RINDU ZIARAH NABI MUHAMMAD SAW
Luthfi Bashori
Saat ini, di akhir bulan Dzul Qa`dhah 1434 H yang mulia ini, sebagian umat Islam tentunya banyak yang datanng berbondong-bondong ke kota Madinah Almunawwarah, sebelum mereka melaksanakan ibadah Haji di kota suci Makkah Almukarramah.
Betapa suka citanya hati mereka berada di dekat sang kekasih hati yang sejati, yaitu baginda Rasulullah SAW. Tentunya di antara mereka banyak yang datang dari tempat yang jauh, dan tujuan utamanya hanyalah untuk melepaskan kerinduan abadi agar dapat duduk bersimpuh di dekat makam kuburan sebaik-baik makhluq ciptaan Allah, yang tiada lain adalah baginda Rasulullah SAW.
Saat berdiri di depan makam Rasulullah SAW, lisan mereka tak henti-hentinya mengucapkan shalawat dan salam ta`dzim kepada Rasulullah SAW beserta kedua shahabat tercintanya, Sy. Abu Bakar dan Sy, Umar bin Khatthab RA.
Mereka khususnya warga Aswaja yakin seyakin-yakinnya jika ziarah mereka ini tidak akan disia-siakan oleh baginda Rasulullah SAW yang telah menjanjikan kepada umatnya: Man zaara qabri wajabat lahu syafaa`ati (Barangsiapa yang menziarahi makam kuburanku, maka wajib baginya kelak untuk mendapatkan syafa`atku). Hadits ini berderajat Hasan (baik), sebagaimana ditakhrij oleh Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Addaruquthni dalam Sunannya juz 2 hal. 278, dan juga diriwayatkan dari jalur periwayatan Al-qadhi `Iyadh dalam kitab Asy-syifa juz 2 hal. 83 dan juga diriwayatkan oleh Imam Hakim Attirmidzi di dalam kitab An-Nawadir hal. 148 dan juga diriwayatkan oleh Al-Imam Al-uqaili dalam kitab Adh-Dhu`afa juz 4 hal 170. Paling rendahnya penilaian terhadap hadits ini adalah berderajat Hasan.
Al-Imam Al-hafizh Jalaluddin As-suyuthi dalam kitabnya Al-manahil hal. 208 mengatakan, bahwa bagi hadits ini terdapat banyak jalan dan bukti yang saling menguatkan dalam periwayatannya, maka oleh sebab itulah Al-Imam Adz-dzahabi menilai hadits ini dalam kategori Hadits Hasan.
Al-Imam Tajuddin As-subki mengatakan dalm kitab Syifaus Saqam setelah menyebutkan jalur-jalur periwayatan hadits ini: Oleh sebab itu (banyaknya jalur periwayatan) telah jelas bahwa sesungguhnya paling rendahnya derajat untuk hadits ini adalah derajat Hasan, hal itu jika kita tidak menganggap hadits ini Shahih.
Kemudian Asy-syaikh Mahmuud Mamduuh dalam mentakhrij hadits ini setelah diadakan penelitian secara ilmiyah beliau mengataka: Sesungguhnya hadits ini adalah hadits hasan dan itu tidak boleh tidak (maksudnya wajib hadits ini bernilai hasan) dan inilah yang menjadi ketentuan dalam kaedah ilmu hadits.
Di saat umat Islam berziarah di depan makam kuburan Nabi Muhammad SAW, dan hatinya selalu mengharap akan mendapatkan syafa`at Nabi SAW kelak di kemudian hari, mereka juga selalu mengharapkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya:
Dan sungguh, jika sekiranya mereka telah mendhalimi dirinya (banyak berbuat dosa), lantas datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka memohon ampunan kepada Allah, dan Rasulullah pun memohonkan ampunan bagi mereka, pastilah mereka akan mendapati Allah adalah Dzat Yang Maha Penerima taubat (mereka) dan Dzat Yang Maha Penyayang. (QS. Annisa 63).
Betapa mulia dan terhormatnya, orang-orang yang saat ini berada di depan makam kuburan Nabi Muhammad SAW lantas melantunkan bacaan istighfar memohon ampunan kepada Allah, karena janji Allah untuk mengampuni mereka pasti tidak akan pernah meleset sedikitpun, wallahu laa yukhliful mii`aad (Dan Allah itu sama sekali tidak akan pernah mengingkar janji).
Lantas bagaimana dengan kita yang saat ini belum berkesempatan untuk datang berziarah secara langsung ke makam kuburan Nabi Muhammad SAW ? Tentunya bagi orang yang beriman, kerinduan untuk datang mendekat kepada makam beliau SAW di kota Madinah Almunawwarah tidak akan padam sedikit pun.
Maka hendaklah hati kita juga senantiasa memasang niat untuk tetap ikut berziarah ke makam kuburan Nabi Muhammad SAW dengan banyak-banyak mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau tercinta SAW, sekalipun dari tempat yang sangat jauh, namun kita harus tetap yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan kedekatan hati kita kepada beliau SAW serta niat baik kita untuk selalu merindukan bertemu Nabi Muhammad SAW.
Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ibnu Hibban, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung mempunyai malaikat yang diberikan kepadanya pendengaran sekalian makhluk, maka dia berdiri di atas kuburku setelah aku wafat. Tidak ada seorang pun bershalawat kepadaku melainkan malaikat itu berkata, Wahai Muhammad, Fulan bin Fulan telah bershalawat kepadamu.
Lalu baginda Rasulullah SAW bersabda: Maka Tuhan Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung akan bershalawat kepada orang itu, dan bagi setiap satu shalawatnya dibalas dengan sepuluh shalawat (rahmah dari Allah).
Dari Abu Darda RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: Perbanyakanlah shalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat itu akan menjadi bukti yang disaksikan oleh malaikat. Tidaklah seseorang bershalawat kepadaku melainkan dibentangkan (disampaikan) shalawatnya itu kepadaku hingga dia selesai bershalawat. Lantas Shahabat Abu Darda RA bertanya: Walaupun setelah engkau wafat ?
Baginda rasulullah SAW menjawab: Walaupun setelah aku wafat. Sesungguhnya Allah mengharamkan atas bumi ini memakan (menghancurkan) jasad para Nabi, maka sebenarnya para Nabi itu hidup dan diberi rezeki untuk mereka.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dari Sy. Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan ruhku kepada jasadku sehingga aku dapat menjawab salam-nya. (HR. Annasa`i).