HARI KE EMPAT DI MUASSASAH ALJENDERAMY
Luthfi Bashori
Jumat malam adalah salah satu puncak acara di Aljenderamy, yaitu Haul Masyayekh Aljenderamy serta pembacaan Maulid Alazab, yang dihadiri oleh para ulama dan Habaib dengan ribuan hadirin dari jamaah muslimin dan muslimat.
Karena para muballigh sudah mulai berdatangan dari berbagai tempat di Malaysia dan Indonesia, maka pada acara Haul Akbar dan Maulid Alazab ini penulis diminta untuk memberikan Taushiah Agama.
Maka penulis menerangkan tentang persamaan aqidah umat Islam se Nusantara atau Asia Tenggara, yaitu Sunni Syafi`i.
Aqidah inilah yang dapat mempersatukan umat Islam se Nusantara. Namun jika ada warga Sunni Syafi`i yang tiba-tiba belajar Ilmu kepada guru yang salah, bisa-bisa akan jadi pengikut aliran sesat, seperti
Wahhabi, Syiah dsan JIL.
Usai penulis berceramah, maka diadakan ramah tamah makan malam.
Pada kesempatan inilah penulis semakin banyak memperoleh tambahan saudara seiman, dengan saling memperkenalkan diri dengan akrab bersama tokoh-tokoh Malaysia, serta saling mencatat nomer telepun masing-masing.
Jumat pagi, hari ke empat setelah shalat Shubuh, maka kuliah Shubuh diisi oleh salah satu habaib yang juga hadir dalam acara Maulid Aljenderamy. Kemudian setelah sarapan bersama, penulis mampir ke rumah salah satu tokoh yang sekaligus menjadi panitia aktif, yaitu Wan Malini untuk sekedar bersilaturrahim dan minum teh.
Wan Malini adalah warga Aljenderamy pertama kali yang kenal penulis, dan atas undangan beliaulah akhirnya penulis menjadi tertarik untuk menghadiri undangan Maulid Aljenderamy Slangor Malaysia.
Usai dari rumah Wan Malini, penulis kembali ke tempat penginapan untuk persiapan acara berrikutnya, antara lain ijazah umum dari KH. Ahmad Jamhuri Albanjari yang mukim di Makkah selama 50 tahun, hingga sekarang, beliau menyempatkan diri hadir Maulid Nabi SAW di Aljenderamy.
Sebelum penulis masuk tandas (toilet), tiba-tiba pintu kamar hotel diketuk dari luar, dan masuklah Habib Ali bin Abdurrahman bin Ali Alhabsyi Kwitang Jakarta alumni Rubath Assyathiri Hadramaut, lantas beliau mengajak penulis ngobrol seputar kondisi umat Islam di Nusantara, serta banyak aqidah sesat yang kini bermekaran di sejumlah tempat, seperti Syiah, Wahhabi dan JIL, dengan pembicaraan kurang lebih satu jam, kemudian beliau pamit pulang ke Jakarta.
Kemudian penulis mengambil waktu istirahat sebagai persiapan acara sore hari, yaitu arak-arakan shalawat Nabi dengan iringan alat musik hadhrah, dilanjutkan pembacaan Maulid Simthud Dhurar dan ceramah oleh para muballigh yang nanti hadir di majelis.