HARI KE DUA DI MUASSASAH ALJENDERAMY
Luthfi Bashori
Bakdal Maghrib pada hari ke dua, tepatnya Kamis malam Jumat, para tamu undangan banyak yang mulai berdatangan, khususnya yang berasal dari Indonesia. Para tamu itu rata-rata adalah para Habaib dan Kiai, baik yang datang dari Jakarta, Banjarmasin, Jawa Timur, terlebih lagi mayoritas para undangan ini konon pernah bermukim di Timur Tengah dan di antara mareka sudah ada yang saling kenal dengan penulis.
Selanjutnya, para undangan beserta masyarakat se tempat, diarak keliling Perumahan Muslim Aljenderamy dengan bacaan shalawat diiringi alat musik terbang hadhrah.
Uniknya group shalawat terbang dari tuan rumah, sebagai pembuka acara, justru berpakaian ala Sakerah Madura.
Karena penasaran maka penulis mencari tahu tentang hal itu, dan jawabannya ternyata konon tokoh sesepuh Aljenderamy yang bernama Syeikh Hafidz adalah murid KH. Abdul Jalal warga Madura yang menetap di daerah Brongkal Gondang Legi, Malang Selatan.
Arak-arakan shalawat ini terasa sangat panjang, karena setelah barisan jamaah lelaki, ternyata menyusul jauh di belakang adalah arak-arakan shalawat jamaah wanita dengan rute yang serupa tapi tak sama.
Para wanita melewati jalur tersendiri yang diperuntukkan khusus wanita, hanya saja kesan kemeriaannya masih sangat terasa, apalagi tampak dari kejauhan, bahwa jamaah muslimat ini bersama-sama mengibarkan bendera kecil-kecil khas kerajaan Malaysia.
1 kilo metar kurang lebih perjalanan yang ditempuh dalam arak-arakan. Seluruh jamaah yang jumlahnya ratusan itu diminta untuk berhenti tiga kali di tiga titik, dan pada ke tiga tempat itu disediakan makan malam serta beraneka snack dan minuman khas Malaysia sebagai suguhan untuk para tamu.
Arak-arakan berakhir di halaman masjid utama Aljenderamy.
Para jamaah langsung melaksanakan shalat Isya`, kemudian persiapan acara hiburan malam, antara lain penampilan hajir marawis, serta dibukanya bazar walaupun dalam sekala kecil. Stand-stand itu banyak berjualan seputar oleh-oleh khas Malaysia. Sekalipun tidak terlalu banyak, namun stand-stand itu dapat menambah semaraknya malam ke dua ini.
Sekali lagi, di perumahan muslim Aljenderamy ini sangat menjaga aturan pembatasan antar jamaah lelaki dan wanita, jadi masih sangat kental sekali prinsip pegang syariat di Aljenderamy ini. Masyaallah.
Dalam kegiatan di malam kedua ini, penulis lebih banyak pasif dan hanya mengikuti arus undangan, ibarat air mengalir, serta lebih banyak memperhatikan apa yang sedang berlangsung, karena jadwal resmi penulis untuk berceramah, masih hari Sabtu mendatang pada acara inti peringatan Maulid Nabi SAW di Muassasah Aljenderamy ini.
Namun di saat sarapan pagi pada hari kedua ini, penulis sempat membagi buku karya penulis, Dialog Sunni vs Wahhabi, kepada tokoh-tokoh se tempat lewat Syekh Hafidz dan Alhamdulillah direspon dengan sangat antusias.