MENGEMBALIKAN URUSAN AGAMA PADA SUBSTANSINYA
Luthfi Bashori
Membaca berita harian SURYA, Minggu, 6 September 1998 yang berjudul: Kristen Ortodoks dikenalkan di Surabaya, menarik untuk dicermati. berita tersebut dimulai dengan kata-kata “Surprise”, ujar Kh Said Aqiel Siradj. Diberitakan pula bahwa Said Aqiel tampil dalam seminar prospek persahabatan Kristen-Islam di Indonesia, Sabtu (5/9) malam di Heritage club.
Lanjutan berita, pernyataan “surprise” itu ia berikan setelah ia melihat agama Kristen Ortodoks Syiria (KOS) yang dihadirkan ke Indonesia akhir 1993, ternyata bisa diterima pengikutnya.
Diberitakan, KOS adalah agama Kristen yang menggunakan bahasa Arab untuk lantunan ayat-ayat pujian kepada tuhan dalam kegiatan shalat.
Kristen ortodoks Syiria, sebenarnya tidak berbeda dengan muslim. Mereka juga mengenal shalat yang diawali panggilan adzan dan mengucapkan salam, bahkan membaca doa dalam bahasa arab, sebagaimana dituturkan oleh H. Sulami, , imam shalat Kristen Ortodoks Syiria.
Menurut berita tersebut, penganut pria dan wanitanya, mengenakan identitas baju penutup aurat untuk keseharian dan saat shalat. Bedanya, mereka mengerjakan shalat di gereja yang biasa disebut kanisah, yang tak beda jauh dengan masjid.
Pada alenia ke tujuh, Dr. Anton Lisiangi SE, Sekretaries Umum KOS pusat, berujar: “Selama ini agama Kristen masuk ke Indonesia masih belum bisa diterima, karena bau westernisasi atau pembaratan selama lebih 1000 tahun.”
Lanjut berita yang tertulis, akibatnya, konflik-konflik sering terjadi antara Kristen dan Islam yang justru lebih bermuara pada konflik budaya dan politik “namun bukan konflik teologi” ujar Anton.
Lebih jauh Dr. Komaruddin Hidayat, direktur waqaf Yayasan Paramadina, Jakarta mengatakan: “Seolah menemukan mata rantai yang hilang itu secara historis cultural.’
Pada alenia terakhir, diberitakan bahwa dalam menanggapi hal itu, baik Said Aqiel, Dr. Komaruddin dan Bambang Ruseno Utomo dari GKJW Malang mengatakan :“semua agama adalah dari Tuhan.” Bahkan ditegaskan Said Aqiel. “Tidak ada kebenaran yang mutlak, kecuali Dzat Allah.”
Penegasan Said Aqiel di atas, adalah satu fenomena yang perlu dicermati, sebab beberapa langkah Said Aqiel sebagai figure muslim yang ditokohkan, sering mengundang kontroversi. Doktor lulusan Timur Tengah ini, tentunya banyak mempunyai pemikiran yang tidak mudah dicerna oleh kebanyakan orang. Hanya saja umat tidak butuh klarifikasi terhadap langkah-langkahnya, cukup dikembalikan kepada ketentuan Al-Qur`an atau Hadits Nabawi untuk menyikapinya.
Sebagai contoh, adalah kegigihan perjuangan Saisd Aqiel dalam meng-agamakan Khong Hu Cu, dan kini telah diresmikan pemerintah RI. Juga keberaniannya untuk tampil di mimbar Gereja Katolik Aloyius Gonzage Surabaya, pada acara misal umat Kristiani, sabtu malam tanggal 28 Pebruari 1998. Demikian juga pembelaannya terhadap aliran Syiah, serta kehadiranyya pada acara-acara yang digelar mereka di pelbagai tempat. Belum lagi usahanya untuk menghapuskan Departemen Agama di Indonesia.
Pada saat orang sibuk mendirikan partai , Said Aqiel sibuk mengumpulkan sekelompok orang dari berbagai agama untuk mengadakan acara doa bersama dipimpin tokoh-tokoh muslim dan non muslim secara bergantian, dan masih banyak lagi yang semacamnya.
Umat Islam tentu semakin berdecak membaca berita Harian SURYA di atas, kalau benar Said Aqiel mengatakan: “ Tidak ada kebenaran yang mutlak, kecuali Dzat Allah.” Pernyataan ini tentunya membatalkan eksisitensi Islam sebagai agama yang diakui keabsahannya oleh Allah: ”Sesungguhnya (satu-satunya) agama (yang diridlai/diakui kebenarannya) disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imron ayat 19), sebab perkataan Said Aqiel ini juga mempunyai makna bahwa “Muhammad Rasulullah SAW sebagai pembawa agama Islam, juga tidak mutlak kebenarannya”.
Langkah-langkah Said Aqiel pada dasarnya, berindikasi membangkitkan gerakan yang pernah dimunculakn oleh Ibnu Sab`in dan Ibnu Hud at-Talmasani.
Mereka beranggapan bahwa paling mulianya orang adalah mereka, yang mengajak semua umat beragama untuk bersatu secara menyeluruh dalam satu wadah. Dan apabila sudah terjalin persatuan di antara umat beragama , maka tidaklah membahyayakan bagi seseorang yang mengamalkan ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dalam waktu yang bersamaan. (lihat kitab ar-Raddu ala al-Manthiqiyyin, karangan Ibnu Taimiyah hal . 282 cetakan II/1396 H)
Pada akhir abad ke-18, Jamaluddin al-Afghani juag, ikut mempelopori gerakan yang terkenal dengan istilah Sinkretisme ini, atau bahasa santrinya Tauhidul Adyan (gerakan yang berupaya mempersatukan agama-agama yang ada di dunia dalam satu wadah, dengan asas kebersamaan
Pendapat Said Aqiel di atas, tidak jauh berbeda dengan pendapat Ibnu Sab`in Dan Ibnu Hud at-Talmasani. Demikian juga dengan ucapan Jamaluddin Al-Afghani: “Sesungguhnya tiga agama yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam mempunyai dasar dan tujuan yang sama, apabila salah satu dari ketiganya ada kekurangan di dalam penerapan ajaran kebaikan, maka disempurnakan oleh yang lainnya, karena itu, aku sangat berharap agar tiga agama tersebut untuk bersatu padu”. (Lihat al-A`mal al-Kamilah karangan Jamaluddin al-Afghani yang dinukil oleh Muhammad Imarah hal. 69)
Di antara tokoh-tokoh pendukung gerakan Sinkretisme, dari kelompok Islam moderat sesuai dengan pendapat-pendapatnya adalah:
1.Dr. abdul Aziz Kamil: “Kami di Timur Tengah mengimani ke-esaan Allah, baik lewat satu agama maupun lewat agama lain. Aku katakan dengan tegas, bahwa Islam, Nasrani dan YAhudi adalah sama.
Bahkan dalam pengertian Trinitas Nasrani, berakhir pada ke-esaan Tuhan. Inilah yang dinamakan wilayah tauhidhnya saja, sedang gambaran dan penafsiran secara filsafat yang berbeda.”(lihat al-Islam wa al `Ashr karangan Dr. abdul Aziz Kamil).
2.Dr. Rifaah at Thahthawi berpendapat bahwa manusia tidaklah dibagi menjadi “mukmin (baca muslim ) dan kafir” namun yang benar adalah “modern dan primitive” (Lihat Ghozwun min ad-Dakhil, karangan Dr. Muhammad Imarah, hal. 64)
Haji Amin al-Husaini menegaskan , semua usaha untuk menyatukan agama-agama ini, adalah berkat kerja sama dengan zionisme Internasional. (lihat al-Ittijahat al-adab al-Mu`ashir al-arabiyah, karangan Muhammad Rasyid Ridla, hal. 208).
Dalam menyikapi fenomena di atas, baik berita mengenai Kristen Ortodoks, hingga gerakan Sinkretisme hendaklah umat Islam kembali kepada kitab suci Al-Qur`an al-Karim, yang diyakini autentik dan kebenaran kandungannya oleh umat Islam seluruh dunia, serta merenungi isinya, Allah SWT berfirman yang artinya:
1.Katakanlah (Muhammad): “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagi Tuhan selain Allah.
Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah), (baca masuk Islam, pen) (QS. Ali Imran ayat 64)
2.Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam?” jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk.Dan apabila mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). (QS. Ali Imran ayat 20). Umat Islam berharap agar para penganut KOS bias memenuhi seruan Allah dalam 2 ayat tersebut di atas.
3.Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan:”bahwasannya Allah adalah salah satu dari yang tiga (Trinitas/Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Qudus).” (QS. Al-Maidah ayat 73).
4.Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata ;”sesungguhnya Allah ialah al-masih putera Maryam.”(QS. Al-Maidah ayat 17 dan ayat 72). Mereka adalah penganut Nasrani pada umumnya.
5.Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa* Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu* Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan* dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas ayat 1-4). Surat ini adalah sebagai penegasan ke-Maha Esaan Allah yang mutlak tanpa ada gambaran dan penafsiran secara filsafat. Untuk itu alangkah baiknya jika penganut KOS bergabung dengan umat Islam dan berbenah diri dari keyakinan yang tidak sesuai dengan Al-Qur`an, agar mendapat Hidayah (petunjuk) dari Allah SWT.
6.Ayat-ayat di atas adalah sebagi bukti bahwa telah terjadi konflik teologi, antara Islam dan Nasrani (Kristen), kecuali bagi kaum Nasrani yang kembali ke jalan Allah dan mengakui kerasulan Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman-Nya yang artyinya: “Muhammad itu utusan Allah”(QS. Al-Fath ayat 29)
Dengan mencermati satu persatu ayat-ayat Allah di atas, tentunya secara bijak umat Islam bisa menilai, apakah suatu pendapat atau berita itu sebagai kebenaran atau terdapat misi yang hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu ?