URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 204 users
Total Pengunjung: 6224316 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Kebiadaban PKI: Pesantren Dilumpuhkan, Kiai Dibantai, Masjid Dibakar 
Penulis: https://www.islampos.com [1/10/2015]
 
Kebiadaban PKI: Pesantren Dilumpuhkan, Kiai Dibantai, Masjid Dibakar

TAHUN 1948, PKI yang dipimpin oleh Muso, menguasai kota-kota di sekitar Madiun, melumpuhkan berbagai pesantren, dan membantai para kiainya. Setelah itu, berbagai perkampungan Islam mulai menjadi sasaran. Berbagai tempat ibadah, langgar maupun masjid, dinodai dan dirusak, dibakar, kemudian berbagai jamaahnya ditangkap.

Demikian disampaikan Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) bersama Forum Santri dan Pemuda Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dalam siaran persnya di Kantor MUI, Jakarta, Jum’at (21/8/2015).

Selain di Madiun, berbagai kekejaman PKI itu terjadi juga di Ponorogo Magetan, Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan berbagai kota lain. Penangkapan para pengasuh pesantren ini terjadi terus menerus. Bahkan, pada 19 September 1948, KH. Muhammad Nur ditangkap, juga Ustadz Ahmad Baidlowi, Muhammad Maidjo, dan beberapa kyai lain, semuanya dibantai dan dimasukkan ke dalam sumur bersama ratusan korban lainnya. Ada juga KH. Imam Shofwan, dikubur hidup-hidup oleh PKI sembari mengumandangkan adzan.

Sejumlah aksi massa PKI juga dilakukan pada pertengahan 1961, yaitu peristiwa Kendeng Lembu, Genteng, Banyuwangi (13 Juli 1961), peristiwa Dampar, Mojang, Jember (15 Juli 1961), peristiwa Rajab, Kalibaru, dan Dampit (15 Juli 1961), peristiwa Jengkol, Kediri (3 November 1961), peristiwa GAS di kampong Peneleh, Surabaya (8 November 1962), sampai peristiwa pembunuhan KH. Djufri Marzuki, dari Larangan, Pamekesan, dan Madura (28 Juli 1965).

Aksi massa sepihak yang dilakukan PKI, pada kenyataannya sangat meresahkan masyarakat, terutama umat Islam. Sebab, dalam aksi-akasi itu, PKI melancarkan slogan-slogan pengganyangan terhadap apa yang mereka sebut tujuh setan desa. Tujuh setan dimaksud adalah tuan tanah, lintah darat, tengkulak, tukang ijon, kapitalis birokrat, bandit desa, dan pengirim zakar (LSIK, 1988:72).

Dengan masuknya “pengirim zakat” ke dalam kategori tujuh setan desa, jelas umat Islam merasa sangat terancam, aksi massa sepihak yang dilakukan PKI rupanya makin meningkat jangkauannya. Artinya, PKI tidak saja mengkapling tanah-tanah milik negara dan milik tuan tanah, melainkan merampas pula tanah bengkok, tanah milik desa, malah yang meresahkan sekolah-sekolah negeri pun akhirnya diklaim sebagai sekolah milik PKI.

Melecehkan Islam

PKI telah menciptakan suasana sedemikian tegang, sehingga sampai pada situasi to kill or to be killed(membunuh atau dibunuh) dalam sebuah perang saudara. Bentrok Banser dengan PKI pecah di Prambon. Awal dari bentrok itu dimulai ketika Ludruk Lekra mementaskan lakon yang menyakiti hati umat Islam, yakni: “Gusti Allah dadi manten” (Allah menjadi pengantin).

Tontonan ludruk yang temanya dianggap menghina Islam ini membuat Banser melakukan pembubaran. Para pemain dihajar. Bahkan, salah seorang pemain yang memerankan raja, saking ketakutan bersembunyi di kebun dengan pakaian raja. Bulan Juli 1965, terjadi insiden di Dampit Kabupaten Malang. Ceritanya, di rumah seorang PKI diadakan perhelatan dengan menanggap

ludruk Lekra dengan lakon “Malaikat Kawin”. Banser datang dari berbagai desa sekitar untuk menghentikan kegiatan tersebut.

Aksi massa yang cukup berbahaya dari manuver politik PKI adalah usaha-usaha memobilisasi massa untuk melakukan berbagai tindakan kekerasan yang dikenal dengan nama “aksi sepihak”. Dalam tindak-tindak kekerasan yang dinamakan aksi sepihak itu, PKI tidak segan-segan mempermalukan pejabat pemerintah dan bahkan melakukan perampasan-perampasan hak milik orang lain yang mereka golongkan borjuis-feodal. PKI tidak malu mengkapling tanah begara maupun tanah milik warga masyarakat yang mereka anggap borjuis.

Perlawanan GP Ansor

Aksi-aksi massa sepihak yang dilakukan oleh PKI mau tidak mau pada akhirnya menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yang bukan PKI. Dikatakan meresarkan karena pada umumnya yang menjadi korban adalah anggota PNI, PSI, eks Masyumi, NU, dan organisasi Muhammadiyah.

Ironisnya, aksi-aksi massa sepihak yang dilakukan oleh PKI itu belum pernah mendapat perlawanan dari anggota partai dan organisasi bersangkutan, kecuali GP Ansor, yang mulai menunjukkan perlawanan memasuki tahun 1964 – dalam hal ini KH. M. Yusuf Hasyim dari Pesantren Tebuireng – Jombang, yang tampil sebagai pendiri Barisan Serbaguna Ansor (Banser).


https://www.islampos.com
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam