Beda Syiah dan Aswaja
Imam Ja’far pernah mengatakan, “Aku dilahirkan
oleh Abu Bakar dua kali” (Ahmad bin Zain al-
Habsyi,Syarhul ‘Ainiyah, 22). Ketika ia masih hidup,
nama beliau (Ja’far) pernah dibajak oleh orang-orang
Syiah. Syiah membuat fitnah bahwa Ja’far berlepas
diri dari Syaikhoni (Abu Bakar dan Umar). Sontak ia marah. Beliau mengatakan, “Allah berlepas dari
mereka (orang-orang Syiah). Demi Allah, sesungguhnya
aku berharap Allah memberiku manfaat berkat
hubungan kekerabatku dengan Abu Bakar” (Abdullah
bin Syekh al-Aidarus,Al-Iqdun Nabawi, 230). Pernyataan Ja’far al-Shadiq ini menunjukkan bahwa
antara dia beserta nasab-nasabnya mengakui Abu
Bakar sebagai kerabat (Ahlul Bait). Keturunan Ja’far
juga berkeyakinan sama. Ini menunjukkan, bahwa
Ja’far, yang diagungkan oleh Syiah sebagai imam,
tidak menyempitkan makna Ahlul Bait. Definisi ini sama dengan keyakinan Ahlus Sunnah dari dulu hingga kini. Definisi ini lebih masuk akal, sebab pendapat ini berdiri
secara adil. Tanpa ada cacian, pilih-pilih sahabat. Yang
dikedepankan Ahlus Sunnah adalah metodologi, bukan
doktrin mitologi.
Ja’far memang bukanlah berakidah Syiah, tapi beliau
adalah imam besar kaum Ahlus Sunnah. Jadi sesungghunya pendahulu dan pembesar Ahlul Bait
berakidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bukan Syiah. Syeikh Yusuf al-Nabhani dalam Sywahidu al-Haq
mengatakan bahwa para Ahlul Bait dan keturunannya
berakidah Ahlus Sunnah mencintai sahabat dan
mayoritas bermadzhab Syafi’i. Ali bin Husein, salah satu pembesar Ahlul Bait, pernah
didatangi oleh orang-orang Syiah yang mencela Abu
Bakar, Umar dan Ustman. Ali lantas berbicara panjang
lebar dan menyebut mereka (kelompok yang mencela
sahabat) itu bukan golongan yang diselamatkan oleh
Allah swt.
Kiriman : Kholili