JANGAN TAMAK TERHADAP HARTA
Luthfi Bashori
Sifat tamak, ingin meraup keuntungan duniawi dengan menghalalkan segala macam cara, adalah sifat tercela yang harus dihindari oleh umat Islam. Umumnya timbulnya sifat tamak itu bermula dari sifat kikir, yang pada akhirnya berkembang menjadi sifat tamak.
Seseorang yang diberi rezeki berlebih, namun enggan berbagi dengan sanak saudara atau kalangan lain yang membutuhkan bantuannya, maka sedikit demi sedikit akan timbul dalam hatinya rasa cinta harta yang melebihi kewajaran.
Proses yang demikian ini sering kali membawa dampak negatif pada kejiwaan yang bersangkutan, hingga mulailah timbul dari cara cinta harta yang melebihi batas keawajaran itu menjadi sifat kikir, dan dari sifat kikir itu akan berkembang menjadi sifat tamak.
Sering terjadi di tengah masyarakat yaitu pada tingkatan tertentu, seseorang yang berlebihan dalam mencintai harta itu, dapat mendorongnya untuk melanggar norma-norma syariat.
Sedangkan yang ada dalam obsesinya hanyalah bagaimana caranya ia dapat mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tanpa direcoki dan direpoti oleh orang lain, bahkan terkadang dalam taraf seperti itu, maka orang tersebut bisa saja menggunakan cara-cara yang tidak dibenarkan, seperti mencuri, menggelapkan, mengkorupsi harta dan tindakan tercela lainnya.
Ketamakan termasuk sifat cela dan kejelekan yang terbesar dari jiwa seseorang dan dapat merusak nilai ibadahnya. Bahkan ketamakan adalah sumber dari segala kejelekan.
Ketamakan juga dapat menimbulkan kehinaan yang sangat besar, padahal orang mukmin itu tidak boleh menghinakan dirinya sendiri.
Ketamakan juga bertentangan dengan hakikat keimanan yang selalu mengajarkan kemuliaan. Sedangkan kemuliaan itu dapat dimiliki seorang mukmin dengan cara memusatkan perhatiannya hanya kepada Allah dan segala hal yang dapat mengantarkan dirinya sampai kepada Allah.
Sebagaimana kemuliaan itu adalah sifat orang-orang mukmin, begitu pula kehinaan adalah akhlak orang kafir dan orang munafik. Allah Swt berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (Q.S. Al-Mujadilah : 20).