AKHLAK ORANG MUKMIN
Luthfi Bashori
Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq mulia. (HR. Bukhari).
Beliau SAW bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya. (HR Bukhari dan Muslim)
Beliau SAW juga bersabda: Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya. (HR. Tirmidzi)
Dengan akhlak mulia, kelak seseorang bisa mendapatkan timbangan kebaikan yang jauh lehih berat, sebagaimana sabda Nabi SWA: Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia. (HR. Tirmidzi).
Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah berkata, Tanda-tanda akhlak yang baik adalah bila orang mukmin banyak mamiliki rasa malu, sedikit (tidak suka) mengganggu orang lain, banyak berbuat baik, suka berkata benar, sedikit bicara, banyak beramal, sedikit menganggur, sedikit bicara yang tidak perlu, suka bebuat baik dan bersilaturahmi, berwibawa dan penyabar, rela dengan apa yang di terimanya dan banyak bersyukur, bijaksana dan bersikap lembut, serta memelihara diri dan penyayang. Ia tidak suka melaknat dan memaki, tidak suka melakukan namimah (menggunjing), dan juga tidak pemarah. Selain itu, ia juga tidak suka terburu-buru dan menyimpan rasa dendam, tidak pula kikir dan dengki. Ia mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, dan marah juga karena Allah.
Maksud perkataan Imam Suyuthi: Ia mencintai karena Allah, adalah berusaha menjalin ukhuwah dengan saudaranya sesama muslim yang dilandasi karena Allah, bukan karena kedudukannya atau hartanya.
Adapun membenci karena Allah adalah keberanian memerangi orang lain yang melakukan kemaksiatan secara kasat mata, baik itu kemaksiatan dhahir seperti mencuri, mabuk, zina, judi dan sebagainya, maupun kemaksiatan bathin seperti memerangi para penganut aliran-aliran sesat.
Marah karena Allah, dapat diimplemtasikan dalam bentuk nahi mungkar, baik lewat lisan maupun tulisan hingga tindakan fisisk terhadap kemungkaran dhahir maupun kemungkaran bathin. Tentunya, semuanya itu harus mengikuti aturan syariat yang berlaku.