JANGAN PAHAMI ALQURAN SECARA TEKSTUAL
Luthfi Bashori
Dewasa ini banyak orang yang merasa sadar beragama, lantas ingin sekali mengetahui isi ayat-ayat Alquran serta Hadits-hadits Nabawi, maupun hukum-hukum syariat yang sesuai pendapat para ulama salaf terdahulu, dengan tujuan sangat mulia, yaitu agar mereka mengetahui hakikat agama Islam dari sumber yang benar.
Di antara mereka ini ada kalangan yang belajar lewat majelis ta`lim yang di asuh oleh para Kyai atau Ustadz, yang memang mempunyai spesialisi ilmu dalam bidang seluk beluk Alquran atau Hadits, maupun hukum-hukum yang diadopsi dari para ulama salaf. Namun ada juga orang-orang yang merasa sadar beragama ini ternyata salah langkah dalam mengekspresikan kesadarannya itu, hingga berkeinginan untuk mempelajari atau menggali sendiri secara otodidak makna ayat-ayat Alquran maupun Hadits-hadits Nabawi tersebut, tanpa bantuan siapapun serta ilmu-ilmu penunjang lain yang semestinya harus dikuasainya.
Akibatnya, langkah otodidak yang diambilnya itu seringkali dapat menyesatkan dirinya sendiri, karena orang yang seperti ini akan lebih cenderung memaknai ayat-ayat Alquran maupun Hadits-hadits Nabawi itu secara tekstual, atau akan mengandalkan terjemahan kamus semata.
Padahal untuk memahami hakikat makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran mapun Hadits-hadits Nabawi ini, harus memiliki ilmu pendamping lainnya, sebut saja ilmu tafsir maupun ilmu takwil yang sejatinya sudah disusun oleh para ulama salaf, sehingga di dalam memahami ayat-ayat Alquran maupun Hadits-hadits Nabawi ini, menjadi benar sesuai kaedah syariat dan tidak salah.
Sebagai contoh kesalahan fatal orang-orang yang memahami ayat-ayat Alquran secara lahiriyah atau hanya mengandalkan pemaknaan secara tekstual alias secara bahasa kamus dengan terjemahan kata perkata sesuai dhahir lafadznya, sebut saja ayat:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
Ayat ini jika diterjemahkan secara tekstual ayat, atau sesuai dhahir lafadznya adalah sebagai berikut:
فَأَمَّا = dan adapun مَنْ = orang-orang yang ثَقُلَتْ = berat مَوَازِينُهُ = timbangannya فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ = maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
Mengartikan ayat di atas secara tekstual atau kata perkata seperti ini, akan memberi konotasi arti, bahwa setiap orang yang TIMBANGANNYA BERAT secara dhahir, yaitu yang umum dipahami kaum awwam, adalah jika bentuk tubuhnya besar, gemuk atau tambun, maka orang yang memiliki postur tubuh seperti ini dihukumi dalam kehidupan yang memuaskan. Tidak peduli orangnya itu menyimpan penyakit dalam atau tidak, dan tidak peduli orangnya itu muslim atau kafir, pokoknya setiap orang yang memiliki postur tubuh seperti ini dihukumi dalam kehidupan yang memuaskan.
Sebaliknya ayat:
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ
فَأَمَّا = dan adapun مَنْ = orang-orang yang خَفَّتْ = ringan مَوَازِينُهُ = timbangannya فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ = maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah
Mengartikan ayat di atas secara tekstual atau kata perkata seperti ini, akan memberi konotasi arti bahwa setiap orang yang TIMBANGANNYA RINGAN secara dhahir, yaitu yang umum dipahami kaum awwam, adalah jika tubuhnya kurus, kering atau kerempeng, maka orang yang memiliki postur tubuh seperti ini dihukumi sebagai penduduk neraka Hawiyah. Tidak peduli orangnya itu sehat atau sakit, dan tidak peduli orangnya itu muslim atau kafir, pokoknya setiap orang yang memiliki postur tubuh seperti ini dihukumi tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
Jelaslah cara dan metode penerjemahan dan pemahaman dalil-dalil dari ayat Alquran maupun Hadits Nabawi yang seperti di atas ini adalah kesalahan fatal dan dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam aliran sesat dan menyesatkan.
Adapun, untuk memaknai ayat tersebut di atas secara benar yang sesuai ajaran syariat Islam adalah sebagai berikut:
ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ = رجحت حسناته على سيئاته
Timbangan KEBAIKANNYA lebih berat dari pada KEJELEKANNYA
خَفَّتْ مَوَازِينُهُ = زادت سيئاته على حسناته
Timbangan KEJELEKANNYA lebih berat dari pada KEBAIKANNYA
Maka terjemahan dan pemahaman yang benar adalah:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (kelak di sorga)
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ
dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.