Melihat Kemungkaran Di Depan Kita
Jamaluddin
Banyak sekali di akhir zaman ini, perbuatan maksiat terjadi dimana-mana. Contohnya, maraknya PSK yang ada di kalangan masyarakat, banyaknya narkoba yang menjerat generasi muda, dan lain sebagainya. Islam tidak mengajarkan wanita bergaul dengan laki-laki lain, kecuali dengan suaminya sendiri. Dalam menyikapi kemungkaran semacam itu maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, kalau tidak mampu maka ia rubah dengan lisannya, dan kalau tidak mampu juga, hendaklah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.
Jadi kita diwajibkan oleh Rasulullah SAW, apabila kita melihat orang yang berbuat munkar, maka selagi kita mempunyai power untuk membubarkan tempat itu hendaklah kita lakukan dengan kekuatan kita. Tetapi kalau kita tidak berhasil, maka hendaklah kita menasehatinya secara perlahan-lahan. Kalau dengan cara itu kita belum berhasil juga, maka kita memakai cara yang terakhir yaitu ingkar atas perbuatan orang tersebut.
Dalam suatu riwayat tentang masjid yang didirikan oleh orang-orang munafiq yang diisitilahkan oleh Alquran sebagai Masjid Dhirar yang berarti BAHAYA, diceritakan, bahwa pada suatu saat ada sahabat yang melaporkan kepada Rasulullah SAW, bahwa ada masjid yang dibangun oleh orang-orang munafiq. Masjid itu dipergunakan untuk memecah belah umat dan sekaligus untuk mencampuradukkan ajaran agama-agama yang ada pada saat itu.
Takmir masjid tersebut, di suatu kesempatan ia mengundang tokoh-tokoh Islam, bahkan meminta kesediaan Rasulullah untuk berkhotbah di masjid itu, namun pada kesempatan yang lain mereka mengundang tokoh Nasrani juga untuk berkhotbah di masjid itu pula. Jadi masjid ini pada hakikatnya adalah masjid yang PENUH BAHAYA dalam urusan berakidah.
Maka Rasulillah SAW marah besar, dan langsung mengumpulkan para sahabatnya untuk menghancurkan masjid Dhirar itu. Mengapa Rasulullah SAW menghancurkan masjid Dhirar, padahal masjid adalah tempat untuk menyembah Allah ? Yaa, karena masjid Dhirar itu, selain untuk beribadah tetapi juga dipakai untuk bermaksiat kepada Allah. Nauzubillaahiminzaalik.
medio Ribath Almurtadla 23 juni 2009