URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 344 users
Total Pengunjung: 6224471 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Islamisasi Pendekatan Tradisi di Kepulauan Nusantara 
Penulis: Pejuang Islam [28/6/2015]
 
Islamisasi Pendekatan Tradisi di Kepulauan Nusantara




KETIKA Islam berkembang di kepulauan Indonesia, para muballigh Walisongo melakukannya dengan pendekatan tradisi, kultural dan tasawuf. Islam yang dibawa oleh para da’i tersebut bercorak Sunni Syafi’i. Ternyata pendekatan ini berhasil.

Prosesnya berlangsung secara gradual dan bertahap mampu mengislamkan kepulauan Nusantara hingga zaman itu berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang menerapkan hukum Islam berdasarkan madzhab Syafi’i.

Namun kini, jika mencermati dakwah Syiah, mereka sedang mencari pijakan dengan memanfaatkan isu tradisi, kultur serta tasawuf ini. Buku berjudul “Sejarah dan Budaya Syiah di Asia Tenggara” yang diterbitkan Sekolah Pascasarjana UGM setidaknya menjelaskan upaya Syiah itu dalam klaim tradisi dan budaya itu. Dulu, lini ini menjadi benteng da’i Ahlus Sunnah melalui Walisongo, belakang wilayah tersebut akan ‘direbut’ Syiah.

Metode keturunan Arab bani Alawiyyin dalam menyatu dengan pribumi sangat efektif dalam mengislamkan kepulauan Nusantara. Hamid al-Ghadri berpendapat, bahwa raja-raja Islam atau sultan di kepulauan Nusantara zaman dahulu banyak yang keturunan bani Alawiyyin karena hubungan keturunan Arab dan pribumi telah menyatu selama berabad-abab sebelumnya.

Adalah para muballigh Walisongo yang menjadi pelopor akulturasi antara ras Arab dan pribumi. Tradisi tersebut diwarisi turun-temurun hingga era kejayaan kerajaan Islam. Sebagai contoh, keluarga Kesultanan Pontianak memakai marga al-Qadri, yang tidak lain marga keturunan Arab dari kalangan habaib. Di Riau terdapat kesultanan Siak yang keluarga kesultanannya bermarga bin Shahab. Juga marga kalangan habaib. Begitu pula, kesultanan-kesultanan lainnya misalnya Cirebon, Banten, Demak, Jepara dan lain-lain. Jika dibaca dari sejarah berdirinya, kesultanan-kesultanan tersebut berdiri tidak dengan kekuatan senjata (Hamid al-Ghadri, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Penjajah, hal.39).

Bahkan menurut Hami al-Ghadri, karena begitu lama dan dalamnya penyatuan itu, zaman sebelum penjajahan keturunan Arab disebut juga pribumi. Tapi tidak pernah China atau India disebut pribumi. Meskipun sama-sama hadir di Nusantara.

Belum pernah pula terjadi peperangan keturunan Arab bani Alawiyyin dengan penduduk lokal pribumi. Jika di Jawa mereka tak segan memakai pakaian adat jawa, blankon, batik dan lain-lain. Begitu pula daerah-derah lainnya.

Sebaliknya, dahulu pernah terjadi peperangan-peperangan kecil antara pribmi dan orang China. Seperti yang pernah terjadi di Surabaya dan Pasuruan pada zaman penjajahan Belanda. Biasanya perang kecil itu diletup karena kecemburuan pribumi terhadap China, dimana China mendapatkan perlakukan ‘khusus’ dari penjajah Belanda.

Pendekatan yang digunakan muballigh Sunni itu menunjukkan, bahwa Islamisasi kepulauan Nusantara dilakukan dengan cara yang efektif dan damai. Seperti mereka melakukannya dengan mengislamkan terma-terma atau bahasa yang digunakan. Prof. Syed Naquib al-Attas mengatakan Islam datang ke Nusantara yang dibawa langsung dari Hadramaut telah mengubah pandangan hidup masyarakat secara kuat melalui bahasa.

Bahasa Melayu yang menjadi bahasa pemersatu Muslim kepulauan Nusantara zaman dahulu banyak menyerap dari istilah-istilah bahasa Arab. Misalnya, kata akal, musyawarah, mukadimah, adil, adab, dan lain-lain. Dikenal pula di sini jenis tulisan Arab-Melayu yang sering disebut tulisan Pegon(pego). Jenis tulisan ini populer di pesantren tradisional yang diajarkan berabad-abad lamanya, sejak kedatangan Islam. Namun, sayang jenis tulisan ini tidak lagi populer di Indonesia – hanya dikenal oleh anak-anak Pesantren.

Barangkali sukeses besar itu dapat dipahami karena karakter kaum bani Alawiyyin dari Hadramaut zaman itu memang petualang, berakhlak luhur dan mudah menyatu dengan penduduk asli. Dan nyatanya, pendekatan akhlak dan tasawuf tersebut sangat diminati penduduk kepulauan Nusantara. Leluhur mereka, yaitu Ahmad bin Isa al-Muhajir, mengajarkan akhlak, tasawuf.

Ahmad al-Muhajir asalnya dari Basrah Irak kemudian pada abad ke-10 M hijrah ke Hadramaut karen



Kiriman: Bidin Syihab
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam