URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 14 users
Total Hari Ini: 338 users
Total Pengunjung: 6224465 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Belajar dari Haji : Bergerak Dalam Kebaikan 
Penulis: Pejuang Islam [8/9/2015]
 
Belajar dari Haji : Bergerak Dalam Kebaikan


Pada hakikatnya haji merupakan perjalanan menghampiri Allah. Dalam prosesnya, perjalanan haji memang tidaklah mudah. Ada antrian panjang dalam rentang waktu empat hingga sepuluh tahun, ditambah dengan biaya yang cukup besar bagi sebagian orang.

Haji merupakan ibadah yang penuh pengorbanan, baik materi, kemantapan hati, fisik, dan perpisahan dengan orang-orang tersayang. Rasul SAW menggolongkan orang yang berhaji sebagai pejuang agama (Mujahid).

Sebagai perjalanan menuju Allah, haji menjadi ibadah yang sarat dengan gerakan-gerakan dari suatu tindakan ke tindakan berikutnya, dari sebuah ritual menuju ritual selanjutnya. Haji dapat disebut sebagai ibadah bergerak.

Sebagai ibadah bergerak jamaah haji Kota Malang, misalnya, mengawali perjalanannya ke rumah Allah dari rumah masing-masing, lalu bergerak ke Lapangan Rampal. Dari sana, ia kembali bergerak menuju Asrama Haji Sukolilo, Sidoarjo. Beberapa waktu kemudian, ia bergerak menuju Bandara Juanda untuk diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Sesampainya di bandara King Abdul Aziz, ia bergerak lagi ke Madinah atau Makkah, dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke sesi-sesi berikutnya. Itulah mengapa haji disebut sebagai ibadah yang menggerakkan, sehingga dibutuhkan persiapan matang dan kemampuan menjaga irama hati agar konsisten (istiqamah) di jalan Allah.

Di zaman penjajahan, pihak Belanda begitu takut dengan kedatangan Kaum Muslimin usai menunaikan haji. Pengalaman ketika itu, setibanya para jamah haji, mereka giat melakukan gerakan pembebasan bangsa dan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Cara-cara yang ditempuh dilakukan lewat majlis-majlis ta`lim, pesantren-pesantren, sekolah, organisasi politik maupun sosial.

Menghadapi fenomena ini, pihak Kafir Belanda acap mencekal keberangkatan orang-orang yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan kepentingannya di Tanah Air setibanya dari Tanah Suci. Para pejuang kemerdekaan menjadikan musim haji sebagai musim menggelindingkan ide dan aksi perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, kesewenang-wenangan, dan karenanya banyak muncul tokoh-tokoh yang menjelma menjadi pejuang, seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dan KH. Ahmad Dahlan.

Setiap orang yang telah menunaikan hajinya, ia dituntut untuk selalu bergerak mengajak masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya, termasuk bergerak membawa dirinya sendiri ke arah perubahan yang positif. Sama halnya bagi umat Islam dalam momentum haji ini, harus pro aktif dalam membangun sinergi untuk kemaslahatan bagi sesama. Meliputi bergerak mencari dan mengamalkan ilmu, berdakwah, memberantas penyakit masyarakat seperti Miras, Narkoba, seks bebas, tawuran antar pelajar atau warga; bergerak melawan kebangkitan PKI dan antek-anteknya, bergerak mengajak masyarakat untuk memakmurkan masjid, Taman Pendidikan Al-Qur`an, sekaligus memperbaiki kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga ungkapan indah, baldatun tayyitabatun wa Rabbun Ghafur, dapat terwujud.

Tentunya kita masih ingat Kisah Thariq bin Ziyad. Selaku panglima perang ia berusaha melakukan pembebasan Andalusia (Spanyol) yang selama ini lebih kita kenal sebagai negara asal klub Barcelona dan Real Madrid. Setibanya di Selat Giblartar, selat yang memisahkan antara benua Afrika dan Eropa, ia menuangkan minyak ke seluruh kapal-kapal yang telah mengantarkan mereka ke daratan eropa ini.

Aksi Sang Panglima sontak membuat jantung pasukannya berdegub kencang. Pikir mereka, apakah panglima kita tidak menyadari dampak yang timbul akibat tindakannya ini. Apakah panglima tidak memikirkan nasib pasukannya jika kapal-kapal yang telah dituangi minyak itu tersulut api, terbakar, ludes tidak tersisa, lalu bagaimana dengan kepulangan mereka.

Thariq bin Ziyad menjawab dengan senyum optimis, penuh keyakinan yang tinggi. Ia menyadari bahwa pasukannya tengah menantikan suaranya, seperti kita menanti suara Presiden kita dalam masalah PHK ribuan pekerja dan ribuan buruh Cina.

Ternyata yang menjadi kekhawatiran pasukan benar-benar terjadi! Kapal-kapal itu dibakar habis. Tidak ada yang tersisa. Semuanya ludes terbakar, tanpa menyisakan satu kapalpun. Kepulan asap hitam membumbung tinggi, menutupi langit biru selat nan indah tersebut.

Hanya ada satu pilihan: "maju ke depan, maju dan terus maju. Tak ada kata mundur! Kita harus menang!" demikian kalimat pernyataan menyongsong kemenangan dengan segala tekad bajanya. Sebuah kalimat bergerak maju pantang mundur yang teilhami firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 159 : "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

Kita bisa menjadi pemenang dalam segala lapangan kehidupan bila kita tidak tinggal diam, duduk-duduk saja, pasif, tapi bangkit dari kursi kemalasan, menggerakkan kaki, tangan, dan hati kita, dalam tiap hembusan nafas, dengan pertolongan Allah.

Seorang ulama salaf, Hasan Al-Bashri, mengatakan, "Jauhilah sifat menunda-nunda. Nilai dirimu tergantung pada hari ini, bukan besok. Kalau besok engkau beruntung, maka keuntunganmu akan bertambah bila hari ini engkau telah beramal. Dan kalau toh besok engkau rugi, engkau takkan menyesal, karena hari ini engkau telah beramal."

Jangan pernah lagi menunda. Sekarang juga kita harus melakukan gerakan perubahan kepada diri kita sendiri, keluarga, kemudian masyarakat, bangsa dan negara. Dengan mengambil hikmah haji sebagai ibadah yang sarat gerakan, kita bisa dan mampu memperbaiki keadaan yang ada saat ini. "Sesungguhnya dalam pergerakan ada keberkahan luar biasa," bunyi sebuah pameo klasik.

Belajar dari haji, belajar untuk bergerak, meraih berkah. Kepada Calon Jamaah Haji, jangan lupakan kami dalam doa-doa kalian, doakan Kaum Muslim, doakan Bangsa dan Rakyat Indonesia, doakan para pemimpin kami agar lebih berkualitas dalam memimpin dan membimbing kami.

(Kiriman: Ali Akbar bin Aqil)
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam