INGIN PANJANG UMUR ?
Luthfi Bashori
Secara umum, setiap orang itu selalu menghendaki berumur. Bahkan banyak metode memperpanjang umur yang diteliti oleh beberapa kalangan dan sekaligus dicoba dalam kehidupan nyata. Adakalanya berupa obat-obatan, ramuan, pengaturan menu makan dan minum, bermacam bentuk oleh raga, kegiatan seperti mandi uap, mandi lulur, dan metode-metode lainnya.
Namun Rasulullah SAW telah memberi tips kepada umat Islam, dengan sabda beliau SAW: Kebajikan menambah umur. (H.R. Imam Ahmad).
Karena yang menentukan batasan umur seseorang itu adalah hak preogratif Allah, maka yang paling tahu adalah Allah. Sedangkan sabda Nabi SAW adalah termasuk wahyu yang datangnya dari Allah, maka sangat tepat jika umat Islam menggunakan metode tuntunan Nabi SAW itu untuk dijadikan acuan bagi yang ingin berumur panjang dan berbarakah.
Umur panjang yang tidak berbarakah, tentunya sangat merugikan bahkan dapat menyengsarakan dirinya dan orang lain. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang mulai masa mudanya selalu sakit-sakitan dan tak kunjung sembuh, namun anehnya ia dapat hidup dengan umur panjang, sekalipun rasanya tidak pernah sehat dalam hidupnya. Tentunya dalam kondisi semacam itu, justru umur panjang bagi yang bersangkutan adalah siksaan tersendiri, bahkan dapat menyusahkan orang lain, minimal menyusahkan keluarganya.
Sedangkan umur yang berbarakan, sekalipun tidak panjang dalam hitungan waktu, namun kehidupan yang berbarakah seringkali memberi manfaat untuk dirinya dan menguntungkan orang lain, termasuk keluarganya.
Sering terjadi ada seseorang yang relatif muda usia, namun memiliki ilmu agama yang dalam, lantas dapat menghidupkan lingkungannya. Sehingga masyarakat merasa benar-benar hidup dengan keberadaan sang Ustad ini di kalangan mereka. Namun tidak disangka-sangka, ternyata Allah memanggil sang Ustadz dalam usia yang sangat singkat, sehingga masyarakat merasa sedih tiada terkira karena kehilangan figur sang pencerah dalam kehidupan mereka.
Biasanya masyarakat ikut merasakan keberkahan hidup sang Ustadz tersebut, sekalipun beliau sudah wafat, namun masyarakat akan terus mengenangnya serta berusaha melaksanakan ajaran sesuai dengan bimbingan sang Ustadz.
Contoh lagi, terkadang ada seorang yang kaya raya berusia sangat muda. Namun memiliki kedermawanan yang sangat luar biasa, sebut saja ia membangun masjid besar untuk warga desanya dengan biaya dari dirinya sendiri.
Tentunya, warga desa merasa diuntungkan dengan pembangunan masjid yang sangat bagus dan indah, sehingga mereka rajin berjamaah di masjid itu. Namun, terkadang tidak disangka-sangka, ternyata sang dermawan muda usia itu tidak diberi rezeki panjang usia oleh Allah, sehingga ia dipanggil menghadap Tuhannya setelah menyelesaikan pembangunan masjid.
Tentunya, usia muda yang diberkahi oleh Allah akan banyak membawa kebaikan, baik bagi pemiliknya maupun bagi orang lain, maka nilainya sama saja dengan memiliki umur panjang yang bermanfaat.
Seorang ulama mengatakan: Setiap malam bagi orang arif adalah seperti Lailatul Qadar.
Sayyid Abul Abbas Al-Mursi RA mengatakan: Alhamdulillah, waktu-waktu kami seluruhnya adalah seperti Lailatul Qadar, ini adalah keberkahan dalam umur, bukan panjangnya dan penambahan waktunya.