URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 312 users
Total Pengunjung: 6224433 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Kita dan Sejarah Kebiadaban Yahudi 
Penulis: Faris Khoirul Anam, Lc  [27/3/2009]
 
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (QS. Al-Isra: 4)

                                              Kita dan Sejarah Kebiadaban Yahudi

                                                      Faris Khoirul Anam, Lc


Bila diperhatikan, Surah al-Isra juga disebut dengan Surah Bani Israil. Mungkin Anda bertanya, kenapa ia dinamakan demikian? Padahal jumlah ayat yang memperbincangkan Bani Israil dalam surah tersebut hanya berjumlah lima ayat di bagian awal surah, dan empat ayat di bagian akhirnya. Selain itu, bukankah dalam al-Quran ada surah-surah panjang berisi puluhan ayat yang membicarakan berbagai keadaan dan kisah Bani Israil? Sebut saja Surah al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, dan al-A’raf. 

Lebih dari itu, ada pula surah-surah yang panjangnya sedang dan berisi puluhan ayat yang membahas kisah Musa bersama Fir’aun, serta kisah pembangkang ini dan orang-orang terdekatnya, bersama kaum lemah dari Bani Israil. Misalnya saja Surah Yunus, Thaha, asy-Syu’ara, al-Qashash, dan Ghafir. Dalam kitab suci ini juga ada Surah Yusuf. Semua pembahasannya tentang Yusuf dan saudara-saudaranya, dan mereka adalah nenek moyang suku-suku Bani Israil! 

 Beberapa ulama, di antaranya Muhammad Ali Daulah dalam kitabnya Latufsidunna fi al-Ardhi Marratain sampai pada sebuah kesimpulan, setelah ia memperhatikan secara seksama kelima ayat di bagian awal surah, juga empat ayat di bagian akhirnya, yakni dari firman Allah di ayat 101, “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mu\`jizat yang nyata,” sampai ayat, “dan Kami berfirman sesudah itu (yakni sesudah Musa, setelah kaumnya membuat kerusakan di muka bumi) kepada Bani Israil: ‘Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).\" (QS. Al-Isra: 104)  

 Ternyata, dalam ayat-ayat di atas, terdapat ringkasan yang kandungannya mencakup seluruh kisah hidup Bani Israil (yang pada perkembangannya disebut Yahudi). Disebutkan oleh ayat, pada awalnya mereka mengarungi hidup di atas kenikmatan dan keistimewaan. Namun, “rapot” perjalanan hidup itu kemudian menyebutkan, mereka mengkufuri nikmat tersebut, bukan menyukurinya. Mereka membuat kerusakan, bukan melestarikan. Hidup mereka penuh dengan permusuhan dan aniaya, bukan keadilan dan kasih sayang. 

 Anugerah yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil itu antara lain, mengentaskan mereka dari perbudakan menjadi merdeka; menghilangkan kelemahan hingga menjadi bangsa yang kuat; dari tertindas menjadi bebas; serta menjadikan mereka sebagai khalifah di tanah suci yang dulunya disebut “Bumi Kan’an”. Allah juga mengunggulkan derajat mereka dibandingkan bangsa-bangsa lain yang ada kala itu; mengangkat nabi dan raja dari kalangan mereka sendiri; membentangkan negeri dan memberi mereka sesuatu yang belum pernah diberikan pada seorang pun di zaman itu. 

Setelah Nabi Musa meninggal dunia, bangsa ini diasuh oleh sejumlah nabi, kemudian oleh para raja yang sekaligus menjadi nabi. Bani Israil mewarisi tanah suci dengan syarat jelas: agar mereka menyembah Allah semata; tidak menyembah berhala di mana saat itu manusia banyak yang memujanya; mematuhi Allah dan Rasul-Nya; menegakkan Taurat; beramal salih, mengajak yang lain untuk juga melakukan amal salih tersebut; tidak berbuat semena-mena pada yang lain; melestarikan dan tidak membuat kerusakan di muka bumi.

Namun mereka melanggar syarat itu. Mereka membuat kerusakan besar periode pertama di zaman para nabi, sesaat setelah wafatnya panglima dan sang penakluk, Nabi Yusya’ bin Nun. Mereka tidak ajek dalam berpegang teguh pada agama sepeninggal nabi itu kecuali hanya sebentar. Allah pun lantas mendatangkan penduduk Kan’an, Amalek, yang menyerang mereka. Orang-orang ini mengusir Bani Israil dari sebagian wilayahnya, menawan sebagian anak-anak, mengambil Tabut Perjanjian, membunuh banyak orang, memasuki masjid-masjid serta sangat menistakan mereka.

Bani Israil lantas menyadari kesalahannya. Mereka menyatakan taubat. Kepada nabi yang diutus pada mereka kala itu, mereka meminta agar ia mengangkat seorang raja yang bisa memimpin berjihad. Sang nabi mengabulkan permintaan tersebut, yang lalu mendaulat seorang pemberani dan alim sebagai raja, yakni Thalut. 

Sang raja memimpin Bani Israil berjihad melawan musuh-musuhnya. Masuk dalam barisan tentaranya kala itu adalah Dawud, sebelum ia diangkat menjadi nabi. Kali ini Allah memberikan kemenangan bagi Bani Israil. Berdirilah sebuah kerajaan besar di tengah bangsa ini. Secara bergilir yang bertindak sebagai rajanya adalah Thalut, Dawud, dan Sulaiman.

Namun lagi-lagi, Bani Israil tak konsisten untuk berlaku baik. Inilah yang dinamakan dengan tindak kerusakan kedua sebagaimana dimaksudkan dalam ayat di atas. Peristiwa ini terjadi sesaat setelah meninggalnya Nabi Sulaiman. Kerajaan mereka terpecah menjadi dua kerajaan kecil yang saling berkonflik. Israil dan Yehuda.

Kerusakan kedua ini terus berlangsung dan tak pernah berhenti selama ratusan tahun. Di antara rangkaian hari kelam itu, mereka sebenarnya telah dihukum dengan musibah-musibah besar. Namun mereka tak bisa mengambil pelajaran. 

Pada tahun 722 SM, orang-orang Asur (Asyer) menguasai kerajaan di selatan (yakni Israil) dan menawan sepuluh suku Bani Israil (Asbath). Kaum Asur lalu menggiring para tawanan itu ke utara Irak. Kesepuluh suku itu tak pernah kembali lagi. Pada tahun 586 SM, Raja Babilonia Nebukhadnezzar menguasai kerajaan Bani Israil di selatan (Yehuda). Ia menggiring puluhan ribu tawanan dari penduduk daerah itu ke Babilonia. Mereka hidup sebagai budak di daerah itu sampai Raja Persia Koresh berhasil merebut Babilonia pada tahun 539 SM. Raja ini mememperkenankan para tawanan itu kembali ke Yerusalem dan membangun kembali haikalnya di sana.

Maka kembalilah kelompok besar Bani Israel itu ke Yerusalem dan membangun haikal. Kali ini mereka tak lagi menyembah berhala. Namun meski demikian, mereka terus saja mengubah kandungan kitab suci, merusak keyakinan tentang dzat Allah SWT, menyombongkan diri di hadapan para nabi, bahkan kembali berusaha membunuh para utusan Allah itu, sebagaimana mereka pernah melakukannya kepada para Nabi Allah: Zakariyya, Yahya, dan al-Masih Isa putra Maryam. 

Tindak kerusakan bangsa Yahudi kali ini makin parah. Mereka melakukan pemberontakan terhadap tirani yang berkuasa di wilayah mereka, hingga Allah memberikan kemenangan kepada para penjajah itu. Kaum Yahudi memberontak kepada orang-orang Ptolemaic (Bathalisah), Saluk, dan para gubernur Aleksander Agung. Dan akhirnya, kaum ini memberontak kepada pihak Romawi. Sebagai akibatnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan kekuatan bangsa Romawi. Masjid mereka dirusak dan mereka diusir dari Palestina. Mereka mendapatkan perlakuan kasar dari Titus pada tahun 70 M, kemudian oleh Hadrian pada tahun 135 M. 

Seorang pakar sejarah Bani Israil bernama Josephus, yang mengalami langsung masa Titus, menulis, “Aku tidak mungkin memikirkan sebab kejadian ini, hanya saja Allah telah menentukan kehancuran kota yang najis ini.” (al-Yahud, Nasy-atuhum wa ‘Aqidatuhum wa Mujtama’ahum, Yahudi, Pertumbuhan, Keyakinan, dan Masyarakat Mereka, Zaki Senode, 1974)

 Mereka membuat kerusakan di kebanyakan masa keberadaan mereka di tanah suci, lebih dari seribu tahun. Hanya ada satu cara untuk menghentikan kerusakan mereka di Palestina, yakni dengan cara mengusir mereka. Setelah itu, kembali mereka membuat kerusakan di setiap jengkal tanah yang mereka lalui. Kita menyaksikan, kini mereka kembali membuat kerusakan ketiga kalinya di Palestina. Mereka terus melanjutkan agresinya berkat peran dan dukungan negara-negara Barat.

Ayat-ayat dalam Surah al-Isra –meskipun jumlahnya sedikit– telah menghimpun dan meringkas keseluruhan kisah kaum Yahudi. Siapa yang ingin mengetahui ringkasan sejarah mereka, silakan membaca ayat-ayat itu. Tadabburilah dan mari kita bertanya: 

Siapakah sekarang yang telah mendapatkan nikmat namun mengkufuri? Siapakah Bani Israil versi sekarang yang melanggar perintah Allah, tidak menegakkan ajaran kitab suci, serta meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar? Siapakah Persia versi sekarang yang telah memperkenankan Bani Israel kembali memasuki Yerusalem? Lalu siapakah kita di tengah rentetan sejarah itu? Di barisan manakah kita berada? Kita berlindung kepada Allah agar kerusakan-kerusakan itu tidak menjadi tradisi: sebuah fakta sejarah yang mempengaruhi kehidupan manusia pada masa berikutnya. 

(Dimuat Majalah Sabili, Januari-Februari 2009).


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Gendut  - Kota: Bangilan Tuban
Tanggal: 30/3/2009
 
Ada anekdot mengatakan. dulu, ada empat WNI keturunan Arab dan berwajah Arab yang berangkat kerja ke Jeddah Saudi Arabiah. Karena kepandaian berbahasa Arabnya, berempatpun diterima bersama-sama di perusahaan kilang minyak. Maka gaji yang mereka terima juga lebih tinggi dibanding gaji para TKW/TKI pada umumnya. Mereka senang dan giat menjalankan kewajibannya. Hanya satu kendala saja yang sering mereka temui di lapangan, yaitu setiap kali mereka bertemu dengan teman-temanya yang satu perusahaan, dan berasal dari warga negara Saudi Arabiah, mereka berempat selalu saja dipanggil ; Ya Jawa gimana keadaanmu, Ya Jawa mau kemana, Ya Jawa apa kamu sudah shalat, demikian dan seterusnya. Suatu saat. mereka berempat kumpul dan membahas kendala yang mereka hadapi : Lah iya, kita ini tiap hari dipanggil Ya Jawa (hai orang Jawa/Indonesia), padahal kakau kita di tanah air, semua orang bilang : Hai Arab, Hai Arab dan Hai Arab...terus yang benar itu yang mana, apa memangnya mereka mengira bahwa kita-kita ini Bani Israel yang tidak punya negara itu ? Nah, kalau Ustadz membahas juga tentang status kependudukan Bani Israel, maka akan lengkaplah info untuk Komunitas Pejuang Islam. Syukran Tadz, semoga tetap istiqamah dalam berkarya. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Baik, kami sampaikan kepada Ustadz Faris sang penulis. moga-moga ada waktu untuk kita. jazakumullah kher.

2.
Pengirim: Faris  - Kota: Malang
Tanggal: 30/3/2009
 
Syukran untuk komentar dan usulnya. Insya Allah akan kita lengkapi informasi tentang kaum Yahudi la'natullah. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Syukran Ustadz atas responnya. Pengunjung Pejuang Islam dan kami semua tetap menunggu janji antum. Mohon segera dikirim ke Ribath.

3.
Pengirim: taruna  - Kota: bayah
Tanggal: 5/4/2009
 
ustad apa memang benar yahudi itu ada di indonesia? banyak orang mengatakan jika agen2 mereka menyusup ke nusantara, apakah yang dikerjakan mereka disini? lalu apakah target-target mereka pada negeri kita? apalagi ini kan mau pemilu, adakah yang akan mereka targetkan? dan adakah indikasi kearah sana? 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Terima kasih Akhi atas komentarnya, akan kami sampaikan kepada Ustadz Faris yg merangkap jadi Pak Dosen sebagai penulisnya. Namun info dari kami, bahwa beberapa tokoh Islam, termasuk juga dari kalangan dosen IAIN Surabaya sudah ada yang menjadi anggota Yayasan Yahudi Simon Peres Israel. Jadi, antek-antek Yahudi itu benar2 ada, dan perlu juga di waspadai kebaradaan Rotary Club, dll. Mereka bekerja untuk merusak Islam baik dari luar maupun dari dalam. Apa akhi pernah melihat anak2 muda bergaya punk, dan apakah Nabi SAW memberi contoh mereka dengan gaya penampilan semacam itu? inilah salah satu hasil kerja Kaum Yahudi dan antek2nya yang sengaja merusak budaya generasi muda Islam di Indonesia.

4.
Pengirim: A. Aziz BSY  - Kota: Jakarta Timur
Tanggal: 8/2/2010
 
Yang jelas di Kantor Perdana Menteri Israel dan Kantor Kedubes Israel di seluruh dunia terpampang nama Ibukota Israel : JAVA TEL AVIV / JAWA TEL AVIV, dan MAHKOTA RABBI YAHUDI yang menjadi imam Sinagog pake gambar RUMAH JOGLO JAWA. Dengan demikian apakah Bani Israel merasa menjadi keturunan Jawa ? Yang disebut Jawa adalah seluruh Etnik Nusantara yang dulunya penghuni Benua Atlantis sebelum dikirim banjir besar oleh Allah SWT, setelah banjir besar benua ini pecah menjadi 17.000 pulau yang sekarang disebut Indonesia, hanya beberapa etnik yang masih tersisa, selebihnya menjadi cikal bakal bangsa2 dunia antara lain bangsa India, Cina ( termasuk Jepang ), Eropa, Israel, Arab, dan Indian ( silahkan baca hasil penelitian Prof. Santos selama 30 tahun tentang Benua Atlantis terbitan Gramedia ). Dalam bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan : "ora jowo" berarti "tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan santun", sebutan jawa ini sejak dulunya dipakai untuk menyebut keseluruhan wilayah nusantara, penyebutan etnik2 sebagaimana berlaku saat ini adalah hasil taktik politik de vide et impera para penjajah. Sejak zaman Benua Atlantis, Jawa memang menjadi pusat peradaban karena dari bukti2 fosil manusia purba di seluruh dunia sebanyak 6 jenis fosil, 4 diantaranya ditemukan di Jawa. Menurut "mitologi jawa" yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa asal usul bangsa Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah Bethara Guru Janabadra yang mengajarkan "ILMU KEJAWEN". Sejatinya "Ilmu Kejawen" adalah "Ilmu Akhlaq" yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam Alqur'an "Millatu Ibrahim" dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam wujud Alqur'an dengan "BAHASA ASLI (ARAB)", dengan pernyataannya "tidaklah aku diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq". Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama2 belajar "Ilmu Kejawen" kepada Guru Janabadra dan mengembangkan "Ilmu Kejawen" ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing2, di India mereka namakan "Ajaran Hindu", di Cina mereka namakan "Ajaran Budha". Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha dan Alqur'an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang menurunkan bangsa2 selain ARAB. Bukti lain bahwa Ajaran Budha berasal dari Jawa adalah adanya prasasti yang ditemukan di Candi2 Budha di Thailand maupun Kamboja yang menyatakan bahwa candi2 tsb dibangun dengan mendatangkan arsitek dan tukang2 dari Jawa, karena memang waktu itu orang Jawa dikenal sebagai bangsa tukang yang telah berhasil membangun "CANDI BOROBUDUR" sebagai salah satu keajaiban dunia. Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, bahwa sebenarnya "CANDI BOROBUDUR" adalah bangunan yang dibangun oleh "TENTARA NABI SULAIMAN" termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur'an sebagai "ARSY RATU SABA", sejatinya PRINCE OF SABA atau "RATU BALQIS" adalah "RATU BOKO" yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung2 di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting ( perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ). Hasil riset tsb juga menyimpulkan bahwa "SUKU JAWA" disebut juga sebagai "BANI LUKMAN" karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan ajaran2 LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur'an. Perlu diketahui bahwa satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur'an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU dan meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Alqur'an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah "SYAILENDRA" , menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = raja dan indra = gunung.
Sudah menjadi keniscayaan sejarah, bahwa kemenangan Islam tahap pertama waktu "FUTTUL MAKKAH" dimana Nabi Besar Muhammad SAW. bersama orang2 beriman dengan konsisten melaksanakan perintah shalat sebagai kunci kemenangan dengan kondisi susah air, lalu Allah memberinya "SUMUR ZAM ZAM" yang penuh berkah, maka "FUTTUL MAKKAH KEDUA" akan terjadi melalui Indonesia, negeri yang penuh berkah dengan persediaan air tak terbatas ( zam zam di luar Makkah ). Dari Indonesialah pada suatu masa nanti akan bersatu sebuah kekuatan besar yang diinspirasi dari kekuatan spiritual Ibrahim, Daud, Sulaiman dan Muhammad SAW yang akan memenangkan Islam atas Zionis Israel dan para pendukungnya.
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
sebuah analisa yang sangat unik. Yaa terserah pembacalah, mau percaya boleh, mau tersenyum juga dipersilahkan, dan tidak percaya juga adalah hak masing-masing pembaca.

Mudah-mudahan para Kakang dan Mbakyu SU... yang berada di Sleman, boleh jadi Sumarno, Sudrajat, Sumantri, Suupriatin, Sipinah, Suminten dan Su Su yang lainnya, asalkan bukan Sundel Bolong..., dapat bergabung dalam barisan POROS SENYUM NUSANTARA. Siapa tahu masih keponakan misannya Nabi Sulaiman (Su dari Sleman). Wonten-wonten mawon penjenengan puniko ... !
Tapi, yaa pantesan saja, jika ada beberapa tokoh Indonesia seperti Gusdur yang menjadi anggota Yayasan Simon Peres milik Zionis Israel. Mungkin juga Kang Simon itu dulunya dilahiran di Jombang.

 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam