JENJANG PERKEMBANGAN ANAK
Luthfi Bashori
Perhatian orang tua terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak, adalah suatu keharusan jika menginginkan kebaikan bagi sang buah hati. Karena perkembangan seseorang sejak masa kecil itu sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang di masa dewasa.
Al-Imam Al-Hannathiy RA menceritakan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Anak mulai bisa membedakan pada usia 7 tahun, mimpi basah (baligh) pada anak lelaki usia 14 tahun, tingginya menjadi sempurna pada usia 21 tahun, sedang akalnya menjadi sempurna pada usia 28 tahun. Kemudian setelah itu akalnya tidak bertambah, kecuali dengan banyaknya pengalaman.
Apa yang disampaikan oleh Al-Imam Al-Hannathiy RA di atas adalah relalita yang harus disadari oleh para orang tua, tentunya agar setiap orang tua dapat mendampingi sepak terjang buah hatinya masing-masing, sehingga orang tua dapat mewarnai kehidupan anak-anaknya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci serta beriman kepada Allah, hingga kedua orang tuanya yang menjadikan anaknya itu sebagai Yahudi atau Nasrani atau Majusi, begitulah yang disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW.
Karena sangat pentingnya perkembangan seorang anak, maka salah satu kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya adalah mengajari dan membimbing serta mengawasinya secara langsung, khususnya atas pendidikan keagamaan dan akhlaq anak-anaknya.
Contoh, jika orang tua menginginkan sang buah hati itu rajin shalat di saat dewasa, maka hendaklah sejak kecil diberi contoh shalat yang benar serta waktu yang tepat, sehingga anak tersebut menjadi terbiasa mengamalkan shalat tepat pada waktunya, sesuai dengan kebiasaan yang dilihatnya di dalam kehidupan bersama keluarga.
Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad RA, mengatakan bahwa manusia pada mulanya di masa kecil memiliki tabiat banyak bergerak sebagai keharusan. Bahkan ada yang mengatakan: Andaikata anak kecil dicegah untuk bergerak, niscaya putuslah hatinya. Maka akalnya terus bertambah dan gerakannya terus berkurang.
Semakin bertambah akalnya, semakin berkurang gerakannya hingga ia mencapai usia 22 tahun. Ini adalah usia dewasa dan ini adalah puncak pertumbuhan akal. Setelah itu manusia hanya mengandalkan pengalaman dan dengan pengalaman inilah termasuk yang dapat menambahan akal.
Maka ia memahami bahwa apa yang bermanfaat baginya, ia pun bermanfaat bagi orang lain. Apa yang tidak disukainya, juga tidak disukai oleh orang lain. Hal ini berlangsung hingga akhir umur. Kemudian apabila mencapai usia 40 tahun, maka ia telah sempurna.
Sebagian besar dari para Nabi itu tidak diutus, kecuali setelah mencapai usia dewasa dan sempurna. Hanya tiga orang, yaitu Nabi Isa, Nabi Yahya, dan Nabi Yusuf yang menerima wahyu setelah mecapai usia dewasa, tetapi belum mencapai kesempurnaan.
Oleh karena itu Allah SWT berfirman mengenai Nabi Yusuf: Dan tatkala dia cukup dewasa. (QS. Yusuf, 22). Allah tidak mengatakan: Dan telah sempurna. sebagaimana Allah SAW mengatakan usia sempurna itu mengenai sifat Nabi Musa AS.