NASIB ITU DI TANGAN ALLAH
Luthfi Bashori
Imam Syafi`i sebagai seorang imam madzhab dalam ilmu syariat, ternyata beliau adalah seorang penyair handal. Syair gubahannya sudah banyak yang ditulis oleh para ulama ahli sastra, di antaranya adalah syair yang berisi bahwa nasib seseorang itu ada di tangan Allah, berikut terjemahannya:
Tiada cita-citaku kecuali memperoleh kemuliaan,
masa bisa rapuh , namun cita-citaku tak pernah rapuh.
Sesungguhnya seorang yang telah di berikan kemampuan,
namun ia tidak memperoleh kesuksesan dan pujian,
sungguh orang tersebut tidak memperoleh pertolongan dari Allah.
Keberuntungan itu bisa mendekatkan sesuatu yang jatuh,
dan bisa membuka pintu yang tertutup.
Jika engkau mendengarkan,
bahwa ada seseorang yang beruntung sedang membawa tongkat,
lantas tongkatnya itu bisa berubah saat dalam genggamannya,
maka percayalah akan kebenarannya.
Begitu pula jika engkau mendengarkan,
bahwa jika ada orang yang tidak beruntung (terhalang dari rahmat Allah),
yang sedang membawa air untuk diminumnya,
lalu air itu tiba-tiba mengering,
maka percayalah akan kebenarannya.
Andaikata suatu kekayaan itu bisa didapatkan dengan kekuatan,
niscaya engkau akan mendapatiku selalu tergantung pada bintang-bintang seantero langit.
Semua manusia untuk memperoleh kekayaan itu,
tidak harus menggantungkan kepada kecerdasan dan kecerdikannya.
Bahkan orang yang cerdas itu umumnya justru terhalang dari kekayaan harta,
dan itulah dua perlawanan sifat yang sering terpisahkan.
Terkadang terlintas di benakku suatu pemikiran,
namun rasanya gara-gara pemikiranku tadi,
malah aku berharap andaikan saja aku tak terlahirkan.
Yang paling berhak berprihatin di antara makhluk Allah,
adalah seseorang yang mempunyai cita-cita tinggi,
namun ia diuji dengan rezeki yang sempit.
Di antara bukti akan kebenaran qadla kepastian Allah,
adalah adanya orang cerdas yang fakir,
dan adanya orang bodoh yang kaya.