Pasar Kita Diserang
Berita hari ini, Bank of China melakukan devaluasi terhadap mata uangnya, yaitu yuan. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak potensi ekspor bagi negerinya. Otomatis harga produk China akan semakin murah di pasar Internasional. Tentu yang terjadi adalah semakin membanjirnya produk-produk buatan China termasuk di pasar-pasar Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui nilai tukar rupiah kini teramat rendah. Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, membuat Negeri ini semakin tak berdaya menghadapi persaingan di pasar global. Barang-barang produksi dalam negeri semakin tak bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Tak dapat bersaing menghadapi gencarnya serbuan produk-produk Luar Negeri.
Harus kita sadari, bahwa potensi yang dimiliki bangsa ini bukan hanya sumber daya alam, namun juga pasar. Banyaknya penduduk Indonesia, sebagai cermin betapa potensi pasar yang kita miliki begitu besar. Banyaknya penduduk tentu juga berimbang dengan kebutuhan hidup masyarakat yang tak sedikit. Baik itu kebutuhan primer, sekunder maupun tertier. Tentu potensi pasar ini menjadi daya tarik bagi negeri-negeri yang kuat di bidang induastri, sebagai sarana bagi penjualan barang hasil produksi mereka.
Maka tak heran, salahsatu tujuan penguasaan sebuah negeri oleh negeri lain yang lebih kuat adalah juga sebab potensi pasarnya yang besar. Jika dahulu negeri-negeri kuat mengirim tentara untuk menguasai, di zaman modern tentu tak perlu lagi. Cukup dengan sebuah sistem yang membuat "takberdaya".
Misalnya dengan jeratan-jeratan ekonomi yang mencekik, negeri-negeri "lemah" akan cenderung mudah "memberikan" segenap potensinya, seperti sumberdaya alam, sumber daya manusia dan juga potensi pasar yang dimiliki pada negara-negera adi kuasa. Jerat-jerat hutang, ketidak berdayaan di bidang moneter serta lemahnya perundang-undangan menjadi celah masuk bagi pemilik-pemilik modal kuat asing, untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Lalu mereka dengan mudahnya "mengangkut" habis-habisan segenap potensi yang dimiliki negeri-negeri yang "lemah" atau "dilemahkan".
Sebagaimana halnya di Indonesia, keadaan ini akan berimbas bagi perusahaan-perusahaan di dalam negeri, efeknya produk dalam negeri akhirnya tak memiliki daya saing yang kuat. Lalu yang terjadi biasanya adalah efisiensi, termasuk pada sektor tenaga kerja, bakal terjadi PHK dimana-mana.
Hal inilah yang patut disadari. Bahwa potensi pasar kita sedang "dikeruk" habis-habisan. Maka tak heran jika pedagang buah lokal, petani, peternak, nelayan kita menjerit, karena begitu kuat serta masifnya "serangan" ini.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Setidaknya, langkah pertama adalah kesadaran. Kesadaran bahwa pasar kita sedang "dikeruk", kesadaran bahwa potensi yang kita miliki sedang "dirampok" habis. Kesadaran ini penting, karena jika tak merasakan apa-apa bahwa kita sedang "digarong" tentu begitu naif. Kemudian sebisa mungkin, hendaknya diikuti oleh tindakan yang lebih kongkret, dengan mengutamakan produk-produk lokal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memang tak mudah, karena harganya biasanya kurang bersaing, juga ketersediaan yang biasanya kurang merata, itu harus kita akui. Namun keberpihakan akan hal ini menjadi kunci untuk langkah awal yang baik ini. Setidaknya, tak semua produk yang dibeli untuk kebutuhan adalah impor. Kita upayakan, ada produk lokal yang dipakai di rumah kita. Paling tidak ini langkah kecil, yang jika dilakukan bersama akan berdampak positif. (ARH)
kiriman: Helmi Hasni