengikuti langkah Ulama Salaf daripada mengikuti Syeikh Ibnu Taimiyyah.

Penyair mengatakan :

                                       `Anil asyyaa-i jadiiduha # wa `anid diini qadiimuha

(Jika memilih barang-barang, maka carilah yang baru # sedangkan memilih ajaran agama, maka carilah pendapat ulama yang paling terdahulu).

*Digubah dari kitab Mafahim karangan Imam Ahlussunnah Abad 21, Abuya Sayyid Muhammad Alwi Almaliki.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Muhammad  - Kota: malang
Tanggal: 5/1/2010
 
syukron 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Laa syukra 'alaa waajib

2.
Pengirim: lukman  - Kota: jakarta
Tanggal: 5/2/2010
 
mohon contoh tawassul dengan orang sholeh yg telah wafat.
ketika ziarah kubur, bolehkah berbicara ke yg telah meninggal (beranggapan yg meninggal mendengarkan).

terima kasih 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Allahumma inni as-aluka bihaqqi nabiyyika wa bijaahi karoomati Syeikh Abdul Qadir Aljailani, an taghfiroli... (Ya Allah aku bermohon kepada-MU disebabkan kepangkatan Nabi Muhammad dan dikarenakan keramatnya Syeikh Abdul Qadir Aljailani, agar ENGKAU berkenan mengampuniku). 2. Ajaran Nabi SAW kepada umat Islam yg berziarah kubur hendaklah mengucapkan salam : Assalaamu alaikum ya Ahlal qubuur, antum saabiquuna wa nahnu bikum laahikuun insyaallah aaminiin...Semoga keselamatan tercurah atas diri kalian wahai Ahli kubur, kalian telah mendahului dan kami akan menyusul kalian, insyaallah dg aman ... Dalam bab ini Nabi SAW telah mengajak dialog ahli kubur sebagai contoh bagi umat Islam, namun beliau tidak mengajarkan agar umat Islam menunggu jawaban dari Ahli kubur tsb. Tentunya Nabi SAW tidak pernah mengajarkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya kan ... ? berarti menurut Nabi SAW bahwa ahli kubur itu bisa diajak bicara. Nah, kita boleh saja berbicara dg ahli kubur, namum tidak perlu menunggu jawaban dari mereka.

3.
Pengirim: lukman  - Kota: jakarta
Tanggal: 12/3/2010
 
ustad, tanya lagi..
adakah dalil yang bahwa rasulullah bisa menemui seseorang di alam nyata? (bukan di mimpi)?

terima kasih ustad
moga dakwah ustad semakin berkibar. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Coba akhi baca artikel pada kolom Teriakan Pejuang dg judul : Sebelum Meninggal Dunia Ia Dapat Bertemu Nabi SAW.

4.
Pengirim: ikbal  - Kota: bekasi
Tanggal: 17/1/2012
 
ustadz tolong jelaskan lebih detail lagi, masalah tawasul, karena banyak orang awam yang kurang paham.
syukron 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Abu Darda' dalam sebuah riwayat menyebutkan: “Suatu saat, Bilal (al-Habsyi) bermimpi bertemu dengan Rasulallah. Beliau bersabda kepada Bilal: ‘Wahai Bilal, ada apa gerangan dengan ketidak perhatianmu ( jafa' )? Apakah belum datang saatnya engkau menziarahiku?'. Selepas itu, dengan perasaan sedih, Bilal segera terbangun dari tidurnya dan bergegas mengendarai tunggangannya menuju ke Madinah. Lalu Bilal mendatangi kubur Nabi sambil menangis lantas meletakkan wajahnya di atas pusara Rasul. Selang beberapa lama, Hasan dan Husein (cucu Rasulallah) datang. Kemudian Bilal mendekap dan mencium keduanya”. (Tarikh Damsyiq jilid 7 Halaman: 137, Usud al-Ghabah karya Ibnu Hajar jilid: 1 Halaman: 208, Tahdzibul Kamal jilid: 4 Halaman: 289, dan Siar A'lam an-Nubala' karya Adz-Dzahabi Jilid: 1 Halaman 358)

Bilal menganggap ungkapan Rasulullah saw. dalam mimpinya sebagai teguran dari beliau saw., padahal secara dhohir beliau saw. telah wafat. Jika tidak demikian, mengapa sahabat Bilal datang jauh-jauh dari Syam menuju Madinah untuk menziarahi Rasulallah saw.?

Kalau Rasulallah benar-benar telah wafat? sebagaimana anggapan kaum Wahhabi bahwa yang telah wafat itu sudah tiada ? maka Bilal tidak perlu menghiraukan teguran Rasulallah itu. Apakah Bilal khusus datang jauh-jauh dari Syam hanya sekedar berziarah dan memeluk pusara Rasulallah saw tanpa mengatakan apapun (tawassul) kepada penghuni kubur tersebut?

Sekarang mari kita lihat riwayat lain yang berkenaan dengan diperbolehkannya tawassul secara langsung kepada yang telah meninggal:
“Masyarakat telah tertimpa bencana kekeringan di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Bilal bin Harits –salah seorang sahabat Nabi– datang ke pusara Rasulullah dan mengatakan: ‘Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu karena mereka telah (banyak) yang binasa' . Rasul saw. menemuinya di dalam mimpi dan memberitahukannya bahwa mereka akan diberi hujan (oleh Allah) ”. ( Fathul Bari jilid 2 halaman 398, atau as-Sunan al-Kubra jilid 3 halaman 351 )

Hadits-hadits di atas mencakup sebagai dalil tentang kebolehan tabarruk dan tawassul kepada orang yang dhahirnya telah wafat, hal itu telah dicontohkan oleh tokoh Salaf Saleh.

Berkata al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Musa an-Nukmani dalam karyanya yang berjudul ‘ Mishbah adz-Dzolam '; Sesungguhnya al-Hafidz Abu Said as-Sam'ani menyebutkan satu riwayat yang pernah kami nukil darinya yang bermula dari Khalifah Ali bin Abi Thalib yang pernah mengisahkan: “Telah datang kepada kami seorang badui setelah tiga hari kita mengebumi kan Rasulullah. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke pusara Rasulallah saw. dan membalurkan tanah (kuburan) di atas kepalanya seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, engkau telah menyeru dan kami telah mendengar seruanmu. Engkau telah mengingat Allah dan kami telah mengingatmu.

Dan telah turun ayat; ‘ Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang' (QS an-Nisa: 64) dan aku telah mendzalimi diriku sendiri. Dan aku mendatangimu agar engkau memintakan ampun untukku. Kemudian terdengar seruan dari dalam kubur: ‘Sesungguhnya Dia (Allah) telah mengampunimu' ”. (Kitab “Wafa' al-Wafa'” karya as-Samhudi 2/1361)

Dari riwayat di atas menjelaskan bahwa; bertawassul kepada Rasulullah pasca wafat beliau adalah hal yang legal dan tidak tergolong syirik atau bid'ah. Bagaimana tidak? Sewaktu perilaku dan ungkapan tawassul/istighatsah itu disampaikan oleh si Badui di pusara Rasulullah dengan memeluk dan melumuri kepalanya dengan tanah pusara yang ditujukan kepada Rasulallah yang sudah dikebumikan, hal itu berlangsung di hadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan khalifah Ali sama sekali tidak menegurnya, padahal beliau adalah salah satu sahabat terkemuka Rasulullah yang memiliki keilmuan yang sangat tinggi dimana Rasulullah pernah bersabda berkaitan dengan Ali bin Abi Thalib kw. sebagai berikut: ‘ Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali'. (Kitab “Tarikh Baghdad” karya Khatib al-Baghdadi 14/321, dan dengan kandungan yang sama bisa dilihat dalam kitab “Shahih at-Turmudzi” 2/298).


 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam