BULLY - BULLY - BULLY
Luthfi Bashori
Tiba-tiba saja istilah Bully ini mencuat ke permukaan, jangankan di perkotaan atau di kalangan terpelajar, bahkan masyarakat desa pun sudah mendengarkan dan mengucapkannya, baik dengan pemahaman penuh tentang arti bully, maupun yang setengah-setengah.
Penulis sendiri mulai familiar dengan istilah bully ini sejak mencuatnya kasus bully di kalangan pelajar, khususnya yang terjadi di Sumatera Barat, dengan tanyangan video amatir seorang bocah wanita di sekolah dasar yang dibullying oleh kawan-kawan se kelasnya, hingga kasusnya mencuat menjadi pemberitaan media televisi.
Ibu-ibu PKK, atau jamaah tahlil kampung, tukang ojek, anak-anak yang biasa nongkrong di jalanan, belum lagi orang kantoran serta para pemerhati dunia pendidikan, saat ini sudah semakin terbiasa mendengar istilah Bully itu.
Terlebih saat mencermati kasus Arsyad si penjual sate yang iseng membully, namun ternyata harus berurusan dengan pihak aparat keamanan.
Sebenarnya masyarakat belum banyak tahu, apa sih hakikatnya Bully itu sendiri, dan mengapa pula membully itu bisa berurusan dengan aparat keamanan?
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti, 2006).
Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.
Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi (Susanti, 2006).
Suatu hal yang alamiah bila memandang bullying sebagai suatu kejahatan, dikarenakan oleh unsur-unsur yang ada di dalam bullying itu sendiri.
Rigby (2003:51) menguraikan unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian bullying yakni antara lain keinginan untuk menyakiti, tindakan negatif, ketidakseimbangan kekuatan, pengulangan atau repetisi, bukan sekedar penggunaan kekuatan, kesenangan yang dirasakan oleh pelaku dan rasa tertekan di pihak korban.
Gambaran seperti di atas inilah kira-kira yang dapat mempermudah masyarakat untuk memahami arti bully itu sendiri.
Di beberapa komunitas tertentu, kata-kata bully justru kian marak dijadikan anekdot dan plesetan dalam canda gurau mereka, misalnya:
Ngapain kita membully, lebih baik makan nasi Kabuli...!
(Nasi kabuli adalah jenis masakan khas Arab yang menyerupai nasi goreng kambing).