DI MUASSASAH ALJENDERAMY SLANGOR MALAYSIA
Luthfi Bashori
Pertama kali menginjakkan kaki di bandara Kuala Lumpur Malaysia, banyak kenangan unik yang kami dapati, apa lagi kalau bukan penggunaan bahasa yang berbeda.
Kami mengatakan kepada kawan seperjalanan, ternyata hidup di Malaysia ini lebih banyak tuntutan, di bandara saja ada Bagasi Tuntutan dan ada Bagasi belum dituntut. Sayangnya kami belum tahu maksudnya.
Rabu sore, kami sampai di Malaysia, dan langsung diantarakan ke Perumahan Muslim Terbesar di Kuala Lumpur, yang diistilahkan dengan Muassasah Aljenderamay, tepatnya di wilayah Slangor.
Alhamdulillah, kami disambut oleh penduduk setempat dengan penuh kehangatan, kami diajak makan malam bersama, dan mereka adalah para panitia Maulid Akbar, bahkan mereka mempersilahkan kami menempati hotel milik Aljenderamy tanpa dipungut biaya.
Esok harinya, yaitu Kamis pagi hari, kami diajak pusing-pusing (keliling kota), yang pertama menengok masjid Putra Jaya di Kuala Lumpur, yang ternyata banyak dikunjungi wisatawan asing, baik muslim maupun non muslim.
Ada wisatawan yang datang dari Eropa dan negara-negara Asean, bahkan kami sempat diajak foto-foto bersama rombongan dari China dan Thailand, karena kami berpakaian muslim, bersarung, berbaju koko putih dan juga peci putih.
Di antara mereka ada yang muslim dan ada yang non muslim, mereka adalah wisatawan asing yang sengaja ingin melihat masjid dan mengenal umat Islam dari dekat.
Tatkala kami shalat sunnah tahiyyatal masjid, rupanya mereka menunggu di halaman masjid, nah begitu kami selesai dan keluar dari masjid, tiba-tiba mereka mendatangi kami dan minta foto bersama.
Uniknya, tanpa menunggu ijin `iya` dari kami, mereka beramai-ramai sudah mengambil gambar foto bersama kami, sambil mengatakan: Muslim...muslim...? Karena tujuan mereka baik, maka kami hanya tersenyum saja oleh ulah mereka, terutama para wisatawan dari China yang tampak sangat antusias.
Selanjutnya kami diajak oleh panitia ke Menara Kembar Petronas, di pusat kota Kuala Lumpur, yaitu tempat yang menjadi icon Malaysia, berupa dua menara besar nan tinggi menjulang.
Dalam perjalanan, kami sering memperhatikan istilah-istilah bahasa Malaysia yang terdengar aneh di telinga bangsa Indonesia, antara lain:
Kurangkan laju, maksudnya kurangi kecepatan mobil. Kecemasan darurat, maksudnya telpun darurat. Peti Derma dan Tabung Masjid maksudnya kotak amal. Jimat air, maksudnya hemat air. Wilayah terpantas anda.
Ada juga semacam kantor bernama Lembaga Getah (karet) Malaysia. Jabatan keselamatan, maksudnya jaminan keselamatan. Ada Kantor Pengilangan Kabel. Ada lagi toko kecil tertulis: Pusat Servis Kereta. Ada juga Desa Siswa, maksudnya kampus. Kedai gunting rambut, maksudnya Tukang Potong Rambut.
Ada juga iklan yang menggelikan tertulis: Peti Sejuk Dengang Dua Pintu Ayunan, lantas kami bertanya kepada panitia ternyata maksudnya adalah kulkas.