|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 5 users |
Total Hari Ini: 210 users |
Total Pengunjung: 6224322 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL |
|
|
"SEBUAH TESTIMONI" |
Penulis:
Arbania Firiani [18/5/2009] |
|
"SEBUAH TESTIMONI"
Arbania Firiani
Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di Indonesia. Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.
Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta jargon sebagai partai bersih. Sayangnya, banyak masyarakat dan orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.
Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.
Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari `am sirriyah sampai ke `am jahriyah. Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS masih bernama PK sampai kemudian menjadi PKS.
Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran, yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro`ah (MS), lingkaran ke dua yakni majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), dan lembaga kerohanian islam.. Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas, sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur seperti yang telah saya terangkan.
Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerak an politik dalam negeri atas nama mahasiswa baik itu yang berwujud demonstrasi ataupun pergerakan lainnya. Sistem pergerakan, pengkaderan, dan struktur lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi di tingkat nasional.
Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah mahasiswa yang memang sudah di kader sejak SMU. Tapi tidak banyak juga yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader pada saat kuliah. Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS yang baru di kader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai mas`ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk berdiskusi dengan mas`ulah tingkat universitas. Dari sini juga saya akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.
Dalam MS dan MB memiliki mas`ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan mas`ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas`ul (ah) ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas`ul(ah) yang membawahi sayap-sayap dakwah yakni sayap tarbiyah (mengurusi pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar islam khususnya dalam lembaga kerohanian formal dan menjaring kader baru), dan sayap sosial & politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus yakni BEM dan MPM).
Di lingkaran ke dua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah yang sudah di kader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah tink-tank dari seluruh kegiatan yang terjadi di kampus. Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat ijin dari MS dan memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat oleh MS.
Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah seorang menjadi kader yang militant? Jalan pertama adalah menguasai Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai maka akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan mahasiswa baru.
Saat orientasi Mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk kelompok kecil (halaqah) dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini akan berkumpul 1 minggu sekali. Dari sinilah biasanya akan terjaring orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwah militan, bahkan orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.
Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari HTI). Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah "nahnu du`at qobla kulli sya`I" dan "sami`na wa ata`na". Dua doktrin inilah yang membuat kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan. Setiap instruksi yang diberikan dari mas`ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami akan kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya. Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos kuliah, dll.
Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dulu saya merasa kasihan dengan mereka, karena yang saya tahu – diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih atau tausiyah (semacam kultum) – bahwa dalam jalan dakwah ini selalu akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah, mereka adalah orang-orang futur (berbalik ke belakang)..
Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota "basah" (barisan sakit hati). Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari ADK padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi dosen atau karyawan tetap di kampus).
Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk keluar, antara lain:
1. Adanya ekslusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang diluar ADK. Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka adalah adalah orang `amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo`at (semacam halaqah tapi lebih khusus lagi) dan orang `amah adalah orang yang belum mengenal tarbiyah.
Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan `amah karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi future, bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah. Istilah khos dan a`amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidaknmanusiawi dalam menghadapi teman saya yang `amah.
Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad`u (objek dakwah) saya. Jika saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami apalagi bisa menjadi ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar. Saya merasa menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK adalah sahabat saya. Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.
2. Dalam liqo`at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang membuat saya tidak sreg, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan liqo`at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya. Bahkan saya pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo`at, mski orang tua saya sakit dan harus menjaganya, maka saya harus tetap datang liqo (entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang kurang manusiawi ini).
Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya, padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya, masih banyak sekali kebenaran di luar sana. Bahkan buku bacaan pun diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah wawasan keislaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat islam namun oleh murabbi saya dilarang. Untuk hal ini saya membangkang karena seandainya islam itu memang benar rahmatan lil alamin maka ilmunya pun pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di PKS semata.
Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun dauroh-dauroh (training) saya merasa lebih banyak diajarkan tentang kebencian terhadap agama atau aliran lain seperti bagaimana kejamnya kaum nashoro (nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, yahudi yang membantai saudara kami di Palestina, JIL yang memusuhi kami, NII yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst. Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah orang-orang yahudi dan nashoro.
Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk mujahid-mujahid di Palestina dan Afganistan (kadang saya berpikir kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita). Sejujurnya saya lebih tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azabNya.
Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat Allah SWT lebih cepat dari murkaNya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya dapat menghapus kemarahanNya terhadap umat manusia. Inilah sebabnya mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian.
3. Semua ganjalan-ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan, juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang se-level saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.
Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi. Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung pada saat menjadi ADK seperti upaya kami untuk menghalang-halangi acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD). Saya ingat dulu, karena saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan bisa melemahkan iman saya seringkali membolos kalau ada latihan menari sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.
Kembali kepada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari Kerajaan Saudi tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa mencapai indonesia mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2050 dan melalui jamaah haji.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan jika seluruh umat muslim di timur tengah disatukan, umat muslim Indonesia masih jauh lebih banyak. Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, maka Arab Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah melalui invasi kebudayaan.
Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.
Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid`ah, maka saat itulah NKRI akan bubar. Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non muslim atau yang masih memegang budaya lokal di indonesia akan meminta merdeka. Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah belah dan pada saat itulah orang-orang ini akan bagi-bagi "kue".
Peta rencanaya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam akan dikuasai oleh Arab. Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerha yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh Cina.
Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang memahaminya. Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Sehingga berbagai produk kebijakan seperti Perda Syariat, UU APP, dll. yang rata-rata hanya sekedar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai keberhasilan Islam. Masyarakat kita lupa bahwa sampai saat ini PKS belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi, trafficking, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita ketimbang sekedar mengatur cara orang dewasa berpakaian dan berperilaku.
Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman saya ini adalah black campaign. Renungkan dengan hati nurani yang dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.
Saya tahu resiko apa yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya hadapi. Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim, karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara.. Rasa cinta saya bagi negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya. Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan melindunginya.
Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian. Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu umat manusia, anak cucu Adam. Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut "sa-udara".Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan para jamaah "fesbukiyah" dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan nusantara. Wallahu A`lam Bis-Shawab Wallahul Musta`an.
|
1. |
Pengirim: ridwan - Kota: Probolinggo
Tanggal: 23/5/2009 |
|
Wah, artikel dari Arbania Firiani yg berjudul ‘Sebuah Testimoni’ itu cukup menarik..
Pertama-tama, yg harus dicermati dan seharusnya dicoba diimitasi oleh kalangan nahdliyin adalah “sistem pengkaderan PKS yg sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu yg singkat membuatnya menjadi partai besar (punya pengikut yg besar pula)” [Lihat: tulisan pada paragraf ketiga]. Metode ini harus digugu dan ditiru oleh para nahdliyin terutama para struktural NU. Sependek pengetahuan saya, pengkaderan NU diwilayah intelektual semacam Kampus memang kesannya kurang. Buktinya tidak perlu jauh2, di Univ.Brawijaya atau Univ.Negeri Malang bukannya kader NU yg menonjol, namun kader wahaby lah yg menonjol. Padahal kalo dikatakan secara jujur, secara kompetensi mereka amat jauh dengan kader2 NU didikan Kiai yg sudah bisa membaca kitab berbahasa Arab. Sedang kader2 Wahaby itu hanya menukil-nukil sana-sini saja, tapi tampilannya dan gaya bicaranya sudah kayak Ulama Besar. Tiru Kiai Luthfi tampilannya sangat inklusif tidak eksklusif seperti kaum Wahaby.
Seperti kata Pak Imam Ghazali Said bahwa sebenarnya Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU sebagai target operasi. Mereka bergerak lewat mahasiswanya yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7 orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok. Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan bayar SPP. Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang lain. Nah, kelompok inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan sebagainya. Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini masih agak moderat karena masih mau menerima negara nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.
Kedua, pada tulisan Arbania Firiani keliahatannya PKS memang sengaja mau menghancurkan orang2 kafir. Padahal PKS sendiri pernah mencalonkan kandidat dari seorang kafir. Itu artinya kata pengurus inti PKS adalah membuktikan bahwa PKS itu partai terbuka, mungkin hanya sikap taqiyyah, mungkin saja…. Untuk ini sebaiknya tirulah Kiai2 NU dalam berdakwah. Mereka mengajarkan kedamaian kepada siapapun, kecuali kepada orang2 yg sudah secara nyata & terang2an memusuhi; baik via lisan atau media. Dan sebagian dari Kiai NU masih ada yg amat toleran seperti sikap Rasulullah ketika dulu diludahi dan dilempar kotoran oleh orang2 yg menolak ajarannya. Nah, jumlah mereka sedikit sekali. Sependek pengetahuan saya, pemahaman mereka adalah tingkat hakikat/mukasyafah..
Jika memang hidden agenda PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi; saya kira kita harus arif memahaminya. Budaya manapun, baik dari barat jika memang bermuatan positif dan tidak bertentangan dengan Islam agama yg kita imani, maka seharusnya kita welcome. Namun, seperti yg pernah didawuhkan KH. Mutawakkil (Ketua PWNU Jatim) bahwa beliau justru melihat budaya Islami itu bukan diNegara Arab sana, tapi beliau melihat nilai2 Islam itu diterapkan di Negara lain bahakn dinegara kafir. Saya dapat meneriman dawuh KH. Mutawakkil karena sebagai cerminan saja, berapa banyak TKI kita yg berkerja disana namuan tidak diperlakukan secara manusiawi. Wah, sebenarnya kasusnya amat banyak bahkan ada kasus2 lain, tapi terkendala publikasi karena Arab memang anti terhadap wartawan. Saya pernah dengar dari seorang TKI bahwa Arab Saudi adalah Negara terbanyak yg penduduknya mengidap AIDS. Wallahu a’lam
Dan kelihatannya mas Arbania Firiani harus punya data2 dan fakta2 terhadap artikel yg terposting di pejuang islam ini. Jika anda punya data valid tentang hidden agenda PKS alangkah baiknya jika anda sampaikan kepada para Capres-Cawapres sekarang.
Untuk tanggapan selanjutnya, sedang diproses.... |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Saat saya belajar d Madinah Almunawwarah antara th 1983 - 1985, saya pernah membaca sebuah kitab di perpustakaan yang memuat beberapa faedah. Ada satu kalimat yang saya ingat, tapi apakah itu sebuah hadits atau makna sebuah hadits, saya lupa dan tidak tahu. Andaikata betul kalimat itu adalah sebuah hadits, maka derajat hadits itupun termasuk yang saya juga tidak ingat apakah shahih, hasan. atau dhaif.
Bagi saya saat ini tidak perlu membahas tentang riwayat kalimat itu. Tapi yang terpenting sesuai dengan ingatan saya, kalimat yang tertulis di sana adalah: Laa tasubbul arob, fa inni minal arob. Artinya : Janganlah kalian mencaci maki Arab, karena aku (Nabi) ini dari Arab.
Arti yang terkandung dalam kalimat itu, sungguh sangat rasional. Seseorang dapat saja hatinya tersinggung bahkan marah, saat desa tempat kelahirannya dicaci maki oleh orang lain.
Jika benar kalimat ltu datangnya dari Nabi SAW, maka sudah selayaknya umat Islam tidak mudah terprovokasi oleh slogan anti Arab, karena memang benar bahwa Nabi Muhammad SAW aslinya berasal dari negeri Arab.
Jika kalimat itu bukan dari Nabi SAW, bahkan misalnya saja kalimat itu ternyata adalah sebuah hadits palsu, maka maknawi yang tersirat dalam kalimat itu adalah mengandung kebenaran.
Saat ini ada sebagian orang yang sengaja memilah-milah antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Arab. Bahkan tidak jarang kelompok liberal justru menafikan kebudayaan Islam dan menggeneral bahwa wanita berjilbab, menutup aurat seluruh tubuh, lelaki berjubah, bersorban, bersiwak, dan yang semisalnya itu dianggap sebagai budaya Arab, bukan melaksanakan syariat Islam.
Maka mencermati kebenaran ajaran Nabi SAW termasuk kewajiban berjilbab, menutup aurat bagi lelaki dan wanita sesuai batasan fiqih, tidak ikhtilath (campuraduk) lelaki dan wanita, dll, hukum mengamalkannya adalah fardu ain bagi tiap-tiap muslim, atau minimal adalah sunnah Nabi SAw. Demikian juga mengetahui bahwa pelaksanaan hukum Islam secara menyeluruh itu hukumnya wajib, termasuk juga perintah agama.
Umat Islam harus jeli dalam meneliti bahwa kebudayaan Islam yang sudah dilestarikan oleh bangsa Arab adalah dulunya dilakukan juga oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi negeri-negeri Arab yang masih melestarikan budaya Islam yang kini menjadi simbul budaya Arab dalam batas-batas tertentu harus dapat di terima oleh umat Islam dimanapun berada.
Perlu diingat pula bahwa kebudayaan Arab itu sangat berbeda dengna ajaran Wahhabi/Salafi. Seperti misalnya ajaran Wahabi/Salafi yang memerintahkan penganutnya untuk membumihanguskan peninggalan Islam bersejarah, sedangkan para ulama Saudi Arabiyah non Wahabi/Salafi selalu melobi pemerintahan Saudi Arabiyah untuk melestarikan peninggalan budaya Islam tersebut, sekalipun ada yang berhasil dan yang gagal.
Jadi janganlah menggeneral dua masalah yang berbeda menjadi sebuah pemahaman dengan sekup pengertian yang sangat sempit. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: janoko mulyanto - Kota: kebumen
Tanggal: 24/5/2009 |
|
cerita saudara terkesan tidak masuk akal, dan cenderung mengada-ada. Apakah selama ini intelijen Indonesia mandul, sehingga tidak mengerti jika ada hidden agenda semacam itu? jika memang semacam itu, tentunya PKS gak bisa seperti sekarang ini. Jika petinggi PKS aja bisa EMBER alias membocorkan informasi tentang rencana "hidden agendanya" pada anda, yang gak jelas siapa dan dari mana.tentu konyol sekali. berhati-hatilah terhadap fitnah semacam ini kyai. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami serahkan penilaiannya kepada para pengunjung. Coba baca juga artikel tanggapan untuk 'Sebuah Testimoni' tulisan ARAH, semoga berfungsi sebagai balanc bagi pembaca. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: ridwan - Kota: Probolinggo
Tanggal: 26/5/2009 |
|
Sementara itu,
PKS kelihatannya sangat kecewa dengan keputusan Pak SBY. Karena dalam keputusan resminya Pak SBY lebih memilih Prof. Boediono sebagai Cawapres-nya yg sebelumnya beliau menjabat sebagai Gubernur BI. Mungkin saja karena Pak SBY sudah mengetahui hidden agenda dari PKS, atau karena banyaknya pesan singkat yg dikirimkan ke Pak SBY yg menyatakan bahwa HNW itu antek Wahaby. Faktanya memang banyak pesan singkat yg masuk kepada SBY tentang profil sang Ketua MPR tsb.
Namun, dalam beberapa pernyataannya HNW menolak dan menyatakan bahwa isu Wahaby terhadap dirinya adalah fitnah belaka. HNW juga menegaskan bahwa PKS itu partai terbuka terhadap semua golongan. Indikasinya bahwa PKS sudah berkali-kali menggelar Maulid Nabi SAW, bahkan PKS juga berhasil merekrut tokoh2 Aswaja terutama dari unsur NU, semisal dari Sidogiri, dlsb. Bahkan beberapa waktu yg lalu putra dari KH Shalahudin Wahid adalah kader PKS, putra Kiai NU tsb juga yg membuat iklan PKS. Namun, putra KH Shalahudin itu sudah keluar. Keterangan tsb diperoleh dari Kh Shalahudin Wahid sendiri.
Sependek pengetahuan saya, dalam berpolitik sekte Wahaby itu punya dua pandangan. Ada yg berkenan berafiliasi ke dalam partai politik, dan juga ada yg menolak bahkan mengkafirkan orang2 yg berafiliasi ke dalam partai politik. Karena bagi mereka sistem partai itu berasal dari non-islam, jadi pengikutnya juga non-islam, bid’ah dhalalah fin Naar. Hehe..
Selain hal2 diatas, ada buku ilmiah yg bertajuk "Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia." Dalam buku setebal 321 halaman ini, PKS dituliskan sebagai agen kelompok garis keras Islam transnasional. Dalam melakukan kerjanya, PKS melakukan infiltrasi ke berbagai institusi yang mencakup pemerintahan dan ormas Islam antara lain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah (halaman 23). Fakta yang mencengangkan adalah adanya fenomena rangkap anggota antara Muhamamdiyah dan kelompok yang disebut garis keras. Diduga hampir 75 persen pemimpin garis keras memiliki ikatan dengan Muhammadiyah.
Sajian data yang ditampilkan dalam buku ini tertulis merupakan hasil penelitian yang dilakukan selama 2 tahun terakhir. Penelitian sendiri dilakukan oleh dua tim. Tim pertama dituai oleh Abdurrahman Wahid yang merupakan peneliti konsultasi dan literatur. Sementara tim kedua yakni tim lapangan dikomandani oleh Prof Dr Abdul Munir Mulkhan (guru besar UIN Sunan Kalijaga).
Penelitian yang dilakukan di 24 kota/kabupaten yang tersebar di 17 provinsi dengan menerjunkan 27 peneliti lapangan. Tidak hanya itu, riset ini melibatkan 591 responden yang diambil dengan sengaja (purposive sampling) yang berasal dari 58 organisasi massa Islam. Profesi responden pun beragam, mulai dari pegawai negeri, dosen, mahasiswa, anggota DPRD hingga pimpinan parpol.
Buku ini menyebutkan aktivitas dakwah yang dilakukan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang kemudian melahirkan PKS menikmati dana Arab Saudi. Peneliti buku ini melasir adanya informasi PKS sedang mencari masjid-masjid yang sedang direnovasi. Dana rehab tersebut diperoleh dari Arab Saudi. Syaratnya, penduduk setempat diminta mendukung PKS dalam setiap pemilihan.
Pada bagian akhir, penelitian ini menyimpulkan gerakan Islam garis keras di Indonesia memiliki hubungan dengan gerakan Islam transnasional yang berasal dari Timur Tengah terutama Wahabi, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Tujuannya, berusaha melakukan formalisasi agama dengan cara pemaksaan dan tidak fair sehingga menjurus kepada penggulingan sebuah negara (state).
Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan PKS terkesan menempuh politik bermuka dua dengan menghembuskan isu partai terbuka pada Mukernas d Bali pada tahun 2008 silam. Untuk ke publik, PKS ingin menegaskan sebagai partai terbuka dan bervisi kebangsaan dengan menerima Pancasila dan UUD 1945. Sementara, ke konstituen, PKS menyatakan sebagai partai dakwah berasas Islam. Selain PKS, Hizbut Tahrir Indonesia juga disebutkan menjadi bagian dari gerakan Islam garis keras.
Namun, bukunya sendiri ditunda peluncurannya. Rencana sebelumnya buku tsb hendak dilaunching Bulan Mei ini, tapi ditunda karena berbagai kendala teknis.
Untuk perda syari’at, UU APP, dll. Saya kira tidak tepat jika ditempatkan sebagai output dari sentimen keagamaan. Setiap orang yg beragama jika sudah ada dalil yg menyatakan bahwa hal itu wajib dilakukan kenapa harus ditolak ?
Bukankah kita beriman dengan Islam ?
Apa bukti keimanan kita, jika kita menolak produk hukum yg tertuang didalam alQuran ?
Perda Syari’at dan UU APP ini sebenarya adalah sebagai pedoman/tolok ukur kita dalam berbuat yg lebih detail dari KUHP. Jadi aparat mempunyai pijakan hukum untuk bertindak para pelaku asusila.
Harusnya juga jangan meremehkan cara berpakaian. Wah.. lihat saja dari beberapa penelitian ilmiah yg dilakukan, dimana mayoritas menyimpulkan bahwa hampir 100% pelaku asusila terinspirasi dari visualisasi ketelanjangan, yg juga erat kaitannya dengan cara berpakaian. Coba saja memakai baju sesuai tuntunan Quran yg diterjemahkan oleh para Ulama, tentu saja paling puol godaannya hanya berupa siulan, kata sapaan, dlsb. Kaitannya adalah peredaman syahwat. Coba bandingkan dengan wanita yg berpakaian “tank-top” (maaf, kalo salah nulisnya), pasti syahwat/libido kita akan naik drastis, namun ini normal/naluriah bagi seorang lelaki. Nah, untuk mencegah syahwat inilah kita harus bersama-sama memakaikan pakaian terhadap apa yg harus diberi pakaian.
UU APP sendiri memang tidaklah paripurna, karena memang buatan manusia. Memang ada perdebatan dibeberapa pasal, namun saya yakin perdebatan itu adalah juga untuk kemaslahatan bangsa Indonesia kita tercinta ini. Tentunya kita tidak akan rela jika kelak anak kita menjual auratnya ?
Apalagi menjadi para striptease ?
Mari sama-sama menjadi pejuang islam yg terlebih dulu menjaga dan membersihkan keluarga dari kepornoan ?
Ikuti saja kalam Allah ?, dan memang harus sami’na wa atha’na..
Masa tidak percaya kepada Allah ?, kan bukan atheis to..
Saya yakin mas Arbania Firiani juga setuju hal itu..
Siapa sih yg tega keluarganya jadi korban sexualitas haram, incest, free sex, dlsb..
Seperti kata Hb. Munzir:
“PKS (Partai Keadilan Sejahtera) banyak dihuni para kaum anti maulid, namun akhir-akhir ini PKS (Partai Keadilan Sejahtera) merubah keadaannya menjadi bermasyarakat dengan aswaja, dan banyak pula kaum anti maulid meninggalkan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sebab mereka banyak merangkul para habaib dan ulama, namun sebagian pengamat politik aswaja tetap mengatakan bahwa PKS hanya berpolitik demikian, dan jika mereka berkuasa maka mereka akan kembali dengan akidahnya, karena mereka memakmurkan para ustadz yg mengajarkan fiqh yg tidak berpegang pada satu madzhab, dan ajaran tauhid ilahiyah yg bertentangan dengan aswaja”
Anda sih mas Arbania Firiani, wong masih banyak partai berbasis Aswaja seperti PKNU, PPNUI, PPP, dlsb.. atau setahu Gol Put aja kayak KH Luthfi Bashori, hehe….
Pak Dur juga menganjurkan Gol Put. Hehe..
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami sudah informasikan terpostingnya artikel SEBUAH TESTIMONI di Pejuang Islam kepada tokoh-tokoh PKS, ternyata tidak ada respon sama sekali dari mereka. Yang menjadi pertanyaan kami, apakah memang benar PKS adalah Partai Kerajaan Saudi sebagaimana yang dituduhkan atau Partai Kaum Salafi sebagaimana yang diduga oleh banyak fihak? Terserah pengunjunglah bagaimana menilainya !! Sebagai tambahan info, di beberapa komunitas saat ini muncul slogan : Waspadalah terhadap dua Sejahtera : Partai Damai Sejahtera dan Partai Keadilan Sejahtera. Waaah ... !! |
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: abul bashar - Kota: arthuna
Tanggal: 2/6/2009 |
|
Subhanallah...
pejuang islam benar-benar sedang menerima cobaan dengan sebuah artikel yang terkesan membongkar aib bahkan bisa menjurus kepada fitnah apabila itu tidak benar adanya. Salut terhadap pejuang islam n crew or para kolomnis yang cukup kritis dalam menyikapi artikel-artikel yang masuk, sehingga bisa hidup dan segar. Sebenernya saya tidak ingin berkomentar mengenai testimoni dari Arbania tersebut dikarenakan dalam uraian yang ia tulis sangat sensitive, apalagi pada saat-saat seperti sekarang ini, musim kampanye. Namun saya sedikit terusik untuk ikut memberikan komentar meskipun saya awam banget dalam pengetahuan tentang partai. Yang saya tahu dari PKS, adalah sebuah partai yang banyak didalanya orang-orang yang anti tahlil, anti maulid, anti ziarah kubur, dan sebagainya yang berkaitan dengan kebiasaan kau musliin di Indonesia ini, dengan kata lain warga NU. Dalam artikel tersebut, menurut apa yang saya tangkap, arbania berusaha untuk menarik simpati dari kelompok yang berseberangan dengan PKS, meskipun kalau menurut saya caranya yang salah, yang mana secara tanpa sengaja arbania melahirkan dampak buruk dalam persatuan umat islam di negeri ini (atau emang sengaja menimbulkan hal itu). Yaitu munculnya opini-opini yang saling mencurigai dan membuat persepsi di masyarakat umum kalau PKS merupakan sebuah partai yang akan menggusur sebuah tradisi yang udah lama dijalankan oleh Nahdliyin, sehingga timbullah konflik dalam umat Islam. Atau arbania sengaja untuk merusak citra PKS yang sebatas pengatahuan saya PKS berusaha untuk memperjuangkan berdirinya negara syariat dan tergolong partai yang bersih dari KKN, bahkan juga merupakan partai islam yang sangat peduli dengan musibah-musibah yang menimpa umat islam, yang mana belum satupun, bahkan tidak ada dari partai lain yang sepeduli PKS. Nah, disinilah pejuang islam diuji ketangkasan dalam berpikir dan kebijaksanaan dalam menanggapi orang-orang semacam arbania ini, karena tidak banyak yang tahu apa dan bagaimana tujuan dan misi arbania dalam melemparkan testimoni di tengah-tengah publik. Hmm...kalo orang yang punya pikirang jernih sich gak gampang terpengaruh, apalagi si arbania juga belum diketahui asal dan usulnya. Jadi yach..kalo mau usul jangan asal..n kalo hanya asal ya jangan usul. Coba dipikir matang-matang apa yang diutarakan oleh ustadz Luthfi melalui cerita beliau tentang Imam Bukhari tersebut. Ok bung?? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jika PKS tidak keluar dari koalisi dengan SBY dan Ruhut Sitompul masih dipertahankan sebagai anggota TIM sukses SBY, maka kedudukan mereka itu sama saja di mata umat Islam.
Ruhut Sitompul telah melukai umat Islam dengan mengatakan: Arab tidak pernah berjasa bagi bangsa Indonesia. Sempit amat penganut rasisme ini. Bangsa Indonesia yang dihuni mayoritas umat Islam, lantas dari mana Islam ini datang? Beretnis apakah Nabi Muhammad SAW nabinya umat Islam ? Menggunakan bahasa apakah Alquran, kitab suci umat Islam ? Arab kaaan ?
Nah, baik PKS, PKB, PAN, PPP sudah selayaknya mufaraqah (keluar) dari koalisi dengan SBY, kecuali jika SBY berani memecat Ruhut Sitompul.
Permintaan maaf Ruhut kepada umat Islam tanpa diikuti lengser dari TIM sukseknya SBY, akan tetap meninggalkan bekas luka di hati umat Islam. |
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengirim: Abaz Zahrotien - Kota: Wonosobo
Tanggal: 1/10/2009 |
|
Salut dengan penulis yang dengan berani memutuskan untuk kembali pada Indonesia yang sebenarnya.
Mari melangkah lagi kawan...!!! |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami posting untuk pengunjung. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke Index Berita |
|
|
|
|
|
|
|