|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 96 users |
Total Pengunjung: 6224202 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
INFO DARI SYEIKH IBNU TAIMIYYAH TENTANG TAWASSUL |
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ] |
|
|
INFO DARI SYEIKH IBNU TAIMIYYAH TENTANG TAWASSUL
Luthfi Bashori
Diterangkan dalam kitab Qaidah Jaliyyah, halaman 91 sebagai berikut : Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dun-ya di dalam kitab Mujaabid du-a, berkata: Abu Hasyim telah mengatakan: Aku mendengar Katsir bin Muhammad bin Katsir bin Rifa`ah mengatakan : Seorang lelaki datang kepada Abdul Malik bin Said bin Abjar, lantas Abdul Malik meraba perutnya dan mengatakan :
`Engkau punya penyakit yang tidak bakal sembuh !`. Lelaki itu bertanya : `Penyakit apa itu ?`. Abdul Malik menjawab : `Semacam bisul besar yang sering mematikan si penderita`.
Lantas lelaki itu pindah tempat seraya berdoa : `Allah, Allah, Allah Tuhanku, tiada sesuatupun yang menyekutukanNya, Ya Allah sesungguhnya aku menghadap kepadaMu dengan (bertawassul) perantara Muhammad Nabi pemberi rahmat (kasih sayang), shallallahu `alaihi wa sallam, Wahai Muhammad, sesungguhnya dengan perantaramu, aku menghadap Allah Tuhanmu dan Tuhanku, dengan harapan Dia memberi rahmat kesembuhan dari penyakitku`
Lantas Abdul Malik meraba perut lelaki itu dan mengatakan : `Engkau telah sembuh dari penyakitmu`
Berkata Syeikh Ibnu Taimiyyah : Doa ini dan yang semacamnya, sebagaimana diriwayatkan, telah diamalkan oleh Ulama Salaf.
Pengakuan Syeikh Ibnu Taimiyyah dalam hal ini yang terpenting adalah, bahwa Ulama Salaf telah mengamalkan dan mengajarkan tata cara bertawassul kepada Nabi SAW.
Setuju atau tidak setuju, Syeikh Ibnu Taimiyyah telah membenarkan bahwa Ulama Salaf yang hidupnya sebelum jamannya Sheikh Ibnu Taimiyyah, benar-benar mengamalkan tawassul ini. Jika saja Syeikh Ibnu Taimiyyah tidak sependapat dengan Ulama Salaf, maka umat Islam lebih wajib mengikuti langkah Ulama Salaf daripada mengikuti Syeikh Ibnu Taimiyyah.
Penyair mengatakan :
`Anil asyyaa-i jadiiduha # wa `anid diini qadiimuha
(Jika memilih barang-barang, maka carilah yang baru # sedangkan memilih ajaran agama, maka carilah pendapat ulama yang paling terdahulu).
*Digubah dari kitab Mafahim karangan Imam Ahlussunnah Abad 21, Abuya Sayyid Muhammad Alwi Almaliki.
|
1. |
Pengirim: Muhammad - Kota: malang
Tanggal: 5/1/2010 |
|
syukron |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Laa syukra 'alaa waajib |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: lukman - Kota: jakarta
Tanggal: 5/2/2010 |
|
mohon contoh tawassul dengan orang sholeh yg telah wafat.
ketika ziarah kubur, bolehkah berbicara ke yg telah meninggal (beranggapan yg meninggal mendengarkan).
terima kasih |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Allahumma inni as-aluka bihaqqi nabiyyika wa bijaahi karoomati Syeikh Abdul Qadir Aljailani, an taghfiroli... (Ya Allah aku bermohon kepada-MU disebabkan kepangkatan Nabi Muhammad dan dikarenakan keramatnya Syeikh Abdul Qadir Aljailani, agar ENGKAU berkenan mengampuniku). 2. Ajaran Nabi SAW kepada umat Islam yg berziarah kubur hendaklah mengucapkan salam : Assalaamu alaikum ya Ahlal qubuur, antum saabiquuna wa nahnu bikum laahikuun insyaallah aaminiin...Semoga keselamatan tercurah atas diri kalian wahai Ahli kubur, kalian telah mendahului dan kami akan menyusul kalian, insyaallah dg aman ... Dalam bab ini Nabi SAW telah mengajak dialog ahli kubur sebagai contoh bagi umat Islam, namun beliau tidak mengajarkan agar umat Islam menunggu jawaban dari Ahli kubur tsb. Tentunya Nabi SAW tidak pernah mengajarkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya kan ... ? berarti menurut Nabi SAW bahwa ahli kubur itu bisa diajak bicara. Nah, kita boleh saja berbicara dg ahli kubur, namum tidak perlu menunggu jawaban dari mereka. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: lukman - Kota: jakarta
Tanggal: 12/3/2010 |
|
ustad, tanya lagi..
adakah dalil yang bahwa rasulullah bisa menemui seseorang di alam nyata? (bukan di mimpi)?
terima kasih ustad
moga dakwah ustad semakin berkibar. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Coba akhi baca artikel pada kolom Teriakan Pejuang dg judul : Sebelum Meninggal Dunia Ia Dapat Bertemu Nabi SAW. |
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: ikbal - Kota: bekasi
Tanggal: 17/1/2012 |
|
ustadz tolong jelaskan lebih detail lagi, masalah tawasul, karena banyak orang awam yang kurang paham.
syukron |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Abu Darda' dalam sebuah riwayat menyebutkan: “Suatu saat, Bilal (al-Habsyi) bermimpi bertemu dengan Rasulallah. Beliau bersabda kepada Bilal: ‘Wahai Bilal, ada apa gerangan dengan ketidak perhatianmu ( jafa' )? Apakah belum datang saatnya engkau menziarahiku?'. Selepas itu, dengan perasaan sedih, Bilal segera terbangun dari tidurnya dan bergegas mengendarai tunggangannya menuju ke Madinah. Lalu Bilal mendatangi kubur Nabi sambil menangis lantas meletakkan wajahnya di atas pusara Rasul. Selang beberapa lama, Hasan dan Husein (cucu Rasulallah) datang. Kemudian Bilal mendekap dan mencium keduanya”. (Tarikh Damsyiq jilid 7 Halaman: 137, Usud al-Ghabah karya Ibnu Hajar jilid: 1 Halaman: 208, Tahdzibul Kamal jilid: 4 Halaman: 289, dan Siar A'lam an-Nubala' karya Adz-Dzahabi Jilid: 1 Halaman 358)
Bilal menganggap ungkapan Rasulullah saw. dalam mimpinya sebagai teguran dari beliau saw., padahal secara dhohir beliau saw. telah wafat. Jika tidak demikian, mengapa sahabat Bilal datang jauh-jauh dari Syam menuju Madinah untuk menziarahi Rasulallah saw.?
Kalau Rasulallah benar-benar telah wafat? sebagaimana anggapan kaum Wahhabi bahwa yang telah wafat itu sudah tiada ? maka Bilal tidak perlu menghiraukan teguran Rasulallah itu. Apakah Bilal khusus datang jauh-jauh dari Syam hanya sekedar berziarah dan memeluk pusara Rasulallah saw tanpa mengatakan apapun (tawassul) kepada penghuni kubur tersebut?
Sekarang mari kita lihat riwayat lain yang berkenaan dengan diperbolehkannya tawassul secara langsung kepada yang telah meninggal:
“Masyarakat telah tertimpa bencana kekeringan di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Bilal bin Harits –salah seorang sahabat Nabi– datang ke pusara Rasulullah dan mengatakan: ‘Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu karena mereka telah (banyak) yang binasa' . Rasul saw. menemuinya di dalam mimpi dan memberitahukannya bahwa mereka akan diberi hujan (oleh Allah) ”. ( Fathul Bari jilid 2 halaman 398, atau as-Sunan al-Kubra jilid 3 halaman 351 )
Hadits-hadits di atas mencakup sebagai dalil tentang kebolehan tabarruk dan tawassul kepada orang yang dhahirnya telah wafat, hal itu telah dicontohkan oleh tokoh Salaf Saleh.
Berkata al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Musa an-Nukmani dalam karyanya yang berjudul ‘ Mishbah adz-Dzolam '; Sesungguhnya al-Hafidz Abu Said as-Sam'ani menyebutkan satu riwayat yang pernah kami nukil darinya yang bermula dari Khalifah Ali bin Abi Thalib yang pernah mengisahkan: “Telah datang kepada kami seorang badui setelah tiga hari kita mengebumi kan Rasulullah. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke pusara Rasulallah saw. dan membalurkan tanah (kuburan) di atas kepalanya seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, engkau telah menyeru dan kami telah mendengar seruanmu. Engkau telah mengingat Allah dan kami telah mengingatmu.
Dan telah turun ayat; ‘ Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang' (QS an-Nisa: 64) dan aku telah mendzalimi diriku sendiri. Dan aku mendatangimu agar engkau memintakan ampun untukku. Kemudian terdengar seruan dari dalam kubur: ‘Sesungguhnya Dia (Allah) telah mengampunimu' ”. (Kitab “Wafa' al-Wafa'” karya as-Samhudi 2/1361)
Dari riwayat di atas menjelaskan bahwa; bertawassul kepada Rasulullah pasca wafat beliau adalah hal yang legal dan tidak tergolong syirik atau bid'ah. Bagaimana tidak? Sewaktu perilaku dan ungkapan tawassul/istighatsah itu disampaikan oleh si Badui di pusara Rasulullah dengan memeluk dan melumuri kepalanya dengan tanah pusara yang ditujukan kepada Rasulallah yang sudah dikebumikan, hal itu berlangsung di hadapan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan khalifah Ali sama sekali tidak menegurnya, padahal beliau adalah salah satu sahabat terkemuka Rasulullah yang memiliki keilmuan yang sangat tinggi dimana Rasulullah pernah bersabda berkaitan dengan Ali bin Abi Thalib kw. sebagai berikut: ‘ Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali'. (Kitab “Tarikh Baghdad” karya Khatib al-Baghdadi 14/321, dan dengan kandungan yang sama bisa dilihat dalam kitab “Shahih at-Turmudzi” 2/298).
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|