Jalan Hidayah
Luthfi Bashori
Sesungguhnya, tidak ada seseorangpun yang dapat memberi hidayah kepada orang lain, tetapi hanya Allahlah Dzat yang mampu membuka hati seseorang sesuai kehendak-Nya untuk mendapatkan hidayah.
Sering kali terjadi di antara orang-orang shalih serta baik perilakuknya, yang menghendaki agar setiap orang yang dikenalnya, akan menjadi shalih dan baik seperti dirinya, hingga akan lebih menyemangati dirinya dalam menyebarkan kebaikan di kalangan sesamanya.
Tentunya, dengan harapan semakin banyak kawan yang seirama dalam pergaulannya, maka akan semakin giat pula dalam beribadah kepada Allah.
Namun, kenyataan di lapangan, mengharapkan semua orang untuk menjadi baik dan seirama dengan dirinya itu, adalah sesuatu yang seakan-akan mustahil untuk terjadi. Sekalipun telah dilakukan dengan berbagai cara dalam mengajak setiap orang yang dikenalnya agar berperilaku baik, namun kenyataan yang terjadi, tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena hidayah bagi seseorang itu hanyalah di tangan Allah.
Sebagaimana konon diriwayatkan, dari Imam Yahya bin Aktsam, beliau berkata:
Ketika masih menjadi seorang amir, Al-Ma`mun mempunyai sebuah majelis pertimbangan. Di antara para hadirin ada seorang lelaki Yahudi yang berpakian bagus, berwajah ganteng, dan berbau harum, Orang yahudi itu selalau berbicara dengan baik. Ketika majelis bubar, Al-Ma`mun memanggilnya dan bertanya kepadanya: Apakah engkau seorang yahudi?. Orang itu menjawab, Ya. Al-Ma`mun berkata, Masuklah ke dalam agama Islam supaya aku perlakukan engkau sebagai Muslim. Orang Yahudi itu berkata: Aku tetap dalam agamaku dan agama bapak-bapakku. Kemudian ia pergi.
Setahun kemudian, orang yahudi itu datang lagi dan sudah masuk Islam. Ia berbicara tentang fikih dengan pembicaraan yang baik. Ketika majelis itu bubar, Al-Ma`mun memanggilnya dan bertanya: Bukankah engkau teman kami yang dulu?. Orang itu menjawab, Ya. Al-Mamun berkata: Apa yang menyebabkan engkau masuk Islam? Orang Yahudi itu menjawab: Setelah aku meninggalkan majelismu, aku ingin menguji agama-agama ini. Sebagaimana tuan ketahui, aku mempunyai tulisan yang bagus. Maka aku mengambil kitab Taurat, kemudian kutulis tiga naskah dan aku tambahi serta aku kurangi di dalamnya. Kemudian aku memasukkan Taurat itu ke dalam kuil dan dibeli orang dariku. Kemudian aku ambil Injil, lalu aku tulis tiga naskah aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, lalu aku memasukannya ke dalam gereja dan dibeli dariku. Kemudian aku mengambil Al-Qur`an dan aku menulis tiga naskah, aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, aku membawanya kepada para penjual naskah (Al-Qur`an) lalu mereka memerikasanya. Ketika mereka menemukan adanya tambahan dan kekurangan didalamnya, mereka pun menolaknya dan tidak mau membelinya. Maka tahulah aku bahwa ini adalah kitab yang terpelihara. Inilah yang menyebabkan aku masuk Islam. Karena pembeli Taurat dan Injil tidak mengetahui bahwa tulisan itu sudah ditambah dan dikurangi sedangkan Al-Qur`an spontan dapat diketahui, jadi betul-betul dijaga oleh Allah.