DITUAKAN BUKAN KARENA USIA TUA
Luthfi Bashori
Ada sebagian orang yang `terpaksa menjadi tua` karena keadaan, sekalipun dirinya masih relatif muda usia. Sebut saja misalnya, jika dalam satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak dengan usia anak sulung adalah 20 tahun.
Pada suatu saat, tiba-tiba sang ayah dan ibu meninggal dunia secara mendadak akibat kecelakaan lalu lintas, maka secara otomatis si anak sulung ini akan `dituakan` atau dijadikan orang tua oleh adik-adiknya karena keadaan darurat.
Bahkan masyarakat secara umum juga tanpa sengaja akan menuntut si sulung ini `menjadi tua` termasuk dalam dunia pergaulan, misalnya jika ada undangan kenduri di kampung, maka si sulung itulah yang akan diberi undangan untuk hadir menggantikan posisi ayahnya, sekalipun sebelumnya si sulung itu tidak pernah dilibatkan dalam acara-acara orang dewasa.
Barangkali, gambaran di atas adalah suatu hal yang wajar jika benar-benar terjadi dalam dunia nyata. Karena itu seseorang yang `dituakan` umumnya terjadi karena terdesak oleh suatu keadaan yang tidak dapat dihindari lagi.
Hari Raya Idul Fithri, adalah suatu keadaan yang juga seringkali memaksa para da`i dan ustadz muda usia untuk `menjadi tua` karena secara tiba-tiba `dituakan` oleh masyarakat.
Khususnya para da`i dan ustadz di kota-kota kecil maupun daerah-daerah tempat tujuan mudik tahunan para pencari pekerjaan di kota-kota besar, mereka akan mendatangi rumah para da`i dan ustadz silih berganti pada setiap datang hari lebaran.
Banyak sekali para pemudik yang sudah setahun penuh merasa penat bekerja dan beraktifitas rutin yang sangat menguras tenaga dan pikiran di kota-kota besar, mereka mudik untuk bertemu sanak familinya di daerah tempat kelahiran masing-masing, dan tak lupa mereka juga mengambil kesempatan untuk berziarah ke rumah para ulama dan sesepuh yang masih ada di sekitar rumah asalnya, guna meminta doa dan restu agar di saat balik nanti, mereka dapat beraktifitas dengan penuh barakah.
Nah, dari rutinitas atau ritual tahunan Mudik Lebaran inilah, tak jarang para da`i dan ustadz muda usia yang `terpaksa` harus menjadi `tua` karena secara tiba-tiba `dituakan` oleh masyarakat, semisal rumah kediamannya juga tiba-tiba menjadi jujugan tempat mampir para pemudik dari luar kota tersebut.
Jika seorang da`i atau ustadz muda sudah terlanjur `dituakan` oleh masyarakat, maka konsekwensinya adalah dirinya harus dapat mengendalikan keinginan-keinginan yang bersifat pribadi.
Contohnya, jika pada umumnya orang-orang yang seusianya akan merayakan lebarannya dengan berbagai aktifitas bersama keluarganya yang tentunya sangat menyenangkan hati seperti refreshing bersama keluarga besarnya, maka sang da`i dan ustadz muda itupun harus dapat membagi waktu untuk tetap setia melayani masyarakat, khususnya para pemudik yang datang meminta barakah doa atau sekedar bersilaturrahim dan mengajak bincang-bincang tentang masa kecil yang pernah mereka lalui di kampung halamannya, dan lain sebagainya.
Jika para pemudik itu datang berziarah ke rumah para ulama dan sesepuh daerah, maka pada umumnya mereka benar-benar meminta doa restunya.
Namun jika para pemudik itu datang ke rumah para da`i dan ustadz muda, maka lebih dominan untuk mereka ajak berbincang-bincang seputar kehidupan.
Memuliakan tamu hukumnya wajib, apalagi memuliakan para tamu pemudik yang datang dari luar kota. Kebanyakan para tamu itu merasa rindu kepada situasi kampung halamannya, serta rindu untuk dapat berbagi pengalaman dengan orang-orang yang dapat menerima curahan hatinya.
Maka para da`i dan ustadz inilah rupanya salah satu pilihan yang dirasa cocok bagi para pemudik itu untuk mereka jadikan tempat curahan hati, serta diharap dapat mendengar keluh kesahnya, atau sekedar bernostalgia bersama, maupun diajak berbagi pengalaman serta mencari solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Memang benar, seseorang yang `dituakan` itu ternyata tidak selalu karena berusia tua, namun masih banyak faktor lain yang mendorong masyarakat memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang terpaksa harus `dituakan` pada usia yang relatif belum tua.
Lebaran adalah hari bersilaturrahim antar sesama umat Islam dari masa ke masa. Rutinitas mudik lebaran akan selalu berulang pada setiap tahunnya.