BERMANFAAT BAGI EMPAT KETURUNAN
Luthfi Bashori
Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Uzair AS, Janganlah engkau bersumpah palsu terhadap-Ku, karena yang bersumpah palsu terhadap-Ku, maka Aku tidak akan membersihkannya, tidak akan melihatnya, dan tidak akan memujinya. Dan janganlah kamu mendurhakai ibu-bapakmu, karena seorang yang mendurhakai ibu-bapaknya, maka Aku akan mengutuknya, jika Aku sudah mengutuknya, maka akan terjadi dampak negatif sampai keempat keturunannya, karena itu mintalah ridha ibu-bapakmu, karena siapa yang diridhai ibu-bapaknya, maka Aku akan memberinya berkah, jika Aku telah memberinya berkah, maka berkah itu akan bermanfaat sampai ke empat keturunannya. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannif).
Bersarnya pahala dan manfaat birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua ini ternyata sangatlah besar sekali, bahkan rahasia Allah yang satu ini rasanya jarang sekali dipahami oleh umat Islam, sekalipun sudah banyak di kalangan mereka yang mengerti tentang kewajiban birrul walidain, khususnya terhadap ibu, dan dosanya uququl walidain, durhaka kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua, ternyata sangat berbengaruh kepada kebaikan anak cucu hingga empat turunan, amalan ini adalah sangat istimewa, namun apakah banyak di antara umat Islam yang dapat mengamalkannya? Ini adalah persoalan tersendiri tentunya.
Peluang bagi siapapun yang ingin memiliki keluarga yang baik, sakinah, mawaddah dan rahmah serta keturunan yang shalih dan shalihah, maka harus selalu menjaga amalan birrul walidain sampai kapanpun, baik kedua orang tuanya masih dalam keadaan hidup, maupun sesudah kedua orang tuanya dipanggil oleh Allah.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahawa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam kisah ini, termasuk fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah SAW berkata:
Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa`i)
Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu, kemudian ibumu, sekali lagi ibumu, kemudian bapamu, kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat (Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu`awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, Hadits Hasan).
Sebagian orang yang telah berumah tangga tidak sudi menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada isterinya, bahkan yang lebih menyedihkan banyak orang laki-laki yang lebih mengutamakan kepentingan istrinya dari pada mendahulukan kewajiban utamanya berbakti pada orang tuanya.
Sebenarnya, yang berhak mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan, bahwa lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hingga wajib dijelaskan kepada isteri, bahwa kewajiban yang utama bagi anak lelaki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya.
Sedangkan kewajiban utama bagi istri setelah taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah taat kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke sorga. Sekalipun demikian, setiap suami hendaklah tetap memberi izin dan kesempatan agar isterinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tua serta keluarganya.
Nah, jika setiap keluarga muslim dapat mengamalkan ajaran agama semacam demikian ini, maka Allah lah yang akan berkenan menjamin kebaikan kehidupan keluarganya hingga empat keturunan.
Sedangkan cara birrul walidain sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia, antara lain mengikuti hadits yang diriwayatkan oleh Abi Asid bin Malik bin Rabiah As Saidi beliau berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk di Majelis Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang dari Bani Salamah bertanya, Ya Rasulullah, apakah sesudah ibu bapakku meninggal dunia masih ada sisa bakti yang dapat aku persembahkan kepada keduanya?.
Mendengar pertanyaan itu, Baginda Nabi SAW mengangguk mengiyakan dan bersabda, Ya dengan jalan mengirimkan doa untuk keduanya, memohonkan ampun, menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan ibu bapakmu, memelihara hubungan silaturrahim dan memuliakan teman-teman dari keduanya, (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya).
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Saw pernah bersabda, Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali dari tiga sumber: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Selain mendoakan, maka berziarah ke makam orang tua juga termasuk merupakan bentuk birrul walidain. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda,Barang siapa yang berziarah ke kubur kedua orang tuanya, atau salah satu dari keduanya pada tiap Jumat, maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. (HR. Thabrani dalam Al-Ausath).
Kemudian, membina hubungan baik (tali silaturrahim) dengan teman-teman orang tuanya. Saya datang ke Madinah, kata Abu Burdah ra, lalu Abdullah bin Umar datang menemui saya seraya bertanya: Tahukah engkau mengapa saya menemuimu?. Tidak, jawabku dengan jujur.
Lalu ia menjelaskan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Siapa yang ingin berhubungan dengan ayahnya yang telah wafat hendaklah dia menghubungi kenalan dan saudara-saudara ayahnya, sesudah ayahnya meninggal.
Kebetulan antara Umar ayahku, dan ayahmu terjalin persudaraan yang akrab sekali, maka saya ingin melanjutkan hubungan baik itu. (HR. Abdurrazaq dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)