URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 101 users
Total Pengunjung: 6224208 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
PENDAPAT HADRATUS SYEIKH KH. HASYIM ASY’ARI 
Penulis: Pejuang Islam [ 23/10/2016 ]
 

                                    PENDAPAT HADRATUS SYEIKH
                                            KH. HASYIM  ASYARI


                                                              Alih bahasa bebas:
                                                               LUTHFI BASHORI


KEWAJIBAN BERTAQLID  BAGI ORANG YANG TIDAK MEMILIKI  KEAHLIAN BERIJTIHAD:

Menurut pendapat mayoritas ulama, wajib hukumnya untuk bertaqlid/mengikuti hasil ijtihad para ulama Ahli Ijtihad bagi kalangan awwam yang tidak memiliki kemampuan berijtihad, sekalipun telah memahami beberapa keilmuan agama namun  belum sampai kepada standar kemampuan berijtihad mutlak.
 
Demikian ini karena termasuk menjalankan salah satu firman Allah Fas aluu ahladz dzikri in kuntum laa talamuun (Bertanyalah kepada para ulama apabila kalian tidak memahami masalah-masalah agama), sekaligus untuk membebaskan diri (menunaikan tugas) dari kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah setelah mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh para ulama.

Ayat di atas sifatnya umum, baik itu umat Islam yang hidup di jaman para shahabat, para tabiin, maupun di masa kini, selagi belum mampu berijtihad dengan standar syarat-syarat yang diakui dan diterima oleh para ulama, maka wajiblah mereka bertaqlid kepada para ulama.

Wajib juga secara umum tentang sifat masalah yang ditanyakan oleh kalangan awwam, untuk diselaraskan solusinya oleh para ulama dengan menggunakan prinsip standar syariat Islam.

Para ulama memiliki wewenang untuk segera memecahkan problematika umat  tanpa harus menyertakan dalil-dalilnya jika menghadapi kalangan awwam. Karena tugas para ulama adalah menjembatani antara kebutuhan awwam terhadap hukum-hukum agama dengan isi kandungan Alquran dan Hadits. Sekalipun demikian para ulama tidak boleh menutup diri bilamana ditanya tentang dalil-dalil jika dibutuhkan oleh kalangan awwam.

Di kalangan para ulama dari generasi pertama hingga seterusnya, terdapat kesepakatan pendapat tentang  wajibnya kalangan awwam untuk bertaqlid kepada para ulama.Sedangkan kalangan para ulama yang belum memiliki kemampuan berijtihad mutlak maka wajib bertaqlid kepada para mujtahid mutlak.

Demikian ini karena pemahaman kalangan awwam secara langsung terhadap Aquran dan Hadits, tidak dapat diterima untuk menentukan sebuah hukum agama, dan rawannya bertentangan dengan pemahaman para ulama mujtahid  yang memiliki spesialisasi mencetuskan hukum-hukum agama,dengan mengambil dan bersumber dari Alquran dan Hadits, setelah merumuskannya dengan menggunakan standar ilmu-ilmu yang terkait. 

Seringkali terjadi, ada oknum dari kalangan awwam yang tiba-tiba mendeklarasikan diri menjadi figur sumber agama dan berbicara tentang kandungan Alquran dan Hadits, namun ternyata melakukan perilaku bidah dan pemahaman sesat  dan menyesatkan orang lain yang sama-sama dari kalangan awwam.

Sehingga tidak dapat memecahkan problematika umat, bahkan menambah permasalahan baru. (Risalah Ahlissunnah wal Jamaah, hal 16).

Keterangan tambahan dinukil dari kitab Alqawaaidul Asasiyyah fi Ushulul Fiqhi halaman 93  (karangan Abuya Sayyid Muhammad Almaliki)

Tentang syarat-syarat seseorang menjadi mujtahid mutlak antara lain:

1. Memahami Alquran dengan segala macam ilmu yang berkaitan dengannya, seperti ilmu tafsir, ilu ulumul quran, ilmu tajwid, makhorijul huruf, ilmu qiraat, dll.

2. Memahami Hadits dengan segala macam ilmu yang berkaitan dengannya, seperti ilmu musthalahul hadits, ilmu rijaalul hadits, ilmu takhriijul hadiits, dll.

3. Memahami masalah-masalah fiqih, kaedah-kaedah fiqih, cabang-cabang fiqih yang yang menjadi khilafiyah para ulama.

4. Memahami ajaran madzhab-madzhab yang sudah berlaku sehingga hasil ijtihadnya bukanlah menukil dari hasil ijtihad para pendahulunya.

5. Menjauhi pendapat-pendapat syaadz (sesat), asing di kalangan umat Islam, dan yang berlawanan dengan nash sharih serta ijma para ulama.

6. Mendalami ilmu nahwu, ushul fiqih, sastra Arab, ilmu Balaghah, serta hal-hal yang berkaitan dengan bahasa Arab dengan kreteria minimal yang dapat membedakan suatu kalimat dalam bahasa Arab itu mengandung susunan yang benar, atau salah, atau khilafiyah dengan ketentuan mana yang terkuat dan mana yang dianggap lemah

7. Mendalami korelasi ayat-ayat serta hadits-hadits secara mutlak terhadap suatu masalah yang diijtihadinya

8. Memahami dengan sesungguhnya secara mandiri keadaan perawi sebuah hadits yang dipergunakan sebagai dalil bagi masalah yang diijtihadi, apakah termasuk perawi yang diterima atau tidak, dengan pemahaman tanpa bertaqlid kepada seorang muhaddits lainnya.

9. Mendalami ayat-ayat nashikh dan manshukh di dalam Alquran sehingga tidak menjadikan yang manshukh itu sebagai matruuk.

10. Memahami asbaabun nuzuul dan asbaabul wuruud.

11. Memahami penempatan hadits mutawatir dan ahaad sesuai dengan proporsinya.


12. Memahami masalah-masalah yang menjadi khilafiyah para ulama, serta ijma para ulama demi menjaga eksistensi hukum, yang khilafiyah tetap di hukumi khilafiyah dan yang sudah menjadi ijma tidak dirobah menjadi khilafiyah karena bertentangan dengan ijtihad barunya..

13. Dan lain sebagainya.


 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Rafa  - Kota: Jember
Tanggal: 25/2/2011
 
Minta profil penulisnya donk 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon SMS ke no 081333007321

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam