URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 9 users
Total Hari Ini: 100 users
Total Pengunjung: 6224207 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
TATKALA 
Penulis: Pejuang Islam [ 23/10/2016 ]
 

TATKALA


Luthfi Bashori


Tatkala maut akan menjemput kita, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk itu?


Teringat Nabi Dawud dalam gubahan kisah ringan, tatkala Beliau dikunjungi malaikat Izrail, maka terjadilah dialog ringan atara mereka berdua.


Dawud : Gerangan apa yang menyebabkan engkau datang kemari, apakah akan mencabut nyawaku atau sekedar bersilaturrahim ?


Izrail : Kedatanganku kali ini hanyalah untuk bersilaturrahim.


Dawud : Baiklah kalau demikian. Tetapi jika saatnya nanti engkau datang untuk mencabut nyawa, aku harap jauh-jauh hari engkau beritahu aku terlebih dahulu agar aku dapat mempersiapkan diriku saat menghadap kepada Allah.


Izrail : Baiklah jikalau itu permintaanmu, maka akan aku laksanakan.


Demikianlah yang terjadi, hingga datang hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahunpun selalu bertambah sesuai dengan perkembangan dalam kehidupan Nabi Dawud. Tentunya dengan segala macam aktifitas yang beliau lakukan, sedikit demi sedikit dapat melupakan peristiwa kedatangan malaikat Izrail kala itu.


Suatu hari, tatkala beliau dalam keadaan badan sehat yang sangat prima. Tiba-tiba datanglah malaikat Izrail untuk kedua kalinya. Maka terjadilah dialog sebagaimana yang terdahulu.


Dawud : Wahai Izrail, apakah engkau datang kali ini murni untuk bersilaturrahim ?


Izrail : Bukan, tetapi aku datang karena membawa amanat Allah untuk mencabut nyawamu.


Dawud : Tidakkah kita sudah membuat perjanjian, yaitu bilamana engkau datang untuk mencabut nyawaku maka jauh-jauh hari engkau harus memberitahuku terlebih dahulu ?


Izrail ; Yaa, benar ... ! Tetapi tidakkah engkau ingat bahwa uban yang telah bertebaran di rambutmu itu adalah peringatanku kepadamu. Tatkala gigimu tanggal satu persatu, tatkala stamina tubuhmu sudah mulai berkurang, tatkala sakit yang bermacam-macam silih berganti menghampirimu, tidakkah semua itu termasuk bukti bahwa jauh-jauh hari aku sudah memberitahumu. Nah saat inilah Allah telah memerintahkanku untuk mencabut nyawamu.


Kisah di atas sungguh sangat dalam maknanya. Betapa kita semua akan merasa, betapa sudah dekat sekali diri kita dengan peristiwa yang sangat tidak kita harapkan, bahkan tidak diingikan oleh hampir semua orang yang masih hidup... yaitu kematian.


Rasanya setiap dari kita ini ingin hidup seribu tahun, bahkan lebih dan lebih. Rasanya tidak ada seorangpun yang ingin segera didatangi malaikat Izrail. Jangankan kita, Nabi Dawud pun sempat memprotes saat malaikat Izrail datang untuk menyampaikan tugas mulianya.


Sudahkah kita mempersiapkan untuk itu semua? Atau tetap saja kita terus menikmati hidup dengan bergelimangan dosa? Atau bahkan kita semakin bangga dengan kemaksiatan yang silih berganti bergumul dalam kehidupan kita?


Otak kita : Sangat berpotensi untuk menambah isi gudang dosa akibat kemaksiatan, yaitu tatkala kita pergunakan untuk memikirkan hal-hal negatif yang bertentangan dengan syariat agama Islam.


Demi meraih jabatan kadang tak segan-segan kita bergabung dengan kaum pengingkar syariat, ini termasuk maksiat otak. Demi seonggok jabatan maka fikiran kotor terlintas dalam otak untuk meraihnya dengan menghalalkan segala cara.


Mata kita : Sangat rawan untuk menyaksikan kemaksiatan di alam nyata maupun dalam acara pertelivisian nasional. Dosa itu datang tatkala kita melihat aurat orang lain, dan rasanya hampir tiap hari dosa macam ini kita lakukan. Bahkan rasanya kita sudah tidak peduli lagi atas batasan aurat yang wajib ditutupi agar tidak tersingkap di mata kita.


Batas aurat lelaki yang haram dilihat adalah antara pusar dan lutut, sedangkan untuk wanita adalah seluruh anggota tubuhnya. Rasanya mata kita ini masih kerap melihat aurat-aurat yang kini semakin transparan saja di tengah kehidupan masyarakat yang komplek dan majmuk.


Mulut kita : Rawankah mulut kita mengindap penyakit maksiat ? Sungguh amat sangat rawan tentunya. Menggunjing kekurangan orang adalah maksiat, berkata kurang sopan termasuk maksiat, bicara bohong adalah maksiat. Ooh alangkah banyak rasanya kemaksiatan mulut ini yang telah kita perbuat selama ini.

Membohongi rakyat adalah maksiat, meremehkan syariat `hanya selembar kain` dalam mengistilahkan kewajiban berjilbab adalah maksiat.


Telinga kita : Betapa banyak godaan maksiat telinga yang kini melanda komunitas umat islam di berbagai kalangan. Baik kalangan insan per-film-an semacam mendengar beberan acara Kisah Seputar Selebriti alias namimah modern dan pergunjingan masa kini, atau kalangan masyarakat penghuni tempat hiburan, pasar perniagaan, dan sebagainya.


Hati kita : Penyakit hati termasuk penyakit yang sangat sensitif dalam menyerang kita yang berdampak pada membengkaknya nominal dosa yang merasuki jiwa kita.

Bahkan bermacam-macam jenis penyakit hati silih berganti bergelayut dalam diri kita.


Iri, dengki, hasud, sombong, riak, ingin dipuji, merasa paling baik, merasa paling hebat, pamer, bangga dengan harta, tahta dan wanita, dan lain sebagainya kerap kali singgah dalam kehidupan kita.


Menolak kebenaran, menutup-nutupi kemungkaran, merestui kemaksiatan, mendiamkan kejahatan dan yang semacamnya termasuk penyakit hati yang dewasa ini marak sekali melanda kehidupan umat Islam yang kita berada di dalamnya. Semua itu adalah penyakit hati yang rawan mengindapi diri kita.


Tangan kita : Betapa banyak kemaksiatan yang sering diperbuat oleh tangan kita.

Memukul orang tanpa sebab yag jelas, menyembunyikan barang milik teman, memanfaatkan barang teman tanpa izin, mengambil hak orang lain, memalsu surat dan berkas, menyontek karya milik orang lain, memalsu tanda tangan, memalsu data, memalsu ijazah, dan masih banyak jenis kemaksiatan yang sering dilakukan oleh tangan.


Perut kita : Sudah berapa banyak makanan yang tidak jelas halal-haramnya telah masuk ke dalam perut kita ? Padahal Nabi SAW telah mendiskrepsikan makanan yang tidak jelas halal-haramnya sebagai makanan syubhat, seraya bersabda : `Barangsiapa yang mengkonsumsi makanan yang syubhat maka sungguh dia telah terjerumus di dalam keharaman`.


Kaki kita : Jika selama ini kita pergunakan kaki ini untuk menempuh jalan kemaksiatan, sudah selayaknya kita hentikan langkah itu. Karena langkah-langkah ke arah kemaksiatan itu semakin menambah dosa dan beban kita kelak di akhirat nanti.


Langkah gontai di akhirat tak akan terelakkan, manakala kita tidak pandai menjaga kemana kaki ini sering pergi, jika perginya ke tempat-tempat yang dimurkai oleh Allah, maka pasti deraan siksa dari malaikat akan kerap menghampiri kaki kita, di sanalah langkah penuh gontai tercambuk-cambuk itu akan memulai kisah hidup kekal dibalut siksa dan kesedihan. Na`uudzu billah.


Seiring dengan berlalunya waktu, bertambahnya umur, desah nafas silih berganti, berkurangnya stamina hidup, otak semakin payah, mata mulai meredup, pendengaran sulit menangkap, persendian sering nyeri, kaki susah berdiri, yang semua itu selaras dengan firman Allah:


Wa man nu`ammirhu nunaqqishu fil kholq (Barangsiapa Kami panjangkan umrnya maka pasti Kami kurangi kesempurnaan tubuhnya).


Lantas menunggu apalagi selain bertaubat dan mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Wa ilallahil mashiir, hanya kepada Allahlah kita akan kembali.


Tatkala Izrail datang, semoga kita sudah siap menanti..!

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam