URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 9 users
Total Hari Ini: 61 users
Total Pengunjung: 6224163 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BERHARAP RAHMAT ALLAH 
Penulis: Pejuang Islam [ 11/9/2016 ]
 
BERHARAP RAHMAT ALLAH

Luthfi Bashori


Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:  Orang yang menyesal itu mengharapkan ramhat dari Allah dan orang yang sombong akan mendapat murka dari Allah. Hai para hamba Allah, ketahuilah bahwa setiap orang yang beramal akan mendapat balasan amalnya dan ia tidak keluar dari dunia hingga ia melihat amalnya yang baik dan amalnya yang buruk. Sesungguhnya amal-amal itu dinilai pada penghabisannya. Malam dan siang seperti kendaraan, maka berjalanlah dengan baik di atasnya menuju akhirat. Janganlah kalian suka menunda amal, karena kematiaan itu medadak. Janganlah seorang dari kalian terpedaya karena menganggap Allah tidak akan menghukumnya. Sesungguhnya neraka itu lebih dekat kepada seseorang di antara kamu dari pada tali sandalnya.

Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat yang artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberet dzarah pun niscaya dia akan melihat (balasannya), dana barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasaanya) pula. (Q.S. Al-Zalzalah:7-8).

Umat Islam yang banyak melakukan kesalahan kepada Allah, selagi di hatinya masih ada imam, tentu akan selalu merasakan penyesalan dengan perbuatan maksiatnya. Ada kalanya, penyesalan itu datang segera, alias begitu berbuat maksiat lantas sadar atas dosa-dosanya, maka ia pun menyesali perbuatannya itu, kemudian berinisiatif untuk mencari jalan bertaubat kapada Allah.

Namun ada pula yang penyesalannya itu datang setelah sekian lama menumpuk dosa demi dosa, mulai dari yang kecil seperti menyepelekan barang najis yang menempel pada dirinya, atau melanggar akhlaq dan adab sopan santun dalam pergaulan hingga sering berujar dengan perkataan-perkataan jorok, atau sering membuka aib orang lain baik secara langsung bersama kawan-kawannya, maupun berupa infotaimen yang kerap dilakukan dalam dunia hiburan pertelevisisan, atau melakukan dosa-dosa besar seperti meminta bantuan dukun (jin) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, atau ikut berjudi togel yang dewasa ini kian hari semakin marak dengan berbagai versinya, maupun dosa perselingkuhan yang berdampak sangat negatif terhadap keutuhan dan status rumah tangga, serta dosa besar lainnya.

Jika seseorang yang di dalam hatinya masih ada sedikit keimanan, maka tidak menutup kemungkinan di saat usia tuanya, para pelaku dosa yang kerap terulang dan terulang ini tiba-tiba timbul dalam hatinya ingin bertaubat dari segala dosa-dosanya, maka selagi masih ada umur lebih, dan nyawa belum sampai di batas tenggorokan alias sakaratul maut, maka taubatnya itu jika Allah berkehendak, maka Allah akan mengampuninya, asalkan ia menyesali perbuatannya itu dengan sebenar-benarnya, serta berusaha menjadi seorang hamba yang shalih dan rajin beribadah.

Namun, jika seseorang ahli maksiat yang selalu menumpuk dosa, dan di saat usianya semakin bertambah, bukannya ia mengurangi kemaksiatannya, namun justru semakin menjadi-jadi, ibarat filsafat buah keladi, semakin tua semakin menjadi, maka pintu taubat akan semakin tertutup baginya, terutama jika nyawa sudah sampai pada batas tenggorokan menjelang kematian. Di saat itulah Allah benar-benar menutup pintu taubat, dan akan mencabut nyawanya dalam keadaan su-ul khatimah (akhir kehidupan yang buruk).

Menurut para ulama, sebuah dosa itu dikategorikan kecil, jika tidak ada ancaman sanksi hukum dunia secara langsung dari syariat, kecuali ancaman dosa dan neraka, seperti dosanya orang berbohong, memandangi wanita yang bukan mahramnya, berkata jorok, sedangkan dosa besar itu adalah dosanya maksiat yang ada sanksi hukum dunia secara langsung dari syariat, seperti maksiat judi dan mabuk itu wajib dicambuk, berzina wajib dirajam, membunuh wajib dibunuh qishas, mencuri wajib dipotong tangan.

Namun, di negeri yang tidak menerapkan syariat Islam secara legal formal, maka pelaksanaan sanksi hukum syariat, yang secara otomatis menjadi taubatnya si pelaku maksiat ini, nyaris sulit untuk diterapkan, maka solusi satu-satunya bagi para pelaku maksiat jika ingin bertaubat kepada Allah, hendaklah melakukan taubat nashuhah (sungguh-sungguh) dengan banyak membaca istighfar serta memperbanyak ibadah dan berjanji tidak mengulangi maksiatnya lagi.

Yang perlu diingat, bahwa umur manusia itu menjadi rahasia Allah, maka tidak ada seorang pun yang tahu kapan pintu taubat akan tetap terbuka untuk dirinya, dan kapan pula akan ditutup untuk selama-lamanya. Sesungguhnya Allah itu akan mengampuni dosa seorang hamba, maa lam yugharghir (selagi nyawa belum sampai ditenggorokan alias sekarat)

Jadi, tidak mungkin bagi seorang hamba yang merasa menyesal atas perbuatan buruknya, namun selalu menunda-nunda taubatnya, kemudian mengharap dirinya akan mati dalam keadaan khusnul khatimah (akhir kehidupan yang baik).

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam