URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 309 users
Total Pengunjung: 6224429 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
PILIH PRESIDEN 2014, TANYAKAN KEPADA HATI NURANI. 
Penulis: Pejuang Islam [ 7/10/2016 ]
 
PILIH PRESIDEN 2014, TANYAKAN KEPADA HATI NURANI.


Luthfi Bashori

 Judul di atas tiada lain adalah cuplikan dari hadits Rasulullah saw. Istafti qolbaka wa in aftaakal muftuun (tanyakan kepada hati nuranimu sekalipun "seribu" ahli fatwa mengarahkanmu).

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang dalam tatanan ilmu Hadits termasuk tinggi derajat keshahihannya. Karena itu tidak semestinya disanggah oleh logika atau analisa yang berkembang di kalangan umat dewasa ini.

Sebentar lagi, kita bangsa Indonesia akan menentukan nasib bangsa untuk empat tahun ke depan. Isu-isu yang berkaitan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden kian marak beredar, ada kalanya dari mulut ke mulut, fasilitas jasa SMS, diskusi terbatas, pengajian umum, selebaran, analisa maupun fatwa/taushiyah yang dikemas bernuansa Islam dan lain sebagainya yang kesemuanya lebih mengarahkan masyarakat kepada pilihan tertentu di dalam menghadapi pemilihan presiden dan wakil presiden.


Kalau kita jeli dan jernih di dalam menyikapi ajakan atau himbauan bahkan sampai kepada bentuk `intimidasi`, maka kita akan menemukan wacana beberapa nama Capres dan Cawapres yang kini berkembang.

Setiap pendukung dari Capres dan Cawapres ini mempunyai dasar dan analisa sendiri-sendiri, bahkan sering terjadi pengatasnamaan kepentingan agama, juga ikut mewarnai aksi dukung-mendukung Capres dan Cawapres.

Padahal banyak yang menilai bahwa pengadopsian dalil-dalil yang dipergunakan untuk mendukung calon tertentu, sering terjadi paradoks antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

 Ironisnya banyak juga ditemui fatwa tokoh yang satu bertentangan dengan tokoh yang lain dikarenakan adanya beda kepentingan.

Di sisi lain, ada juga masyarakat yang menjadi phoby terhadap Pemilu yang dicanangkan oleh pemerintah, dan umumnya mereka ini disebut golput (Golongan Putih).

Mereka berasumsi bahwa pilihannya ini juga merupakan salah satu sikap politik, karena itu sudah bukan jamannya lagi aparat mengintimidasi kelompok golput, karena mereka juga mempunyai argumentasi yang rasional, diantaranya, apabila golput mencapai lebih dari 50% dari jumlah pemilih, maka siapapun presiden yang akan terpilih tidak akan legitimited baik di mata rakyat Indonesia maupun di mata dunia.

 Dengan demikian, maka seluruh kebijaksanaan pemerintah yang tidak legitimited akan menghasilkan kebijaksanaan yang tidak diakui dunia.

Apabila kelompok golput mampu berperan sebagai kelompok oposan yang mengawasi kinerja pemerintah maka diharapkan seluruh kebijaksanaannya tidak akan merugikan masyarakat, khususnya umat Islam sebagai warga mayoritas.

 Dengan adanya berbagai kelompok tersebut di atas, maka sangat tepat apabila setiap individu muslim hendaklah melaksanakan shalat Hajat dan Istikharah serta menanyakan pada hati nuraninya, dalam menentukan pemilihan presiden mendatang tanpa harus takut berbeda, termasuk dengan fatwa/taushiyah, analisa dan intimidasi yang kini banyak berkembang di tengah masyarakat.

Alangkah mulianya apabila para ulama` dan tokoh masyarakat tidak lagi larut di dalam kegiatan dukung-mendukung Capres- Cawapres secara vulgar yang merisihkan, namun berusaha mampu mengayomi segenap lapisan masyarakat khususnya umat Islam, serta kembali kepada basis pendidikan dalam rangka pembinaan dan pendewasaan terhadap umat.

 Tentunya, ulama yang mendukung Capres dan Cawapres karena pertimbangan akan membawa kemashlatan bagi kepentingan umat Islam itu sah-sah saja, namun tetap harus dilakukan secara elegan.

Untuk mendapatkan Capres dan Cawapres ke depan yang baik, antara lain hendaklah diprioritaskan secara urut:

1. Capres dan Cawapres muslim yang shalih, takut kepada Allah, ahli ibadah, dari gender lelaki dan memiliki sifat kenegarawanan yang memadai.

2. Capres dan Cawapres muslim dari kalangan lelaki dan memiliki sifat kenegarawanan yang memadai.

3. Jangan memilih Capres dan Cawapres dari kalangan gender wanita.

4. Jangan memilih capres dan cawapres `kombinasi` antara muslim dan non muslim, karena sangat membahayakan aqidah umat Islam.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Hamba Alloh SWT  - Kota: -
Tanggal: 26/3/2014
 
Assalamu 'Alaikum

BISMILLAHIRROHMANIRROCHIM

Kalau menurut almukarrom al'alim Pak Kiyai H. Luthfi, yg baik itu nyoblos ataukah tidak nyoblos ?
Kalau yg baik itu nyoblos, nyoblos partai apa ?
mohon pencerahannya.


Wassalamu 'Alaikum 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami bukan aktifis partai. Namun jika melihat realita di lapangan, PPP adalah termasuk partai yang saat menggelar kampanye, tidak banyak melakukan pelanggaran syariat.

2.
Pengirim: ARIF  - Kota: Bengkalis
Tanggal: 27/3/2014
 
Bismillahirrohmanirrohiim....

Capres & Cawapres kan diusulkan oleh Partai partai pemenang pemilu, sementara ini km melihat belum ada partai yg berani atau berkeinginan untuk menjadikan syariat islam khususnya sunni syafi'i sbg dasar hukum negara jadi bolehkah kami tidak ikut memilih ? sbb MUI memfatwakan haram golput, syukron 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ada perbedaan pendapat tentang masalah hukum memilih, ada yang mengatakan wajib bagi setiap orang untuk ikut pemilu, tapi ada juga yang berpendapat fardlu kifayah(cukup diwakili sebagian warga masyarakat).

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam