URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 14 users
Total Hari Ini: 338 users
Total Pengunjung: 6224465 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
KEMISKINAN SEBAGAI LAHAN SEMAI AJARAN KOMUNISME  
Penulis: Pejuang Islam [23/8/2015]
 
KEMISKINAN SEBAGAI LAHAN SEMAI AJARAN KOMUNISME

Seperti memasukkan balon berisi udara kedalam bak air, Semakin ditekan, daya lontarnya akan semakin kuat. Power akibat tekanan benda, sering digunakan untuk menggerakkan alat. Daya lontar, bisa menggerakkan torak pada mesin, pada turbin, bahkan hentakan akibat tekanan panas pada motor kita juga dari daya tekan, yang lontarannya menggerakan mesin.
Analogi ini mungkin menjadi gambaran pada fenomena sosial yang terjadi. Walau berasal dari hukum fisika, namun aplikasinya pada bidang sosial tak dinafikan.

Sejak awal, dalam Manivesto Komunis, "mbahnya" kaum komunis yang bernama Karl Marx telah mencanangkan ideologi yang menggambarkan akan adanya revolusi. Revolusi yang menggunakan "daya lontar" ini, kemudian akan menghasilkan sebuah efek berantai. Seperti kami asumsikan diatas.

Lalu apa saja "daya lontar" yang bisa digunakan dalam hal kemasyarakatan sosial?
Ada kekuatan manusia yang begitu masif jika "meledak" secara beruntun, apakah itu? Nomor satu adalah lapar. Jika manusia lapar, maka tak segan dia akan berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Yang kedua, adalah kecemburuan. Sering kecemburuan mengakibatkan sentimen kuat, baik itu pada pribadi maupun golongan. Lalu kecemburuan ini akan mewujud menjadi "daya ledak" yang ketiga, yaitu kemarahan. Bagi kaum komunis, potensi "ledakan" ini bisa digunakan sebagai alat bagi terwujudnya revolusi menuju sebuah "tatanan masyarakat" sesuai dengan cita-cita mereka. Yaitu sebuah tatanan masyarakat tanpa kelas, yang sama- rata. Terhapusnya kelas-kelas sosial di masyarakat, otomatis berdampak pada terhapusnya kepemilikan pribadi. Lalu singkatnya kaum miskin yang "meledak" (pen: ber-revolusi) , akan dipimpin oleh serikat-serikat yang akhirnya akan mewujud dalam sebuah partai proletariat (pen: Partai Komunis).

Ok ... Sebelum lebih jauh, kita batasi dahulu perbincangkan ini mengenai asumsi "daya lontar" ini saja.

Jelas, seperti halnya kita menyemai bibit tanaman, tentu memerlukan media tanam. Media untuk menanam adalah tanah, humus atau apa saja yang bisa menopang hidup bagi akar hingga daun tanaman, bahkan bisa menopang tegaknya pohon.

Bagi ideologi komunis, media yang digunakan untuk "menyemai" ajarannya adalah rakyat miskin. Seperti kami jelaskan diatas. Lapar, kecemburuan serta kemarahan, sangat mudah terjadi dalam kondisi miskin. Tentu jika mereka tak ada iman. Namun bagi orang-orang komunis tentu tak ada keterkaitan normatif, norma dan iman jelas disingkirkan jauh-jauh.

Orang yang sangat lapar dia akan bisa melakukan hal-hal nekad hanya untuk sepotong roti. Tak perlu lelah menjelaskan filsafat Marxis, untuk mengajaknya hanyut pada alur gerakan komunis.

Setelah kaum miskin ini "on the track" pada tujuan komunis, mulailah "digarap" dengan agitasi yang membakar, dihasud dengan kecemburuan serta kebencian pada kaum kaya, pemilik modal, perangkat pemerintah seperti tentara, juga pada para Ulama (kaum agamawan). Orang-orang komunis menghasud rakyat yang telah miskin tadi untuk cemburu, lalu marah bahkan sampai melakukan hal-hal anarkis. Merebut alat-alat produksi, menyegel tanah bahkan menguasai aset-aset publik, karena berangapan pemerintah melindungi kaum kaya. Ujung-ujungnya adalah makar. Ini yang terjadi dalam sejarah masa lalu. Di Indonesia, kita belum lupa dengan makar orang-orang komunis, seperti pada peristiwa Madiun, peristiwa G30S/PKI di tahun 1965 serta peristiwa makar komunis lainnya.

Jadi asumsi "penyemaian" ideologi ini akan subur bila disemai di lahan yang bernama "kemiskinan". Rakyat miskin, atau rakyat yang "dimiskinkan" adalah sebuah fase untuk "meledakkan" cita-cita komunis. Maka kita harus waspada, jangan sampai orang-orang komunis menduduki tempat-tempat strategis yang dapat membuat kebijakan untuk rakyat. Akibatnya kemiskinan bukan berkurang, justru malah "digenjot" lebih banyak, karena sebagai "lahan semai" bagi ideologi serta tujuan mereka.

Maka tugas kita dalam menangkal ajaran komunis tak lain adalah memperkuat sisi keimanan masyarakat. Karena ajaran komunis tak akan berhasil pada masyarakat yang beriman


Kiriman: Helmi Hasni
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam