TIKET AMAN DARI API NERAKA
Luthfi Bashori
Wallahu alaa kulli syai-in qadiir (dan Allah itu maha mampu untuk menentukan segala sesuatu). Apapun yang dikehendaki oleh Allah, sekalipun hal itu tidak dapat dirasiokan oleh otak manusia, maka segala kemungkinan itu pasti akan terjadi jika sudah menjadi kehendak-Nya.
Allah berhak menetukan nasib seseorang untuk menjadi baik maupun buruk. Allah juga berhak memberitahu atau tidak memberitahu kepada para hamba-Nya tentang nasib mereka yang akan terjadi kelak di kemudian hari.
Ada kalanya seseorang yang akan mengalami suatu masalah besar yang mermpunyai makna tertentu bagi dirinya, entah itu perkara baik maupun perkara buruk, terkadang Allah berkehendak untuk memberitahukan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan, adakalanya pemeberitahuan itu berupa tanda-tanda tertentu yang dapat dirasakan oleh yang bersangkutan, atau lewat mimpi yang terasa sangat bermakna.
Umumnya orang tidak mengingkari adanya firasat tertentu sebelum terjadi hal-hal yang bakal dialaminya. Misalnya, ada peristiwa salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Anehnya, si mayit selama seminggu sebelum wafat, sudah keliling minta maaf kepada seluruh keluarga, padahal sebelum-sebelumnya tidak pernah ia melakukannya. Tatkala hari kematian tiba, maka barulah anggota keluarganya menyadari, bahwa hakikatnya apa yang dilakukan si mayit pada hari-hari sebelumnya itu ternyata pamitan kepada keluarganya untuk selama-lamanya.
Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi SAW bersabda : Waspadalah terhadap firasat seorang mukmin, karena sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allah. (HR Tirmidzi)
Konon ada seorang shalih bernama Syeikh Khallad bin Katsir bin Muslim, sebagaimana hikayat hidupnya telah ditulis dalam kitab Misbahud Dhalam sebagai berikut:
Tatkala menjelang sakaratul maut, Syeikh Khallad sempat memberitahukan kepada ibunya, jika telah datang hari kemangkatannya, saat orang-orang sedang memandikan jenazahnya, maka akan ada kertas dari atap rumah yang jatuh ke atas kain kafannya, dengan tulisan berbunyi: Haadzihi baraa-atun minan naar li Khallad bin Katsir (ini tiket jamianan keamanan dari api neraka untuk Khallad bin Katsir), maka beliau mohon kepada ibunya, agar menyelipkan kertas itu di antara lipatan kain kafannya.
Benar saja peristiwa itupun terjadi. Sehingga orang-orang yang sempat menyaksikannya, menjadi terheran-heran dan bertanya kepada sang ibu, tentang gerangan apa amalan yang diistiqamahi oleh putranya.
Ibu itu pun menjawab, bahwa putranya, Syeikh Khallad, setiap hari Jumat selalu membaca shalawat: Allahumma shalli alan nabiyyil ummiy Muhammad, sebanyak 1000 x.