URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 210 users
Total Pengunjung: 6224322 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Memilih Pemimpin Bergelar al-Amin  
Penulis: Faris Khoirul Anam, Lc [19/4/2009]
 
                          Memilih Pemimpin Bergelar al-Amin


                                                     Faris Khoirul Anam, Lc

 
Dikisahkan, suatu hari seorang gubernur mengutus kurir menghadap raja untuk suatu urusan kenegaraan. Istri gubernur menitipkan bingkisan berupa permata untuk permaisuri raja. Pulangnya, si kurir membawa bingkisan berupa kain sutera yang indah.

Melihat kiriman itu, gubernur langsung menyitanya dan dianggap sebagai milik negara. Istrinya tak terima. Namun dijawab sang suami, “Kalau bukan istri gubernur, tak mungkin kau menerima hadiah ini. Kau telah menggunakan kesempatan untuk memperkaya diri. Kurir yang ku kirim tempo hari untuk menghadap raja dalam rangka urusan negara.”
 “Tapi hadiah ini balasan pribadi dari permaisuri.” 
“Benar, tapi urusan kirim-mengirim ini telah menggunakan fasilitas negara,” jawab gubernur.

 Perdebatkan semakin panjang. Baik gubernur maupun istrinya bersikeras dengan argumen masing-masing. Akhirnya, urusan diserahkan pada hukum. Persidangan memutuskan, hadiah itu sah menjadi milik istri gubernur, bukan milik negara.
 “Aku sudah menduga hadiah itu menjadi milikmu,” kata gubernur.
 “Lalu mengapa kau bersikeras membawa hal ini ke pengadilan?” tanya istrinya.
 “Jika tidak diselesaikan lewat hukum, aku khawatir perkara ini menjadi fitnah. Aku harus memberi contoh pada rakyat.”
 “Fitnah bagaimana?”
 “Orang-orang akan berkata, ‘Lihat, istri gubernur menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.’ Selain itu, aku khawatir caramu itu akan ditiru istri pejabat lain, menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.”

 Mendengar penjelasan suaminya, wanita itu menjadi mengerti, apa yang ia lakukan akan menimbulkan kesan negatif. Dengan sukarela, hadiah itu ia serahkan pada negara.
 
Hadirin sidang jumat yang dimuliakan Allah,

Pada saat ini, berita di media massa, dimarakkan oleh banyaknya pemilihan kepala daerah yang sedang berlangsung. Tiap-tiap daerah menyelenggarakan pilkada untuk memilih pejabat yang akan memimpin daerahnya masing-masing. Di masa-masa seperti ini, lahir berbagai materi kampanye yang melambungkan harapan umat akan kesejahteraan, kemakmuran, pemerintahan yang bersih, dan segudang kebaikan lainnya. Namun biasanya setelah kampanye, slogan-slogan itu pun tinggal kenangan.

 Kampanye dalam Islam bukanlah sesuatu yang dilarang. Sebuah kisah dalam al-Quran menunjukkan hal itu, yakni ketika Nabi Yusuf a.s. meminta kepada Allah agar menjadikannya sebagai bendaharawan Mesir. Beliau mengatakan,
إِنِّي حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ
“Sesungguhnya aku adalah orang yang amanat dan punya ilmu.”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang, jika merasa dirinya mampu, ia boleh saja mengajukan diri untuk menjadi pemimpin. Apakah modal Nabi Yusuf sehingga beliau menawarkan diri menjadi bendaharawan Mesir. Pertama, beliau menyatakan, aku adalah orang yang amanah. Dan kedua, aku adalah orang yang punya ilmu.

Dalam pernyataan beliau, amanah didahulukan dari pada ilmu. Hal itu karena amanah itu lebih penting dari ilmu. Karena sifat amanah itu datang dari dalam jiwa dan pribadi kita. Sedang ilmu bisa saja didapatkan dari orang lain. Amanah itu watak dan sulit merubah kalau bukan dari diri kita sendiri. Orang bilang, batuk gampang diobati, tapi kalau watak, sulit obatnya. Pejabat korupsi adalah orang yang pandai, tapi ia bukan orang yang amanat. Kepandaian tanpa didahului sifat amanah, justru akan sangat membahayakan dirinya dan orang lain.

Mas’asyiral Muslimin…

Krisis amanah inilah yang sedang mendera negeri kita. Mari kita ingat kembali cerita pembuka dalam khutbah ini. Adakah sekarang figur yang sangat ketat sekali untuk tidak menggunakan fasilitas negara? Jangankan wara’ untuk tidak menggunakan fasilitas yang sebenarnya menjadi haknya, bahkan yang bukan menjadi haknya pun dimanfaatkan dan diselewengkan. Kasus korupsi hampir tiap hari menghiasi berbagai media massa. Padahal saat kampanye, seakan-akan mereka itu yang paling baik, paling jujur, paling mengerti apa yang diharapkan rakyatnya. Acara peresmian WC Umum pun kalau dianggap bisa mendongkrak popularitasnya, sang calon pemimpin tak segan-segan untuk hadir dan membantu. Janji-janji ditebar saat pemilu atau pilkada akan berlangsung, sedang setelah terpilih, janji-janji itu kebanyakan hanya sekedar janji. Terlihat bahwa kampanye ini dilakukan dalam rangka pemilihan saja. Dengan begitu, kampanye partai tersebut sarat dengan kepentingan sesaat partai, yaitu untuk pemenangan Pemilu.

Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan Kompas menyebutkan, bahwa rakyat menilai keberadaan parpol tidak membawa kemaslahatan bagi mereka. Hasil jajak pendapat itu memperlihatkan bahwa 74% responden yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia menilai sejauh ini kegiatan kampanye tidak bermanfaat bagi kepentingan mereka, melainkan hanya menguntungkan segelintir elit parpol semata.  (Kompas, 3/11/2003).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Amânah secara bahasa artinya jujur atau dapat dipercaya.  Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan.  Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah).

Amanah adalah lawan dari khianat. Amanah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).  

Amanah ini merupakan salah satu tanggungan terberat dalam Islam. Dikisahkan dapam al-Quran:

إِنَّا عَرَضْنَا اْلأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا اْلإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً
Sesungguhnya Kami telah menyampaikan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS al-Ahzâb [33]: 72).

 Dalam ayat lain disebutkan bahwa amanat itu jumlahnya banyak. Karena itulah dalam ayat berikut, amanat disebutkan dalam bentuk plural atau jama’. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul; janganlah pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahuinya. (QS al-Anfal [8]: 27).

 Dengan demikian,  ada banyak amanat yang harus diemban manusia, tidak hanya satu amanat. Hal ini makin terasa berat ketika ulama mengatakan bahwa,

Al-Amaanatu la tujazza’

“Amanat itu tidak terbagi-bagi.” Artinya, amanat adalah amanat, tidak ada amanat kecil, tidak ada amanat besar. Dalam pandangan Allah, amanat adalah amanat.
 
Al-Imâm râ‘in wa huwa mas\\`űlun ‘an ra‘iyatih (Imam/pemimpin adalah pengurus rakyat; dia bertanggung jawab atas rakyat yang diurusnya). Demikian sabda Nabi saw. yang mulia. Hadis tersebut dipahami oleh kebanyakan pemimpin Islam, yakni para khalifah pada masa Kekhilafahan Islam sebagai beban yang sangat berat, yang sering membuat mereka dilanda banyak kekhawatiran. Itu karena, sebagai pemimpin, mereka paham benar, bahwa mereka harus bertanggung jawab penuh atas \\`nasib\\` ratusan ribu bahkan jutaan rakyatnya; mereka harus menerapkan hukum-hukum Allah secara adil; harus selalu menjaga keutuhan wilayah kekuasaan Islam siang-malam; harus selalu mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad tanpa henti. Mereka sadar sepenuhnya, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah pada Hari Kiamat kelak. Itulah yang mendorong mereka untuk senantiasa menjalankan kepemimpinannya dengan penuh amanah.

Kepemimpinan merupakan amanah dilihat dari dua segi.  Pertama, karena kepemimpinan adalah perintah Allah dengan segala konsekuensinya berupa kewajiban dan hak.  Kedua, kepemimpinan merupakan amanah dari orang yang dipimpin kepada pemimpin.
Salah satu bentuk disia-siakannya amanah ini seperti disebutkan dalam hadis:

فَإِذَا ضُيِّعَتْ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Jika amanah disia-siakan maka tunggulah kehancurannya.” Sahabat bertanya, “Bagaimana amanah disia-siakan?” Jawab Rasul, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang tidak layak maka tunggulah kehancurannya.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Dengan demikian, diangkatnya orang-orang yang tidak kapabel untuk menangani suatu urusan atau suatu jabatan adalah bentuk khianat kepemimpinan. Ini akan berakibat tidak terurusnya suatu urusan.   

Padahal Rasulullah saw. bersabda:
«مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ»
Tidaklah seorang pemimpin yang diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali  Allah mengharamkan surga untuknya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mengenai hadis di atas, Imam Fudhail bin Iyadh menuturkan: Hadis ini merupakan ancaman bagi siapa saja yang diserahi Allah Swt. untuk  mengurus urusan  kaum Muslim, baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat. Jika seseorang berkhianat terhadap suatu urusan yang telah diserahkan kepadanya maka ia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga.

Imam Nawawi dalam Shahih Muslim menyebutkan bahwa penelantaran itu bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariat Allah. dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah, dan mengabaikan hudűd (hukum-hukum Allah).  Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka, dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka. Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah berkhianat kepada umat.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa indikator untuk menilai apakah seorang pemimpin itu amanah atau tidak adalah keterikatannya dengan hukum-hukum Allah Swt.

Hadirin jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Sebagai penutup khutbah ini, mari kita perhatikan kisah Iskandar Zulkarnain, seorang raja yang memiliki kelebihan sebagai ahli taktik dan siasat perang yang ulung. Konon, seperdelapan bumi ini dikuasainya. Karena itulah, menurut sejarawan Islam, Iskandar diberi gelar “zulkarnain”. Zulkarnain dalam bahasa Arab berarti dua tanduk. Gelar ini diberikan bagi raja yang berjaya menyatukan timur dan barat.

Ketika hendak menaklukkan anak Benua India di Asia Tengah, sang raja yang gagah berbaring lemas tak berdaya. Pasalnya, ia terserang demam yang hebat. Penyebabnya, tatkala ia bersama pasukannya menyebrang sungai Indus, seekor nyamuk kecil menggigitnya. Dari hari ke hari sakitnya semakin parah. Beberapa tabib telah berupaya mengobatinya secara maksimal. Namun usahanya tak mampu membendung kehendak Allah. Iskandar yang berbadan besar “terkapar” karena digigit hewan kecil, nyamuk.

Tatkala sang raja merasakan ajalnya semakin dekat, ia memanggil para stafnya. Sambil meringis menahan sakit, ia berpesan kepada para staf, \\\"Seandainya Malaikat Izrail menjemputku hari ini atau kapan saja, masukkanlah jenazahku ke dalam peti mati. Lobangilah bagian kiri dan kanan peti matiku itu. Kemudian julurkanlah kedua tanganku melalui lubang itu. Kalian arak peti matiku melalui daerah dan wilayah yang pernah aku lewati sebelum tempat kematianku ini, agar bangsa-bangsa yang negerinya pernah aku taklukkan mengetahui, Raja Iskandar yang gagah perkasa, yang tak pernah kalah berperang, raja yang memiliki tahta luar biasa, telah meninggal dunia dengan tidak membawa apa-apa.

“Jangankan tahta kerajaan yang diidamkan semua orang, sebatang emaspun tak dibawanya. Ia hanya terbalut beberapa lembar kain kafan. Itu pun bukan dari kain yang mahal. Jika melewati istana para raja atau para penguasa, berhentilah sejenak, agar para raja, para pejabat atau penguasa mengetahui dan menyadari, akhir dari segalanya adalah kematian. Mereka tidak perlu sombong dengan kekuasaan dan jabatannya. Sebab, ternyata kerajaan, jabatan, harta dan tahta yang dimiliki manusia tak mampu menahan kedatang Izrail, malaikat pencabut nyawa\\\". Begitulah wasiat Iskandar Zulkarnain kepada para staf menjelang kematiannya.

 Kisah ini perlu direnungkan, bahwa jabatan dan kedudukan apapun yang kita punya, tak akan ada yang kekal. Kepemimpinan adalah amanah dan tanggung jawab, bukan kursi empuk yang selalu bisa dinikmati, dimanfaatkan untuk hal-hal pribadi dan bersifat sementara belaka. Allah SWT berfriman dalam Surah Ar-Rahman ayat 26-27:

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (QS. 55:27)


Dimuat Majalah Cahaya Nabawi, Nopember 2008.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam