WA AN LAISA LIL INSANI ILLA MA SA`A
Luthfi Bashor
i
Ayat wa-an laisa lil insani illa ma sa`a tersebut di atas berarti: Dan bahwasannya seseorang itu tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. An-Najm : 39). Assyeikh Utsman bin Ali Azzaila`i berkata: Ayat tersebut di atas telah dihapus (masukh) hukumnya oleh ayat wal ladzina amanu wattaba`athum dzurriyyatuhum, dst yang artinya (Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Atthur, 21)
Maksudnya, bahwa surat Annajm ayat 39 itu dinamakan ayat mansukhatul hukmi wa baqiyatur rasmi (pengamalan hukumnya sudah tidak diberlakukan untuk umat Islam, namun pembacaan ayatnya tetap dihukumi sebagai Alquran).
Ada pula dari para ulama yang berpendapat bahwa ayat 39 dari surat Annajm ini hanya berlaku bagi umat Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, dan tidak berlaku bagi umat Nabi Muhammad SAW, karena ayat itu konon diturunkan sebagai syariatnya Nabi Musa dan Nabi Ibrahim,bukan syariatnya Nabi Muhammad SAW. Berikut arti rangkaian surat Annajm ayat wa an laisa lil insani illa ma sa`a mulai ayat 36 - 40:
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasannya seseorang (dari umat Musa dan Ibrahim) yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasannya seseorang (dari umat Musa dan Ibrahim) itu tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihat (kepadanya).
Sedangkan syariat Nabi Muhammad SAW Untuk umatnya itu adalah sesuai dengan surat Atthur, ayat 21 yang artinya: Dan orang-orang yang beriman (akan masuk sorga) dan yang anak cucu mereka mengikuti (keimanan) mereka, Kami ikutkan/kumpulkan anak cucu itu dengan mereka (sekalipun keshalehan anak cucu lebih minim dibanding mereka), dan Kami tidak akan mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka (para nenek moyang yang shaleh, dengan syarat anak cucunya ikut beriman).
Tiap-tiap manusia terikat (mendapatkan balasan) dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Atthur, 21)
Maksudnya bahwa amal baik seseorang dari umatnya Nabi Muhammad SAW itu dapat memberi manfaat kepada orang lain, termasuk amalan baik nenek moyang akan memberi manfaat bagi anak cucu yang mengikuti langkah baik nenek moyangnya. Tentunya, jika anak cucu ternyata selalu melestarikan petunjuk dan ajaran kebaikan dari nenek moyangnya, maka nenek moyangnya juga akan mendapatkan kiriman pahala dari kebaikan perilaku anak cucunya.
Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang memberi petunjuk kebaikan, maka ia akan mendapat sebesar pahala orang yang mengamalkan petunjuknya (HR. Muslim).
Demikian juga amal baik semacam sedekah dan doanya orang yang masih hidup itu dapat memberi manfaat bagi para mayit di amal kubur. Sebagaimana doa anak yang masih hidup sangat bermanfaat bagi orang tuanya yang telah wafat, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW: Waladun shalih yad`u lahu (anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya) yang sudah wafat.