DEFINISI HADITS MUTAWATIR
Luthfi Bashori
Arti Mutawatir dalam bahasa Arab adalah saling beruntut dan kait-terkait. Sedangkan menurut definisi para ulama, arti Mutawatir adalah suatu derajat Hadits yang diriwayatkan oleh segolongan perawi atau jamaah perawi yang tidak mungkin secara logika, akan terjadi pada kebohongan secara kongkrit (dhahir), atau tidak mungkin dihasilkan dari kesepakatan bohong, dan keadaan seperti ini harus terhitung pada setiap generasi.
Arti lafadz: Yang tidak mungkin secara logika, akan terjadi pada kebohongan secara kongkrit (dhahir), maksudnya bahwa hendaklan akal manusia dari siapaun adanya, dalam menghukumi hadits Mutawatir tersebut tidaj akan dapat mencari cela hingga mengingkari kevalidan berita dari Hadits Mutawatir itu.
Karena termasuk kriteria dalam Hadits Mutawatir itu harus disandarkan kepada sunnah/kebiasaan Allah yang diberlakukan di kalangan umat manusia, yang sekira para pemberi khabarnya itu tidak mungkin secara kelompok akan berbohong bersama, dan kelompok itu juga tidak boleh masuk dalam kekuasaan seorang pemimpin jahat, yang sekira mampu mengkoordinir kejahatan bohong secara bersama-sama.
Jika demikian, maka mengharuskan para pemberi khabar Mutawatir itu harus berasal dari negara yang berbeda-beda, dengan profesi yang berbeda serta keadaan situasi yang berbeda-beda pula, hingga berita mutawatirnya itu benar-benar ada dan harus dapat dirasakan oleh salah satu dari lima panca indra manusia.
Dengan demikian maka yang namanya Hadits Mutawatir itu tidak mungkin terjadi kecuali dengan empat syarat:
1. Hendaklah para perawinya itu berjumlah banyak pada setiap generasi.
2. Hendaklah sifat para perawinya secara logika, tidak mungkin terjerumus/terjatuh dalam kebohongan, atau bersepakat untuk berbohong (bohong bersama).
3. Hendaklah para perawinya besifat jam`i (sekelompok orang banyak) bukan individu, yang terjadi pada setiap generasi hingga sampai saat sekarang.
4. Akhir dari isi pemberitaan dalam hadits Mutawatir itu harus dapat terdeteksi dengan lima panca indra (lidah, kulit, peciuman, pendengaran, penglihatan). Contohnya berita Mutawatir adalah adanya khabar bahwa Ka`bah itu berbentuk kotak (bukan bulat) dan berada di kota Makkah (bukan di Indonesia).
Maka perawi (pembawa berita) Mutawatir tentang khabar Ka`bah ini sangat banyak, yang secara logika tidak mungkin terjerumus dalam kebohongan, dan sifatnya juga jama`i serta setiap tahun ada info yang tidak berobah dari para jamaah haji di pelbagai dunia, serta Ka`bahnya itu dapat dilihat dan dipegang.
Jika sudah terwujud empat syarat di atas, maka berita Mutawatri itu akan menghasilkan ilmu hakiki yang wajib untuk diyakini kebenarannya, bahkan jika ada orang yang mengaku muslim, namun mengingkari berita hadits Mutawatir maka hukumnya murtad, keluar dari agama Islam dan kafir.
Untuk lebih kongkritnya, bahwa kronologi keberadaan Alquran mushaf Ustmani, kitab suci umat Islam, yang berjumlah tiga puluh juz itu, sejak awwal turun dan diterima olah Nabi SAW yang disaksikan oleh para shahabat, serta dilestarikan oleh umat Islam hingga saat ini, adalah contoh kongkrit yang paling mudah bagi umat Islam untuk mengenal, bahwa semacam itulah yang didefinisikan sebagai Berita Mutawatir.