URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 6 users
Total Hari Ini: 192 users
Total Pengunjung: 6224304 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
SI RAKUS TERHADAP DUNIA 
Penulis: Pejuang Islam [ 8/9/2016 ]
 
SI RAKUS TERHADAP DUNIA

Luthfi Bashori


Seorang bijak berkata: Perumpamaan manusia dan kegemarannya pada kesenangan-kesenangan duniawi adalah seperti seorang pengendara dalam sebuah kapal menuju ke suatu negeri yang lebih baik. Kemudian kapal tiba di sebuah pulau yang penuh binatang buas, lalu ia keluar dari kapal untuk sekedar bersesuci dengan langkah yang sangat hati-hati. Namun ia melihat sebuah batu permata berharga dan indah. Ia pun menginginkan batu permata tersebut lantas menjauh dari kapal. Ia lupa tujuan utamanya bahkan menjadi terlena, hingga kapal itu berlayar jauh meninggalkannya. Kemudian ia diserang oleh ular serta binatang buas lainnya dan batu permata itupun tidak berguna baginya. Maka keadaannya itu seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku. (Q.S. Al-Haqqah: 28-29).

Ternyata betapa hinanya sifat serakah terhadap kehidupan dunia, seperti orang yang selalu berupaya ikut berlomba-lomba memperkaya diri sendiri, tanpa peduli urusan akhirat maupun urusan sosial kemasyarakatan. Misalnya, jika ada seseorang mendapat harta yang berlebihan atas usahanya, lantas ia berguman: Yang penting aku sekarang bisa enak dengan hasil usahaku sendiri ini, jadi ada apa memikirkan kehidupan kelak, apalagi jika harus berbagi dengan orang lain...!

Jiwa-jiwa egois semacam ini, yang pasti suatu saat akan mendapati kondisi dimana ia tidak akan mendapatkan kenyamanan hidup, baik di dunia apalagi di akhirat. Saat ia sakit, maka tak ada orang yang peduli kepadanya, karena dengan harta melimpa bukan berarti segalanya akan dapat dibeli.

Rasa hormat, rasa kasih, atau rasa solidaritas dari sesama manusia, justru seringkali menjadi sesuatu yang tidak dapat diperjualbelikan, hingga siapapun yang ingin mendapatkan penghormatan, rasa kasih maupun solidaritas dari orang lain, termasuk dari sanak famili dan handai taulannya, maka ia harus pandai-pandai merajutnya, dengan cara memupuknya lewat dunia pergaulan serta berbuat baik dengan sesamanya.

Peduli terhadap kemaslahatan orang lain, termasuk salah satu metode yang jitu dalam merajut rasa hormat, kasih dan solidaritas orang lain terhadap dirinya, hingga bila suatu saat ia membutuhkannya, maka kehormatan, kasih sayang dan rasa solidaritas dari orang lain itu akan datang dengan sendirinya, tanpa harus diminta dan tanpa harus mengeluarkan harta sepersen pun.

Untuk itu pula banyak ajaran Nabi Muhammad SAW yang secara tidak langsung mengarahkan umatnya agar pandai-pandai merajut kehormatan, kasih dan solidaritas dengan sesamanya, sebagaimana ungkapan beliau SAW: Senyummu kepada saudaramu itu terhitung shadaqah.

Jika seseorang selalu tersenyum kepada orang-orang yang dikenalnya, maka sesungguhnya senyuman yang sangat sederhana itu sudah dapat merajut kehormatan dan kasih sayang bahkan dapat menimbulkan rasa solidaritas dari orang-orang yang dikenal untuk dirinya.

Betapa hebatnya hakikat makna ajaran Nabi SAW yang sangat simpel itu. Belum lagi jika memperhatikan ungkapan beliau SAW: Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Tentunya ada makna yang jauh lebih dalam, jika di kaji dengan seksama dari sabda Nabi Muhammad SAW ini.



   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam