BISAKAH SHALAT JADI KHUSYU`?
Luthfi Bashori
Seorang penanya melayangkan SMS curhat kepada penulis, karena kehidupan rumah tangganya sedang galau. Maka terjadilah dialog sejenak, namun ada baiknya untuk dibaca oleh umat, barangkali saja ada keserupaan kasus yang sedang dihadapi, sbb:
PENANYA: Mengapa setiap shalat, saya tidak bisa khusu`, terus amalan apa yang bisa dikerjakn untuk melupakan masalah yang berat? Terima kasih Pak Ustadz
.
PEJUANG: Khusyu` dalam shalat itu perlu dilatih setiap saat oleh dirinya sendiri. Khusyu` artinya ingat kepada Allah di saat shalat. Kadar kekhusyu`an itu berbeda-beda pada setiap shalat. Adakalanya sejak takbiratul ihram hingga tahiyat akhir, benar-benar ingat kepada Allah, ini namanya khusyu` yang sempurna.
Atau kekhusyu`an itu terjadi hanya separuh dari waktu shalatnya, atau bahkan hanya sejenak saja kekhusyu`an itu terjadi, maka sekecil apapun tingkat kekhusyu`an dalam melaksanakan shalat, maka hal itu jauh lebih baik dari pada orang yang setiap kali melakukan shalat, namun pikirannya sengaja ditujukan untuk urusan dunia semata.
Umumnya, shalat itu bisa khusyu` terjadi pada orang sudah menjadikan shalat sebagai kebutuhan rohani, bukan sekedar mengamalkan kewajiban syariat. Ibarat anak kecil yang umumnya menilai, bahwa urusan `makan` itu adalah kewajiban dari orang tua, jika tidak `makan` pasti akan dimarahi orang tuanya, sehingga anak kecil tidak dapat menikmati makanan yang disantapnya.
Tapi orang dewasa menilai, bahwa `makan` itu adalah suatu kebutuhan, jika tidak `makan` akan menyebab kematian. Dengan demikian orang dewasa akan berkreasi dalam memilih menu makanan agar kebutuhannya itu dapat terpenuhi dengan rasa yang nyaman dan menyenangkan.
Nah, kebanyakan orang awam menilai jika shalat itu adalah suatu kewajiban, dan menilai jika tidak shalat maka akan mendapat murka dari Allah, karena itu mereka susah untuk khusyu` dalam shalatnya. Namun orang-orang shaleh telah menjadikan shalatnya itu adalah kebutuhan, hingga berusaha untuk dapat Khusyu`, karena dengan menikmati shalat yang khusyu` akan dapat memenuhi kebutuhan rohaninya dan dapat menenangkan jiwanya. Ketenangan jiwa akan berdampak pada kehidupan yang positif di tengah masyarakat.
Anjuran kami, setiap kali melaksanakan shalat, maka bisikkan saja dalam hati perkataan: sekarang ini aku sedang shalat, aku harus khusyu` dan aku sedang ingat kepada Allah.
Jika dalam perjalanan shalat itu, tiba-tiba pikiran melayang-layang lagi mengingat urusan dunia, maka saat itu pua bisikan lagi kata-kata di atas, semoga dapat membantu.
Di samping itu perlu juga sering berdzikir kepada Allah dan membaca shalawat, agar dapat menambah ketenangan jiwa. Jika sedang punya masalah, maka sering-seringlah membaca surat Al-insyirah (Alam Nasyrah).
PENANYA: Begitulah saya ustadz, shalat tapi tidak khusu`, bahkan selalu teringat urusan dunia saja, padahal jujur saja saya ingin bertaubat.
PEJUANG: Belajarlah menjadikan shalat itu sebagai kebutuhan yang menyenangkan.
Jika ada majelis-majelis ta`lim terdekat di kalangan ulama NU, usahakan sering ikut hadir, karena aktif hadir di majelis ta`lim dapat menumbuhkan cinta ibadah.
PENANYA: Iya ustad, jadi kalo mau melupakan satu masalah besar, kira-kira dzikir apa yang paling tepat dan kapan saat yang tepat dibacanya?
PEJUANG: Masalahnya apa ?
PENANYA: Masalah dalam rumah tangga... ustadz, antara saya dan istri saya, tentang perselingkuhan. Mungkin ini adalah adzab Allah kepada saya.
PEJUANG: Harus banyak baca istighfar, banyak ibadah, banyak shadaqah dan baca baca surat Al-insyirah.
PENANYA: Masihkah Allah swt mengampuni dosa yang kami perbuat?
PEJUANG: Kalau niat bertaubatnya dengan benar-benar dan berjanji untuk sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perselingkuhan lagi, serta selalu memperbanyak beristighfar, banyak beibadah dan banyak bershadaqah, maka tidak menutup kemungkinana Allah akan menerima taubat hamba-Nya, selagi nyawanya belum yugharghir (sampai ke tenggorokan/belum sekarat).
PENANYA: Pak ustadz, apakah perselingkuhan istri saya dengan lelaki lain itu, juga bisa dikatakan adzab Allah terhadap saya karna saya juga dulu pernah begitu, ataukah ini semacam cobaan untuk mengingatkan saya agar sadar atas dosa-dosa yang saya lakukan?
PEJUANG: Maksud ucapan Bapak: Karena saya juga dulu pernah begitu? Apakah dulu bapak juga pernah berselingkuh/berzina dengan wanita lain juga?
PENANYA: Betul pak ustadz.
PEJUANG: Berarti, kemungkinan besar kejadian ini adalah balasan dari Allah sebagai pengingat bapak di dunia. Apakah istri Bapak mau diajak bertaubat?
PENANYA: Istri saya sudah minta maaf kepada saya, dan berjanji tidak akan megulangi lagi, tapi rasanya saya ingin menceraikannya. Menurut Pak Ustadz bagaimana?
PEJUANG: Jika Bapak akan meninggalkan istri di saat dia butuh bimbingan dan perlindungan bapak, alias Bapak akan lari dari tanggung jawab, maka kelak pun bisa saja Allah menjadikan (membalas) Bapak akan ditinggal oleh orang-orang dekat bapak, termasuk oleh anak-anak kandung di saat Bapak membutuhkan keberadaan mereka.
PENANYA: Betapa berdosanya saya Pak Ustadz. Masihkah Allah mau mengampuni saya.
PEJUANG: Menurut Nabi Muhammad SAW, bahwa Allah akan mengampuni taubat seseorang selagi nyawanya belum sampai berada di tenggorokan (sekarat), asalkan Bapak dan istri mau bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka semoga Allah berkenan menerimanya.
PENANYA: Saya pernah baca, waktu jaman Rasulullah SAW, ada seorang wanita mengaku berzina, kemudian Rasulullah SAW merajam wanita itu. Apakah ia sudah dinyatakan bertaubat ustadz, dan bagaimana dengan saya dan istri saya?
PEJUANG: Nabi SAW itu di samping sebagai Rasul, maka beliau juga merangkap sebagai kepala negara dan Hakim/Qadhi, maka beliau SAW berhak menerapkan pertaubatan si wanita itu dengan melaksanakan hukuman rajam. Jika Indonesia menerapkan hukum Islam, maka presiden (Depag+KUA) berhak menerapkan hukum rajam, dan pengeksekusi rajam bagi penzina adalah petugas yang ditunjuk oleh pemerintah, bukan hak perorangan.
Tapi karena Indonesia tidak menerapkan hukum syariat, maka satu-satunya cara bertaubat dari perselingkuhan adalah banyak baca istighfar, berjanji tidak mengulangi perbuatannya, kemudian memperbanyak ibadah, shalat berjamaah dengan istri dan anak-anak, atau rajin mengajak mereka shalat berjamaah ke masjid serta memperbanyak shadaqah. Nabi SAW bersabda: Shadaqah itu dapat memadamkan kemurkaan Allah... !
PENANYA: Terima kasih Pak Ustadz, atas segala nasihatnya, mudah-mudahan dapat saya jalankan. Saya akan banyak belajar nanti dari Pak ustadz kalo tidak keberatan.